Ronaboyd Mahdiharja

Sebuah goresan nan Pribadi mengenai metamorforsis dalam alam pemikiran perjalan menjadi manusia.

Dec 30, 2014



“To be is to do (Camus)
 To do is to be (Sartre)
Do be do be do (Sinatra)”     

            Siang ini hujan. Saya baru menyadarinya ketika bangun tidur. Jangan berpikir saya baru bangun ketika malamnya tertidur. Bukan. Subuh saya sudah bangun dan menjelang siang hari saya putuskan tidur kembali. Begitulah minggu-minggu ini berjalan. Sejanak saya teringat novel The Giver karya Lois Lowry yang memberikan pada pembaca sebuah dunai hitam putih tanpa emosi dengan segala rutinitasnya. Memang absurd. Tapi hidup dalam pandangan Camus adalah absurd. Semua berulang tanpa makna. Setidaknya itulah yang saya sering lihat dari wajah di berbagai media sosial.
            Camus memberikan dua pilihan pada dunia absurd yang dimiliki manusia, yaitu putus asa atau memberontak. Ketika banyak berbagai permasalahan mayoritas manusia memilih diam dan berputus asa dan tenggelam pada sesuatu yang menyenangkan (menghindar dari rasa sakit). Status quo. Semua itu didukung dengan media massa yang pesimis. Well, Marxis bagi sebagian orang mampu memberikan gairah namun itu terlalu utopis. Pemberontakan dalam arti keseharian memerlukan tekad dalam mendobrak rutinitas dan kegilaan. Waspadalah pada nihilisme karena ketika diri kosong, semua dengan mudah masuk. Kita perlu memilah-milahnya.
            Pada dunia yang makin abu-abu ini: pesimistis, keraguan, ketakpastian kita mencoba segala sesuatu pada google. Demokrasi google yang luar biasa yang membantu mengaburkan semua itu. Bayangkan saja ketika kamu mencari apakah judi itu haram dan seketika kamu menemukan bahwa 20 besar web menyatakan bahwa 70% menyatakan judi itu halal dan sisanya menyatakan judi itu haram. Mana yang akan kamu pilih?
            Sebentar lagi tahun baru. Banyak yang sibuk merencanakan memeriahkannya, sedangkan saya memilih tidur.  Mungkin kalian punya rencana untuk menyambutnya, namun saya punya rencana mengarungi tahun yang baru itu.

Semarang, 30 Desember 2014
            Kita bisa membuat sintesis dan solusi kita sendiri jika bisa memadukan berbagai referensi yang telah kita baca dengan pengalaman dan indera yang kita miliki. Jadi membaca buku merupakan salah satu sarana saja dalam menjawab berbagai pertanyaan yang kita ajukan. Konteks membaca yang lebih luas tidak hanya sekedar membaca buku, namun juga membaca realita. Indera merupakan alat untuk membaca realita. Melalui mata, telinga, hidung memberikan gambaran permasalahan yang terjadi di depan kita. Otak dan hati sebagai filter bagian mana yang sesuai dan tidak sesuai.
            Dikarenakan kali ini membahas membaca buku, saya akan batasi cara membatasi sintesis dan solusi kita sendiri. Tatkala kita membaca buku kita akan menemukan solusi dari permasalahan yang dibahas oleh penulis. Kita perlu mengetahui solusi permasalahan mana yang coba diselesaikan oleh penulis. Ketika mencoba memecahkan masalah tersebut, apakah ditemukan masalah-masalah baru? Apakah Ia juga menemukan solusi dari permasalahan baru tersebut atau justru gagal dalam menyelesaikan masalah baru tersebut? Dibagian mana Ia gagal dan apakah kamu punya solusi dari permasalahan itu? Apakah motif penulis sejalan dengan solusi yang Ia sampaikan? Jika tidak, bagaimana kamu bisa menyelaraskannya? Bagaimana dengan penulis-penulis lain dalam menyelesaikan permasalahan yang sama? Sejauh kamu memahami solusi dari berbagai penulis itu, apa kelemahan dan kelebihan dari solusi mereka? Bagaimana caramu untuk menutupi kelemahan tersebut? Bagaiamana metode yang mereka pergunakan dalam menyelesaikan masalah? Apakah ada lubang dalam metode yang mereka gunakan? Mungkin pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat membantu dalam menemukan sintesis dan solusi yang kamu cari. Saya akan coba menjabarkannya secara ringkas.
1.        Cari dan Catat Celah Gagasan

            Gabungkanlah kalimat-kalimat inti dari berbagai buku yang membahas permasalahan yang sama. Suatu gagasan biasanya terdiri dari kalimat argumen penalaran yang disampaikan melalui beberapa kalimat atau paragraf. Kenalilah metode penulis dalam menyusun argumentasi. Langkah ini mempermudah dalam menemukan celah dalam proses penalaran suatu gagasan penulis. Catatlah baik di secarik kertas ataupun di ingatanmu celah tersebut.





2.        Jika Sepakat dan Tidak Sepakat
            Sebelum memutuskan sepakat atau tidak terhadap suatu tulisan, kita akan dihadapkan pada situasi “Saya tidak paham maksud penulis, tapi saya rasa sang penulis salah.” Ketika kita tidak paham maksud penulis sedangkan kita tidak dapat menunjukkan letak ketidakpahaman kita itu tandanya kita hanya mencari-cari alasan untuk menyalahkan. Tetapi, jika kita mengatakan tidak paham karena kerangka bacaan yang tidak jelas, terdapat bagian yang tidak berkaitan atau kurang memiliki tujuan dan bahkan pembatasan definisi suatu istilah yang ambigu, menandakan ada usaha memahami tetapi gagal paham. Harus ada alasan yang jelas ketika mengatakan bahwa anda tidak paham dan menyalahkan karena itu bagian dari sikap kritis dari penilaian buku. Intinya, perlu pemahaman dalam menilai suatu karya.
            Menyetujui suatu gagasan lebih gampang dibandingkan saat menolak karena anda berarti sepakat akan keseluruhan dari substansi walaupun ada beberapa kekurangan yang menurutmu bisa dimaafkan. Contohnya adalah analisis penulis tidak lengkap karena terdapat beberapa permasalahan yang tidak mampu ia selesaikan. Terdapat bahan-bahan yang sebenarnya bisa dimanfaatkan penulis untuk memperkuat argumentasinya tapi tidak dilakukan oleh penulis. Pada fase ini, kamu yang setuju dengan penulis memiliki peluang menutup celah dari kekurangan dari penulis
            Menyerukan ketidaksepakatan lebih rumit. Suatu informasi dalam tulisan bisa kurang atau justru salah. Informasi yang kurang menunjukkan data yang dimiliki penulis tidak cukup. Tunjukkan informasi yang kurang itu jika kamu memilikinya terutama informasi yang justru bisa mempengaruhi kesimpulan atau solusi yang ditawarkan. Menyatakan informasi yang dimiliki penulis salah perlu kehati-hatian karena efeknya besar pada tulisan. Secara tidak langsung kamu ingin mengatakan apa yang ditulis salah semua baik dari pernyataan maupun solusi yang ditawarkan. Kita perlu mencermati informasi yang diperoleh sang penulis dan metode dalam pengumpulan informasi. Lalu bandingkan dengan informasi yang kita anggap benar.
            Sepakat dan tidak sepakat terkait erat dengan yang namanya menyakinkan dan tak menyakinkan. Tulisan yang tak menyakinkan biasanya disebabkan oleh penalaran yang salah atau buruk. Ini karena kesimpulan atau solusi yang ditawarkan tidak berasal dari argumen yang dibangun. Bisa juga karena si penulis memberikan dua pernyataan atau lebih yang sesungguhnya saling bertolak belakang. Penalaran yang buruk menunjukkan sang penulis berangkat dari dasar pemikiran yang sudah benar tapi gagal dalam menemukan kesimpulan yang baik atau sesuai.
3.        Imajinasi
            Imajinasi dalam membuat sintesis atau solusi melibatkan indera kita. Emosi, pengalaman, fenomena, sikap kritis dan analitis merefleksikan suatu permasalahan dengan sebuah pertanyaan, apakah bisa dijalankan pada dunia nyata? Imajinasi yang baik adalah bisa diterapkan pada kehidupan nyata.


