Ronaboyd Mahdiharja

Sebuah goresan nan Pribadi mengenai metamorforsis dalam alam pemikiran perjalan menjadi manusia.

Jun 10, 2011

PERJALANAN PEMIKIRAN CAMUS


Judul               : Summer (Musim Panas)
Penulis             : Albert Camus
Penerjemah      : Anna Karina
Penerbit           : Liris
Cetakan           : Pertama, Desember 2010, Surabaya
Tebal               : viii + 116 halaman
Presensi           : Irfa Ronaboyd


            Albert Camus merupakan penerima hadiah Nobel Sastra termuda kedua setelah Rudyard Kipling, sekaligus penulis kelahiran Afrika pertama yang menerima penghargaan itu. Camus dan Sartre sering terhubung sebagai pendukung eksistensialisme. Pemikiran Camus mempengaruhi peningkatan arah filsafat yang terkenal dengan absurdism. Melalui Summer, Camus mempertebal arus filsafat absurdism.
            Summer memuat delapan esai jejak perjalanan pemikiran Camus sejak 1939 sampai 1953 yang akan tetap up to date. Dalam buku ini kita diajak merenung dan memaknai hidup dengan gaya tulisan puitis. Dibuka dengan esai berjudul Minotaur atau Perhentian di Oran, sebuah esai yang ditujukan untuk Pierre Galindo. Dalam paragraf pertama, Camus telah menyeret masuk dalam kehidupan orang-orang dan bahkan batu dari Oran yang berjuang menghindari menjadi bagian dari padang pasir, menjaga tetap bajik dalam menghadapi eksotis dan ganasnya alam. Ada yang menarik dari esai pertama ini, yakni sebuah pertandingan tinju di Oran. Camus ingin menunjukkan bahwa dari olahraga pun bisa didapatkan pelajaran moralitas.
            Esai kedua, Camus dalam filsafatnya terinspirasi Pohon Buah Badam. Pohon yang ditunggu Camus pada Musim Dingin bulan Februari di Vallée des Consuls. Pohon Buah Badam akan dipenuhi bunga-bunga putih yang membawa kegembiraan baginya, namun setiap tahun bunga itu akan lenyap dan cukup waktu lama untuk mempersiapkan buahnya. Kemudian dia berkata “…, melalui sifat baiknya seperti warna putih dan sari pohon buah badam, beridir tegak melawan angin dari lautan. Itulah yang akan mempersiapkan buahnya dalam musim dingin dunia.”
            “Di mana absurditas?” Tanya Camus dengan esai keenam, teka-teki. Esai ini mengajak kita berpikir dan merenung perihal ironi-ironi dalam sekitar kita. Mengungkap ketidak sederhanaan hidup dengan pertanyaan-pertanyaan tanpa henti. Secara keseluruhan esai dalam buku berjumlah delapan. Filsafat Camus dalam buku ini paling menerangi ketika kita membacanya tidak secara langsung. Sebuah cara yang bagus untuk mencelupkan jari kita ke dalam esai Camus, sebelum menenggelamkan pikiran dan jiwa kita dalam karya-karya Camus lainnya yang lebih menantang.

1 comment:

  1. Albert Camus, catatan yang menggugah. dari Camus pupalah lahir kesaksian tentang bagaimana merawat kualitas tulisan, dengan menjaga kualitas diri dari dunia kemewahan.

    ReplyDelete