                                                                              

Dec 15, 2014


           Suasana menjadi gelap. Matahari telah tenggelam di belakang kami. Terdengar napas terengah-engah sebagai tanda lelah menempuh jalan menanjak nan licin. Tidak sedikit dari kami yang terpeleset. Dari kejauhan nampak titik-titik cahaya lilin menujuk adanya perkampungan. Tapi, bukan disana tujuan kami. Tak terasa kami telah sampai pada Desa Cibeo. Kami disambut dengan aroma yang khas dari desa tersebut dan terdengar riuh rombongan lain yang berjumlah ratusan. Inilah desa Cibeo, sebuah desa yang masuk sebagai desa bagi Suku Baduy Dalam. Desa yang dulunya tertutup dan dianggap terbelakang oleh masyarakat umum.
            Dari berbagai informasi, desa Suku Baduy Dalam adalah desa 1001 larangan. Tak ada listrik, tak ada televisi maupun alat komunikasi yang boleh diaktifkan. Menjauhkan saya dari hingar bingar Piala Dunia dan kampanye pilpres. Berbagai macam deterjen dilarang, bahkan berpikiran jelek pun adalah pantangan. Pada saat itu, desa menjadi berisik oleh tawa dan suara pengunjung. Kita bisa membayangkan keheningan malam jika pengunjung tidak ada. Masyarakatnya akan larut dalam kesunyian dan kegelapan. Tersisa hanya binatang-binatang malam di hutan yang sayup-sayup terdengar. Hawa dingin malam yang masuk melalui celah-celah dinding dan lantai dapat merelaksasi tubuh yang lelah berjalan sehingga pulas tertidur.
            Malam itu berbeda. Kami dan ratusan rombongan lain membuat kampung menjadi riuh layaknya pasar malam. Ada sedikit kekecewaan karena banyak pengunjung yang terlalu bising membuyarkan suasana senyap kampung. Banyak penjual dan pengunjung hilir mudik di depan saya. Membuat kepala menjadi pening. Malam itu saya habiskan dengan berbasa-basi sembari menanyakan alasan berbagai larangan yang ada di Baduy Dalam. Jawaban yang saya peroleh tidak memuaskan karena semua alasan larangan akan mereka jawab, “sudah perintah dari leluhur.” Dini hari saya sempatkan keluar rumah untuk menikmati malam di Baduy Dalam.

Benturan Budaya

            Pagi hari saya kaget. Banyak sampah yang bertebaran di sekitar perkampungan. Penjual cinderamata juga lalu lalang seperti malam hari. Anda bisa merasakan suasana Baduy Dalam yang sejuk tapi agak risih dengan kegaduhan dan sampah yang berserakan. Kemurnian Baduy Dalam yang dibayangkan tiap pengunjung menjadi sirna bukan oleh masyarakat Baduy Dalamnya, melainkan pengunjung itu sendiri. Dominan mereka berkunjung atau menginap untuk merasakan sensasi alami hutan dan daerah yang tak tersentuh teknologi, namun para pengunjung ini tak bisa lepas dari kebiasaan tempat asalnya.
            Saya sedikit teringat anti tesis Samuel P. Huntington terhadap pemikiran Francis Fukuyama perihal sumber fundamental dari konflik dalam dunia baru. Menurut Huntington, konflik pada dasarnya tidak lagi melandaskan pada ideologi maupun ekonomi, melainkan budaya. Budaya akan memilah-milah manusia dan menjadi sumber konflik yang dominan. Seperti ingin mempertahankan tesis Fukuyama, kapitalisme disini juga berjuang meraih kemenangan menuju akhir dari sejarah. Keberadaan pengunjung, pedagang, ataupun kebijakan pemerintah mengenai kawasan wisata Baduy memengaruhi kehidupan sehari-hari mereka. Pada sisi lain, suku Baduy juga ikut mempertahankan budaya mereka.
            Corak bertani dan melestarikan alam dapat tergeser karena saya menemukan suku Baduy Dalam juga turut berdagang. Bahkan menurut penuturan induk semang yang saya tinggali (saya lupa namanya) terkadang ada pedagang luar yang meminta uang kepada Baduy Dalam yang mereka sendiri tidak tahu alasannya kenapa diminta uang. Apabila pedagang luar tersebut tidak diberi uang mereka akan marah. Saya coba telusuri lebih dalam tapi mereka memang tidak tahu sebabnya dan tidak mau memberi tahu pedagang mana yang suka meminta uang (membuat saya kesulitan cross check), sehingga saya berpikir positif saja (di Baduy Dalam ada larangan untuk berpikir negatif) bahwa terjadi kesalahpahaman terkait perdagangan.
            Menurut penuturan sekretaris desa, pada dasarnya Baduy Dalam adalah tempat suci/disucikan oleh suku Baduy. Sedangkan Baduy Luar merupakan penyaring budaya-budaya dari luar yang diperbolehkan masuk ke Baduy Dalam. Salah satu contohnya adalah pendidikan. Pemahaman pendidikan kita adalah pendidikan formal, tetapi masyarakat Baduy memiliki konsep dan pemahaman yang berbeda perihal pendidikan. Sejujurnya, saya lebih meyukai konsep pendidikan suku Baduy dibandingkan konsep pendidikan formal yang pernah saya tempuh. Tidak ada pekerjaan rumah, ada waktu bermain, tidak ada persaingan antar geng atau kekayaan. Sampai umur 10 tahun masyarakat Baduy mendapatkan pendidikan dari orang tua mereka berupa bercocok tanam dan pelestarian alam. Setelah umur 10 tahun mereka akan dibina oleh Pu’un dan Jaro yang lebih pada pendalaman hukum adat dan ritual keagamaan. Pada tingakatan tertentu saya tak sependapat dengan Paulo Freire, namun saya sepakat bahwa untuk menjadi manusia harus menjalin hubungan dengan sesama dan dengan dunia. Dari konsep pendidikan tersebut saya menyadari alasan anak kecil disuruh memungut sampah yang berserakan di lingkungannya ketika pengunjung pulang.
            Pelestarian alam Baduy tidak perlu diragukan lagi. Mulai dari udara yang segar sampai air jernih yang membuat kita betah berendam. Saya agak sentimentil ketika pengunjung mandi menggunakan bahan-bahan kimia di sungai, walaupun perlengkapan mandi mereka tidak berbuih/berbusa. Tak ada gangguan kesehatan apapun tatkala saya mandi tanpa sabun, shampo maupun pasta gigi ketika disana. Satu lagi pertanyaan yang mengganggu benak saya, apakah masyarakat Baduy tidak menyadari atau mengetahui jikalau tidak jauh dari tempat mereka terdapat industri pemotongan kayu? Apakah kayu-kayu tersebut berasal dari hutan yang mereka lestarikan? Ataukah mereka tidak dapat berbuat apa-apa terhadap penebangan kayu yang dilakukan oleh orang dari luar?

Selintas Tentang Hukum

            Sebelum membahas hukum pada masyarakat Baduy Dalam, saya akan menguraikan tipologi bentuk otoritas pada masyarakat Baduy Dalam. Saya meminjam teorinya Max Weber kali ini. Pada Baduy Dalam yang paling menonjol adalah tipologi tradisional dan kharismatik. Tipologi tradisional dapat dilihat pada penerimaan aturan-aturan adat yang telah turun temurun dipraktikkan. Terdapat kepercayaan yang mengakar bahwa akan turunnya hukuman dari Tuhan jika melanggarnya. Otoritas ini akan nampak ketika kita menanyakan alasan hal-hal yang dilarang. Otoritas kharismatik dapat dilihat dari sosok Pu’un dan Jaro dalam menjaga ketertiban masyarakat Baduy Dalam. Kemampuan pemimpin dianggap memiliki kekuatan luar biasa dan cenderung mistis yang serta merta akan segera dipatuhi oleh masyarakat. Sebenarnya otoritas kharismatik ini mudah ditemui dalam masyarakat Indonesia.
            Mengapa masyarakat Baduy masih memegang teguh hukum dan kebiasaan mereka? Ditinjau dari  teori bekerjanya hukum Robert B. Seidman, pembentukan hukum dan praktiknya tidak akan lepas dari pengaruh dari kekuatan-kekuatan sosial dan personal. Dari pengaruh tersebutlah dapat diketahui kualitas dari produk hukum. Meskipun dalam prosesnya hukum sesuai dengan keinginan, faktor penentunya adalah kekuatan sosial yang dalam hal ini kuatnya otoritas tradisional dan kharismatik pada masyarakat Baduy Dalam.
            Selama di Baduy Dalam saya tidak menemukan suatu aturan atau hukum tertulis. Rata-rata aturan ataupun hukum yang ada diketahui secara lisan melalui peribahasa atau nasihat. Tentunya kita akan heran karena begitu banyak peribahasa maupun nasihat dalam bentuk cerita dan mereka mampu menghapalnya. Ini adalah kecerdasan yang diberikan Tuhan kepada mereka (pada suatu kesempatan mereka mempraktikan bahasa inggris hasil yang mereka peroleh ketika menonton televisi di luar lingkungannya). Pada sisi yang lain, selain mengingat mereka juga mempraktikan peribahasa atau nasihat tersebut dalam kesehariannya.
Hukum yang ada di dalam masyarakat Baduy memenuhi ciri-ciri Hukum Tradisional. Menurut Ronny Hanitijo Soemitro dalam buku Masalah-Masalah Sosiologi Hukum,  Hukum Tradisional sebagai jalan tengah perdebatan definisi hukum adat, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mempunyai sifat kolektifitas yang kuat ;
b. Mempunyai corak magis-religius,yaitu yang behubungan dengan pandangan hidup masyarakat asli; c. Sistem hukumnya diliputi oleh pikiran serba konkret, artinya hukum tradisional sangat memperhatikan banyaknya dan berulang-ulangnya hubungan–hubungan yang konkret yang terjadi di dalam masyarakat;
d. Sistem hukum tradisional bersifat visual, artinya hubungan–hubungan hukum dianggap terjadi karena ditetepkan dengan suatu ikatan yang dapat dilihat atau dengan suatu tanda yang tampak.

Mistisme Di Baduy
            Perjalanan berangkat dan pulang dari baduy memiliki kesan tersendiri bagi rombongan saya karena tidak lepas dari hal mistis. Dan ini sudah diwanti-wanti oleh kawan-kawan saya untuk menceritakannya ketika pulang. Seolah mereka lupa jika saya sudah pensiun perihal beginian.
            Boleh dibilang Baduy Dalam adalah salah satu surganya bagi pecinta klenik. Mulai dari energi, aura, dan penghuninya. Seandainya orang luar diperbolehkan tinggal enam bulan saja, saya akan melakukannya. Cobalah lepas sandal atau sepatu anda dan membiasakan diri bertelanjang kaki karena anda akan merasakan energi alami masuk melalui pori-pori telapak kakimu. Terlebih jika tengah malam yang sunyi. Banyak energi positif yang dihasilkan alam disekitar Baduy Dalam yang bisa anda serap. Auranya pun menentramkan, terutama Pu’un memiliki aura yang berbeda yakni terang bercahaya. Pantaslah jika beliau memang dihormati oleh masyarakatnya.
            Nah, permasalahan penghuni sedikit sensitif. Selain masyarakat Baduy, penghuninya pun ikut melaksanakan aturan dan hukum disana. Penghuni di Baduy Luar cenderung agresif dibandingkan yang di dalam. Mereka inilah yang melaksanakan hukuman bagi masyarakat Baduy (dan juga pengunjung) yang melanggar aturan yang telah ditetapkan. Rata-rata penghuni disana bersikap halus dan sopan tapi mudah tersinggung maka daripada itu lebih baik menjaga hati, pikiran, lisan ketika berada di Baduy. Jika tidak, anda akan dikejar seperti pengalaman kami. Mulai dari berpencarnya rombangan kami, terserempet tronton sampai menabrak trotoar dan ban pecah.
            Semua berawal dari lisan teman serombangan yang lisannya menyinggung penghuni di Baduy (lebih tepatnya di Baduy Luar). Saya agak sedikit khawatir terhadap tanda-tanda bahaya seperti biasanya. Disertai dzikir dan shalawat, saya berdoa terus-menerus selama perjalanan pulang. Kebetulan teman yang lisannya menyinggung penghuni tadi (sekaligus pemilik mobil) rencananya akan mengemudi dari Cirebon-Semarang sehingga Ia tidur di bangku paling belakang. Sedangkan Jakarta-Cirebon dikemudikan teman yang lain yang hendak turun di Cirebon. Ketika tidur-tidur ayam, saya sempat nyeletuk pada si Teman Cirebon.
“Bro, jika lewat jembatan di klakson” ujarku karena samar-samar ada makhluk duduk di pinggir jalan.
“Zaman sekarang masih percaya yang begituan ya, bro?” jawabnya.
            Entah berapa lama saya tidur-tidur ayam, seketika kantuk saya hilang. Teman-teman yang lain udah pada tertidur. Saya ajak ngobrol teman cirebon itu untuk menghilangkan kantuknya. Untuk beberapa saat, kami terdiam. Saya yang duduk tepat dibelakangnya melihat truck tronton di sebelah.  Tiba-tiba teman Cirebon itu mencoba menyalip kendaraan di depannya tanpa melihat di sebelah terdapat truck tronton. Sontak saja, mobil kami menyerempet truck tersebut dan klakson tronton itu berbunyi keras disertai rem mendadak oleh tronton. Goncangan yang keras pada mobil kami ternyata tidak berdampak pada teman saya. Seolah-olah dia tak sadar telah menyerempet tronton. Kawan-kawan lain yang terbangun menjadi panik. Untunglah kami mampu melewati jalur sempit antara tronton dan kendaraan di depan. Anehnya reflek kawan Cirebonku itu telat. Ia mencoba istigfar yang justru membuatku pengen tersenyum karena telat kaget. Ternyata oh ternyata temanku ini ditutup penglihatannya oleh makhluk yang duduk-duduk di pinggir jalan tadi. Kalian tau si pemilik mobil tetap cuek dan melanjutkan tidurnya. Aiiiih anak ini.
            Sampai Cirebon kawan yang telah menabrakkan mobil terlihat shock. Tapi si pemilik mobil ini nampak santai-santai saja. Salut lah. Nah, petaka selanjutnya menanti karena si pemilik mobil yang diincar. Usai makan, kami lanjutkan perjalanan. Tapi perjalanan kembali terhenti karena kantuk yang mendera. Kami memutuskan istirahat di sebuah pom bensin. Ketika yang lain tidur pulas, saya tak mampu memejamkan mata. Pukul lima pagi kami lanjut perjalanan. Saya menawarkan beli rokok sebentar untuk menghilangkan kantuk pemilik mobil yang sedang menyetir, namun masih menunda-nunda. Hati tak tenang, tapi mata sudah mulai mengantuk. Ketika tidur-tidur ayam, entah apa yang dilakukan si pemilik mobil tiba-tiba mobil menyerempet pembatas jalan dan mengakibatkan ban depan meletus. Padahal jalan pada kondisi sepi. Pada kondisi inilah seorang teman nyeletuk kalau dia mimpi buah yang saya bawa lah penyebabnya. Saya tidak percaya pada mimpi seseorang yang tidak berwudhu ketika tidur karena datangnya sering dari jin yang bertugas menyebarkan fitnah serta rasa gelisah. Sebelumnya saya memang menemukan buah aneh (sebesar mangga dan rasanya mirip durian) yang jatuh ketika di Baduy Luar. Alasan ini saya tolak karena saya telah izin oleh pemiliknya dan yang kedua teman saya ini botek-botek jika dia mimpi. Terlebih lagi jika kita membawa sesuatu dari suatu tempat yang keramat tanpa izin maka kita tidak akan bisa sampai rumah.
            Untuk menyenangkan hati kawan yang botek-botek masalah mimpi, saya bilang saja sudah saya buang. Dalam perjalanan, sepertinya seluruh penumpang mobil sudah mulai banyak berdoa. Yang bisa saya lakukan hanyalah mengirim Al Fatihah pada penghuni yang mengganggu tadi disertai permintaan maaf mewakili si pemilik mobil yang telah menyinggung. Akhirnya, kami sampai rumah selamat sentausa dan tidak luka. Tidak lupa saya mencicipi buah yang aneh itu. Saya tak tahu namanya apa.

Dec 2, 2014


Sebelum membahas cara berdialog dan memahami buku, saya akan menguraikan tipologi pembaca buku:
1.    Pemula
Bagi golongan ini buku cukup dibaca tanpa harus susah payah untuk aktif. Semua isi ditelan bulat-bulat tanpa dirasakan dan dikunyah. Terjadi interaksi satu arah saja. Buku seperti benda mati yang hanya dibaca lantas dilupakan poin-poin pentingnya. Kurang menguasai isi dan sulit menceritakan kembali gagasan yang diinginkan dari sang penulis.
2.    Menengah
Pembaca ini mampu membuat mind mapping buku. Tak mengherankan jika mereka dapat memahami dengan baik isi dan gagasan penulis serta dapat menceritakan kembali gagasan pokok dalam buku. Melalui imajinasi dan dialog dengan buku sudah bisa membenturkan suatu gagasan atau teori pada realita sehingga pada golongan ini bisa menyanggah si penulis.
3.    Pro
Tipe pembaca ini tidak hanya bisa melihat kelebihan dan kelemahan suatu gagasan atau permasalahan yang diajukan penulis, tetapi juga membandingkan dengan buku lain yang membahas permasalahan serupa. Metode perbandingan bagi pembaca pro hanya sarana dalam mencari dan menemukan jalan tengah suatu permasalahan yang dihadapi. Benar-benar terjadi suatu dialektika untuk menemukan sintesis. Beberapa tipe ini Mind mapping cukup digambarkan dalam imajinasi karena mereka memiliki daya ingat yang luar biasa.
4.    Maestro
Inilah pembaca yang sanggup menyelesaikan 2-3 buku dalam sehari. Mampu memprediksi secara tepat isi buku dan keinginan dari penulis. Kemampuan pembaca Pro dapat dilakukan dengan cepat dan akurat. Melalui metode membaca cepat (speed reading) golongan ini mampu melahap beberapa buku dalam sehari dan juga solusinya. Akan tetapi dalam menggunakan metode speed reading juga perlu berhati-hati karena ada teknik speed reading yang dapat membuat anda menjadi pembaca yang oportunis.

Membaca dan Memahami
            Ketika membaca ada beberapa pertanyaan yang harus bisa kamu jawab setelah menyelesaikan sebuah buku. Pertama, berbicara tentang apa buku itu? Temukanlah gagasan atau ide pokok dari buku yang kamu baca. Cara penulis mendeskripsikan gagasan atau ide pokok suatu buku juga perlu kamu ketahui karena biasanya buku disusun secara sistematis oleh suatu aturan baku. Kedua, apa motif si penulis dalam buku itu? Untuk mengetahuinya kita bisa menemukan dasar pemikiran dan landasan penulisan buku. Hal ini penting karena terkadang motif penulis bertolak belakang dengan gagasan atau teori yang dia jabarkan. Ketiga, pentingkah buku atau topik yang dibahas? Urgensi dalam sebuah buku adalah harga mati. Mengapa susah-susah menerbitkan buku jika tidak penting? Tingkat urgensi suatu buku bisa dilihat secara pribadi atau umum. Secara pribadi buku itu penting bagi dirimu sendiri karena sejalan dengan bidangmu atau ada sebuah informasi yang sedang kamu butuhkan walaupun topik tersebut tidak kamu suka. Secara umum bahwa buku itu memiliki dampak bagi kehidupan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Banyak sekali kamu akan menemukan buku dengan pembahasan sejenis yang mengulang dan tiada pembaharuan atau sumbangsih pemikiran dari penulis. Keempat, bagaimana kebenaran substansi dari buku? Adakalanya sebuah buku yang seluruh substansinya mengandung kebenaran dan validitas, namun ada pula yang hanya sebagian. Cara mengetahuinya kamu perlu menjawab dua pertanyaan awal di atas.
            Keempat pertanyaan di atas bisa kamu jawab ketika proses membaca dengan berdialog dengan buku. Pada proses membaca cobalah berdialog dengan buku. Buatlah pertanyaan-pertanyaan yang semestinya dijawab atau dibahas oleh buku itu. Di dunia ini ada buku yang bisa memuaskan pertanyaan-pertanyaanmu, tetapi tidak sedikit yang hanya menjawab sebagian atau bahkan tidak menjawabnya sama sekali. Prediksi-prediksi juga mesti kita keluarkan untuk melihat arah sang penulis dalam menguraikan gagasannya. Tak lupa imajinasi untuk memberikan gambaran simulasi dari sebuah teori, gagasan, atau pernyataan agar lebih mudah memahami maksud dari penulis. Imajinasi itu pula yang bisa kita manfaatkan untuk menguji teori, gagasan, atau pernyataan pada sebuah realitas. Apakah bisa diterapkan atau tidak? Jikalau bisa lakukan prediksi kemungkinan peluang dan hambatan-hambatannya, lantas apakah penulis membahasnya? Bila dibahas bagaimana Ia mengatasi hambatan sebuah teori atau gagasannya? Dan jikalau tidak bisa diterapkan paling tidak kamu harus bisa memberikan argumentasinya.
            Saya hampir lupa membahas tentang mind mapping atau peta pemikiran. Ada sebagian membuat mind mapping ketika membaca, namun ada juga membuatnya ketika selesai membaca buku. Mind mapping bagi pembaca sangat penting karena selain mengawetkan ingatan juga mempermudah memahami bacaan. Mind mapping juga bermanfaat dalam menyusun tulisan. Pada konteks untuk membaca, mind mapping cukup mempergunakan kata kunci sederhana yang disertai alur untuk mempermudah mengingat kembali. Pada beberapa pembaca Pro langkah ini cukup melalui imajinasi saja dan mereka tidak kesulitan untuk menggambarkan kembali dalam bentuk tulisan. Sedangkan pembaca pro yang sadar tidak memiliki daya ingat yang kuat masih menuliskannya pada secarik kertas kosong. Pokok pikiran, ide, gagasan, informasi sebuah buku dipadatkan dengan kata kunci yang sesuai menjadi sebuah peta. Mind mapping antara pembaca menengah dan pro terletak pada solusi dan sintesis dari permasalahan yang mereka cari. Apabila tipe menengah membuat mind mapping hanya sampai pada deskripsi buku, pembaca pro mengembangkan mind mapping pada gagasan asli mereka.
            Menjadi pembaca tipe Pro tidak mudah terutama dalam hal pembandingan, mencari sintesis serta solusi. Pembandingan buku membutuhkan bahan bacaan yang cukup untuk memulainya. Berapa banyak buku yang kita baca dan sejauh mana pemahaman kita terhadap buku-buku yang kita baca adalah modal utama dalam proses pembandingan. Kesulitan lain dalam pembandingan juga ditemukan pada istilah-istilah yang dipakai penulis. Otak penulis satu dengan yang lain berbeda sehingga tidak mengejutkan jika mereka mempergunakan istilah yang berbeda padahal menunjuk objek/maksud yang sama. Kita perlu mengerti istilah-istilah yang penulis gunakan dan mengerti definisi yang mereka uraikan. Keputusan kita dalam menggunakan satu istilah akan mempermudah kita dalam memahami suatu bacaan.
            Penemuan solusi memerlukan suatu proses. Dari buku yang telah kamu baca carilah kalimat inti atau dasar argumen mereka. Biasanya penulis mengemukakan kembali kalimat inti atau dasar argumennya dengan kalimat yang berbeda tetapi sebenarnya memiliki substansi yang sama. Acap kali saya temukan buku teman-teman yang menandai kalimat inti yang sama tetapi oleh penulis dipergunakan dengan kalimat yang berbeda. Latihlah kemahiranmu dengan menemukan kalimat tersebut dan mengubahnya dengan kalimatmu sendiri. Ujilah pemahamanmu perihal kalimat inti itu melalui deskripsi contoh pengalaman kalian sendiri atau mungkin pernah indera kalian rasakan. Nanti dengan sendirinya akan nampak suatu metode yang digunakan oleh penulis untuk mencapai solusi atau kesimpulan buku. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana membuat sintesis dan solusi kita sendiri? Saya akan membahasnya pada artikel selanjutnya.
            Speed reading adalah metode para maestro, meskipun ada juga pembaca pemula yang coba menerapkannya. Dampak yang dihasilkannya pun berbeda karena ada beberapa teknik speed reading yang membentuk kita menjadi pembaca yang oportunis. Tiada gairah dan sensasi yang dirasakan oleh pembaca pemula jika menerapkan metode speed reading karena mereka membaca ala kadarnya. Terkait metode dan teknik dari speed reading bisa kamu peroleh dari berbagai artikel di internet, buku-buku yang membahas khusus speed reading atau bahkan buku pelajaran Bahasa Indonesia tingkat SMA. Sejujurnya ada sedikit penyesalan karena benar-benar menyadari pentingnya speed reading saat magang di Jakarta. Dulu speed reading saya pergunakan hanya untuk buku atau tulisan-tulisan tertentu saja dan tekniknya pun bermacam-macam serta berbeda penggunaannya.

Nov 23, 2014


Pemain       : Matthew McConaughey, Anne Hathaway, Michael Caine, Jessica Chastain, Matt    Damon, John Lithgow, Ellen Burstyn
Sutradara      : Christopher Nolan
Naskah           : Christopher Nolan, Jonathan Nolan
Durasi            : 169 Menit


            Jenuh lihat kekasih jenuh karena skripsi terbersit mengajaknya nonton film ini. Terima kasih untuk Ita yang bersedia antri dan beli tiketnya, maaf sandalmu jebol. Sejujurnya ada hasrat tersendiri untuk menonton salah satu Sutradara favorit saya (selain Tim Burton dan tentunya Spielberg), Christoper Nolan. Alasan saya menyukai sutradara ini karena pola film dan kisahnya yang tak lazim. Okelah untuk film satu ini kisahnya umum, namun sekali lagi penyajiannya yang berbeda. Hampir tiga jam saya dibuat takjub, pusing, terharu, kaget, dan asing.
            Mengambil tema yang umum yakni luar angkasa, time traveler, dan getaran emosi ayah-anak. Film yang mengusung luar angkasa dan time traveler rata-rata memberikan twist ending. Hal inilah yang menjadi keahlian dari Nolan untuk menciptakan kisah yang berlapis dan multitafsir. Tengok saja The Prestige, Insomnia, Following, Memento atau Inception.
            Pada awal film kita dibawa pada nuansa akhir era manusia dengan kerusakan alam bukannya perang. Ekspedisi menemukan Bumi Baru bagi umat manusia memberikan gambaran Nolan ingin menggiring saya (dan mungkin kamu juga) tentang interpretasi ‘They’ dan ‘Ghost’ adalah alien atau makhluk lain. Ini dikarenakan banyaknya film-film bertema luar angkasa yang menjejali pemikiran kita akan adanya alien. Dan sialnya kita terkecoh. Walaupun saya terkecoh namun tidak terlalu mengejutkan layaknya The Prestige, Fight Club, The Others atau Shawsank Redemption. Yaah… mungkin karena saya tahu polanya Nolan sehingga saya pun siap untuk terkejut, tetapi yang saya dapatkan justru sebaliknya. Paling Cuma bilang “ooo…” atau “hmm..” itu saja.
            Daripada membicarakan kejutan dalam film saya justru tertarik membicarakan bait puisi Dylan Thomas yang sering diucapkan tokoh yang diperankan Michael Caine sampai akhir hayatnya, “Don’t Go Gentle Into That Good Night.” Mungkin diantara kalian yang masih bingung maksud dari kalimat tersebut belum mendapatkan jawabannya. Beruntunglah saya mempelajari semiotika. Karena tentu saja penjelasannya bukan melalui verbal melainkan adegan-adegan berikutnya dan perkembangan emosi Murphy tentunya. Itulah Nolan’s Rule yang tak ingin menjelaskan keyword dengan dialog.
            Anda tak perlu pusing tentang istilah-istilah ilmiah pada film ini. Adakalanya film yang mengkisahkan penjelajahan ruang angkasa membutuhkan penjelasan khusus tentang fenomena alam semesta dan tak sedikit pemilihan dialog terlalu bertele-tele dan sulit dipahami. Namun, anda tak usah khawatir karena Nolan meramu dialog dengan cerdas dan mudah dipahami oleh saya yang selalu remidi pelajaran Fisika. Mungkin karena ditunjang juga dengan adegan-adegan pendukung penjelasan ilmiah tersebut.
            Efek suara yang mengagetkan ditambah visualisasi yang mencengangkan membuat anda betah dan tak bosan. Ironi di planet Miller misalnya. Sebuah pulau yang hanya terdiri dari air setinggi sepuluh sentimeter, namun ternyata memiliki fenomena tsunami setinggi gunung. Atau pengaruh efek suara film Gravity menginspirasi Nolan untuk melakukan keheningan di luar angkasa. Serta getaran-getaran ketika melintasi warmhole sampai terasa di kursi penonton.
            Akting para pemain ada yang baik dan tidak istimewa. Totalitas McConaughey dalam Dallas Buyers Club, Mud, The Lincoln Lawyer, The Wolf of Wall Street tak perlu diragukan. Kita dibuat terharu hubungan ayah-anak dalam film ini. Lihat saja bagaimana kita menitihkan air mata ketika Ia melihat video perkembangan anaknya selama 23 tahun di bumi, padahal Ia baru meninggalkan mereka hanya beberapa jam (relativitas waktu Einstein). Akting Jessica dan Casey tidak terlalu istimewa dibandingkan dengan Mackenzie dan Chalamet. Serta Matt Damon yang luar biasa memerankan tokoh yang tak terduga. Terjawab sudah alasan pemeran Bourne itu tak muncul dalam trailer. Masih bersama dengan Caine yang berwibawa dan memiliki karater yang berbeda pada tiap film Nolan. Humor dalam film Nolan sangat sedikit. Tetapi kali ini ada beberapa adegan muncul dengan humor dan dialog unik. Bagaimana suara jangkrik di earphone Cooper atau kata-kata robot TARS yang terkadang nyelekit dan nyentil.
            Kejutan sebenar-benarnya yang saya rasakan dalam film ini tatkala saya berjalan keluar ruang biokop. Tersesat dan merasa asing di mall. Suara deru parkir bawah tanah serasa mesin pesawat luar angkasa. Bahkan pikiran pun menjadi blank ketika melihat jalan raya sampai lupa jalan pulang dan hanya berputar-putar di jalan. Saya akui efek sinematografi film Interstellar lebih mengejutkan.

Nov 8, 2014

          Tiap kali bertemu adik tingkat dan teman selalu ada pertanyaan terkait cara agar bisa memahami buku atau agar suka membaca atau lebih sadis cara agar tidak mengantuk ketika membaca buku. Well, daripada saya repot-repot menjelaskan panjang lebar lebih baik saya menuangkannya dalam sebuah tulisan. Tinggal copy lalu paste dan send. Simpel dan tidak mumet.
            Sebenarnya untuk memahami buku kita harus membaca. Lha anak-anak dari SD sampai mahasiswa tentu sudah bisa membaca, lantas ngapain membuat tulisan tentang tips membaca? Betul bahwa sejak SD kita sudah bisa membaca, namun belum tentu kita membaca dengan baik dan tepat. Kita bisa saja membaca akan tetapi sering lupa atau bahkan tidak tahu isi dari sesuatu yang kita baca.
            Ketika negara ini sibuk meningkatkan minat baca masyarakat, negara-negara lain sudah mengajari siswanya membaca dengan baik dan tepat. Dari berbagai informasi yang saya peroleh di negara-negara maju, para siswa diwajibkan setidaknya membaca 2-3 buku dalam sehari. Bagaimana bisa? Kita saja menghabiskan satu buku membutuhkan waktu berhari-hari dan bahkan berminggu-mingu. Tenang, bro. Santai. Saya akan jelaskan satu per satu dari cara agar tidak mengantuk ketika membaca buku sampai membaca 2-3 buku sehari.
            Cara menumbuhkan minat baca sebenarnya cukup sederhana, yakni masalah kebutuhan. Kita perlu menggali kebutuhan serta tujuan membaca. Kebutuhan inilah yang akan menyadarkan kita arti pentingnya membaca. Sekedar berbagi pengalaman saja bahwa awal mula tujuan saya membaca hanyalah sekedar hiburan. Seingat saya, buku pertama yang saya baca adalah komik Dragon Ball. Yup, komik. Awas kalau tertawa. Komik bagi anak SD lebih menarik dibandingkan dengan buku cerita anak-anak lainnya karena banyak gambar. Setelah suka membaca, Ayah membelikan majalah anak-anak BOBO. Menjelang lulus SD, saya diperkenalkan dengan kisah Lima Sekawan, Goosebumps karya R. L. Stine, Harry Potter yang fenomenal, dan Sherlock Holmes. Peralihan dari cerita komik yang penuh gambar ke cerita fiksi yang full teks pada mulanya memang berat. SMP merupakan fase yang berat karena saya dilarang membaca komik, bahkan komik yang saya koleksi dibakar oleh Ayah karena prestasi di sekolah yang buruk. SMA terjadi perubahan bacaan yang luar biasa, yaitu dari fiksi populer ke sastra, biografi, dan berbagai buku yang berbau pornografi. Ada kekagetan psikologis dalam peralihan tersebut. Berawal dari kisah dan tema anak-anak beranjak pada sesuatu yang mengusik batin dan emosi. Bayangkan saja ketika terbiasa membaca Detective Conan ataupun One Piece kemudian beralih pada gaya bahasa Pramoedya yang membakar dengan berbagai permasalahan kemanusiaan. Ditambah rasa ingin tahu remaja tentang seksualitas. Baru setelah kuliah mulai menyukai buku pelajaran dan sesekali membaca fiksi untuk penyegaran. Padahal sebelumnya tak pernah sedikitpun tertarik dengan buku pelajaran. Maaf sepertinya saya bernostalgia terlalu panjang, paling tidak kamu bisa mengawali minat baca dengan sesuatu yang kamu suka. Selanjutnya kembali fokus.
            Ada banyak pertanyaan, mengapa ketika membaca buku cepat mengantuk, bosan, lelah? Ada beberapa kemungkinan hal itu terjadi. Pertama, buku itu ditulis dengan bahasa yang kaku sehingga cenderung membosankan. Kedua, kamu tidak menyukai topik buku yang kamu baca. Ketiga, kamu tidak berdialog dengan buku itu.
            Perihal alasan pertama banyak dijumpai pada buku pelajaran atau teori memang cenderung kaku dan membosankan. Berbanding terbalik dengan buku-buku fiksi yang lebih mudah diikuti karena gaya bahasa yang mengalir. Apalagi jika buku non fiksi tersebut disertai dengan istilah-istilah ilmiah yang tidak kita pahami maksudnya. Semua itu bukan alasan pemaaf untuk kita terus mengeluh dan menghindari buku non fiksi. Tindakan yang perlu kita lakukan adalah hancurkan es batu di dalam kepala kita. Memangnya ada es batu di dalam kepala kita? Ibaratnya es batu itu adalah otak kita. Alat untuk memecahkan es batu itu berupa palu yang kita sebut paksaan dan motivasi. Jika kita tidak memaksa otak kita bekerja dan membaca, es batu itu akan tetap padat dan keras. Pukul es itu bekali-kali sampai mencair, sehingga kita bisa memahami buku yang kita baca. Paksa otak kita untuk terus membaca sampai halaman terakhir. Pada saat menemukan kata atau istilah yang tidak kita pahami maka catatlah dan cari dalam kamus ilmiah atau di internet. Selain itu, perlu perubahan posisi membaca agar tidak mudah lelah, mengantuk, dan bosan. Bertahan pada posisi membaca justru membuat kita mudah lelah dan mengantuk, terutama membaca sambil tidur. Sesekali keluar ruangan dan membaca di ruang terbuka untuk menyegarkan otak kita.
            Adakalanya kita dihadapkan pada kondisi yang mengharuskan kita untuk membaca topik yang tidak kita suka, terlebih bagi pengambil kebijakan. Perlu perpaduan antara sudut pandang mata cacing dan mata elang. Ketika kita melihat dengan mata cacing akan nampak hal-hal kecil ataupun detail yang tidak terlihat oleh mata elang. Meskipun kita dapat melihat dengan jelas dan besar suatu permasalahan, namun kelemahan sudut pandang mata cacing juga terbatas. Posisi sudut pandang mata elang mengurangi kelemahan sudut pandang mata cacing karena kita bisa melihat dengan jelas dari kejauhan dan terbawa emosi serta suasana. Manfaat lain dari mata elang kita juga bisa melihat secara komprehensif atau holistis karena pada dasarnya generalisasi juga diperlukan.
            Walaupun kita tidak menyukai topik yang kita baca, terkadang terdapat informasi yang penting dan suatu saat berguna bagi kita. Informasi merupakan kekuatan yang sering membantu kita dalam hal-hal yang tak terduga. Dari komik hentai maupun majalah dewasa pun kita bisa memperoleh informasi yang bermanfaat. Witing tresno jalaran soko kulino, tumbuhnya rasa cinta atau suka berasal dari kebiasaan. Kebiasaan ini memerlukan suatu hubungan yang intensif. Bacalah topik yang tidak kamu suka secara intens agar terbiasa dan kemudian kamu akan menyukainya.
            Kemungkinan terakhir bahwa kamu tidak berdialog dengan buku itu terjadi karena kamu memposisikan buku sebagai benda mati. Orientasi kita untuk menyelesaikan sebuah buku membuat kita justru terjebak dalam interaksi satu arah dan itu sangat menjemukan. Setiap orang bisa saja menyelesaikan sebuah buku tanpa ada interaksi. Ini bisa saja menjadi fatal karena ada peluang kita dikencingi atau dikibuli. Efek lainnya kita bisa menjadi keras kepala dan melupakan (terutama buku-buku ilmiah) bahwa ilmu pengetahuan selalu berkembang dan tidak stagnan.
            Sejatinya, buku merupakan manifestasi dari si penulis. Sang penulis yang bisa berbicara, memiliki pendapat, ide atau gagasan. Ketika membaca kita membutuhkan imajinasi untuk berdialektika dengan si penulis yang hadir melalui tulisan. Dari sanalah muncul dialog antara pembaca dan penulis secara imajiner. Tiada rasa bosan dan yang ada merupakan suatu keasyikan bercengkrama dengan seseorang. Lantas bagaimana cara berdialog dengan buku? Cara berdialog dengan buku erat kaitannya dengan memahami isi dari suatu buku. Saya akan coba menjelaskannya pada pembahasan selanjutnya.

Sep 18, 2014


Membahas U2 tidak akan ada habisnya. Pada mulanya saya mendengar kata U2 dari OST Mission Immpossible yang ikonik itu. Padahal sebelumnya With Or Without You kemudian Beautiful Day sudah akrab ditelinga, namun saat itu masih belum kenal siapa penyanyinya karena kaset tape babe tak ada wadahnya. Kemudian Elevation yang menjadi soundtrack Tomb Rider membuat saya semakin penasaran dengan band ini. Ada kisah menarik dengan lagu ini. Suatu hari ada toko kaset CD bajakan yang memutarnya dan saya berhenti untuk melihat penyanyinya (Dulu tak paham credit dalam film. Bodohnya aku, padahal tinggal muter aja filmnya dan lihat kreditnya). Sampai pada akhirnya saya jelajahi tiap toko kaset CD dan tape untuk menanyakan U2. Hingga saya jengkel pada penjualnya karena jelas-jelas ada kaset U2 dibelakang si penjual menggantung dengan indahnya, eh dia bilang tak ada dan saya nunjuk serta bilang “yang itu, pak.” Tau kah apa yang dibilang si penjual? “Oooh, U Dua (maksudnya U2). Ngomong to, mas.” Rasa jengkel tiba-tiba pengen ketawa karena saya selalu bertanya U2 dengan cara pengucapan yutu (You Two). Ternyata dengan bertanya U Dua saya mendapatkan kaset yang lumayan banyak, padahal sebelumnya nihil.
Mohon maaf, saya mengenal U2 dari bajakan karena yang asli sangat sulit ditemukan di desaku. Saya bersyukur dari bajakan tersebut mengenal lagu-lagu hits U2 mulai dari Where The Street Have No Name, One, Bad, Sunday Bloody Sunday,I Still Haven’t Found What I’m Looking For dll. Poin yang membuatku suka dengan band ini adalah musik dan vokal tertata dengan pas. Secara pribadi, tiap kali mendengar lagunya serasa berada di dunia lain yang belum terjamah. Vokal Bono pun terkadang sendu dan di lagu lain menghentak yang akan membuatku berkata “WOW! Kok bisa ya?” Dulu tak jarang pula saya jadikan musik U2 sebagai relaksasi sebelum penjelajahan ke dunia antah berantah atau sekedar mencari inspirasi karena bunyi-bunyian anehnya.
Bulan ini spesial karena U2 mengeluarkan album baru secara gratis. Beeh, saya suka gratisan meskipun ada yang bilang jika gratisan biasanya jelek, but I don’t Care. Album Song of Innocence terdengar simpel dan sederhana. Pada beberapa lagu nampak ingin mengembalikan nuansa pada album-album awal mereka. Walaupun banyak kritik terhadap album No Line On The Horizon, U2 selalu ditunggu karya-karyanya karena bisa dibilang band ini adalah parameter. Majalah Rolling Stone menobatkan U2 sebagai penguasa dekade 00 (2000-2010), meskipun dalam hal penjualan Coldplay lebih tinggi namun jika kita berbicara penguasa maka tak akan lepas pada pengaruh. Secara tak langsung pun Chris Martin, vokalis Coldplay, menjadikan Bono sebagai inspirasi. Ini bisa dilihat ketika lagu pembuka pada salah satu konser Coldplay adalah Magnificent dari album No Line On The Horizon.
Lagu dibuka dengan The Miracle (Joey Ramone) yang menampilkan usaha U2 untuk mengembalikan unsur post-punk mereka tapi rasanya tak sampai. Choir intro menjadikan lagu ini cocok untuk jingle iklan Apple. Meskipun tak ada yang spesial dalam lagu ini, namun cukup kenyal untuk lagu pembuka. Every Breaking Wave dimulai dengan suara lembut Bono yang mengingatkanku pada lagunya Nidji. Chorus beranjak memberikan kemegahan ala U2. California (There is no End to Love) mengingatkanku pada lagu New York yang sedikit membosankan. Akan tetapi, nampaknya U2 belajar dari kasus New York dalam memperbaiki California. Bunyi lonceng dan repitisi kata Santa Barbara memberikan kesan yang mistis pada lagu ini. Suara gitar Edge yang beachy terdengar menyenangkan dipadu dengan Larry Mullen yang mensimulasikan suara ombak. Vokal Bono “whoa.. o..o..” masih terngiang-ngiang pada beberapa kesempatan.
If there is a light, you can't always see,
And there is a world, we can't always be.
If there is a dark, that we shouldn't doubt,
And there is a light, don't let it go out.
And this is a Song, a Song for Someone;
This is a Song, a Song for Someone
Penggalan lirik di atas merupakan bagian dari lagu Song for Someone yang mendayu-dayu dan diiringi petikan gitar yang romantis. Pada awal lagu vokal Bono terdengar rendah dan datar, tapi terselamatkan oleh petikan gitar serta eksekusi selanjutnya yang menunjukkan kualitas lagu ini. Gumam di backing vokal menambah kesan cengeng nan cantik. Sebuah lagu yang bercerita tentang susahnya memperjuangkan dan mempertahankan sebuah cinta. Setidaknya saya dan Ghinan punya lagu yang tak kalah romantisnya dengan lagu ini hehehe…
Irish (Hold Me Close) menurut saya merupakan pengembangan dari I Still Haven’t Found What I’m Looking For dan Sometime You Can’t Make It on Your Own karena memiliki beberapa kesamaan dalam beberapa bagian. Lagu ini seperti halnya Lemon, I Will Follow, dan Tomorrow yang didedikasikan untuk ibu Bono. Selanjutnya adalah Volcano yang menjadi salah satu kesukaanku dalam album ini. Adam Clayton dengan betotan bass mengawali lagu ini. Sedikit teringat genre lagu-lagu awal U2 yang post-punk. Tidak terlalu lama bagi saya untuk menyukai lagu ini walau tak segarang Vertigo.
YOU ARE ROCK N ROLL
YOU AND I ARE ROCK N ROLL
YOU ARE ROCK N ROLL
YOU AND I ARE ROCK N ROLL
Volcano, you don’t wanna, you don’t wanna know.
Volcano, Something in you wants to blow
Volcano, You don’t wanna, you don’t wanna know
Belum cukup dengan Volcano, kita diajak dalam sebuah lagu yang kaya dengan musik instumen. Intro yang tidak asing, saya masih terus mengingat-ingat itu mirip suara apa. Ketegangan dalam lagu ini kental terasa untuk menampilkan gejolak politik yang berdarah masa lalu. Lirik I don’t believe anymore, I don’t believe anymore yang pelan sedikit mengurangi ketegangan menjadi jembatan menuju hentakan chorus yang cantik. You don’t believe it.
Cedarwood Road bercerita tentang persahabatan tatkala beranjak dewasa di sebuah jalan bernama Cedarwood. Mereka mencoba bernostalgia dengan jalan cerita Where The Street Have No Name. Menjelang detik ketiga puluh detik hentakan musik sulit untuk menghentikan kaki untuk mengikuti iramanya. Riff rendah Edge dan ritme pukulan yang solid menambah berat lagu ini. It was a war zone in my teens, I’m still standing on that street. Sedikit menyindir kita-kita, nih. Pada saat di luar sana terjadi perang, kita hanya duduk minum kopi sambil merokok. Sadis.
Denyut gelombang synthesizers yang kemudian ditumpuk string dan melodi dering sampai suara berisik riff Edge mengalun lembut tapi membakar membuat lagu Sleep Like A Baby Tonight berkelas. Didukung dengan lirik kelam lagu terasa satire. Lagu beranjak pada sebuah penghormatan kepada Joe Strummer, This Is Where You Can Reach Me Now. Lagu yang bisa saja dibuat dance remix. Edge menambahkan riff Reggae dan si Clayton ngebass macam bassisnya band Punk-Rock The Clash, siapa lagi jika bukan Paul Simonon Gustave. Asyik.
Finally, The Trouble. Sebuah lagu balada yang dimulai dengan suara halus wanita dan falsetto Bono menusuk membuat merinding. String sederhana Edge menambah kuat lagu ini yang menjadi megah membuatku serasa dalam dunia asing yang ingin kusinggahi.
Album ini mungkin akan mendapatkan banyak kritik karena kita seperti tidak mengenal band besar ini. Simpel, sederhana, dan seperti sedang mencari jati diri. Tapi jangan dilupakan bahwa ini adalah Song of Innocence yang merupakan refleksi musik mereka sebelum menjadi terkenal dan masih menjadi pemuda yang lugu nan polos. Whatever The Critics say, I always love U2. Oh, iya saya pernah mengira jika Robin Williams adalah Bono. OK, saatnya mutar Discotheque.



Sep 8, 2014

            Setiap penggila bola memiliki fase awal untuk memilih klub sepak bola favoritnya. Tifosi mungkin lebih tepat dikatakan demikian meskipun arti kata ini lebih mengarah pada pendukung klub dari negara Italia. Pada mulanya saya tidak begitu paham dengan klub sepak bola, namun ketika menonton sepak bola lebih tepatnya sejak EURO 1996 saya mulai menyukai sepak bola. Pasca itu ada liga Italia yang sesekali saya tonton. Dari beberapa klub peserta yang selalu saya tunggu penampilannya adalah AC Milan. Pas kecil masih ingat Liga Serie A ditayangkan oleh RCTI, tetapi karena tidak paham jadwal secara tidak sengaja sering juga melihat pertandingan. Bahkan dini hari pun tak sengaja melihatnya ketika terjaga dan televisi belum dimatikan karena Ayah ketiduran.
            Weah adalah nama dari pemain bernomor punggung 9 yang menarik perhatianku. Meskipun negro ada rasa harapan yang besar dan rasa kasihan (entah kenapa saya melihatnya begitu) dalam orang itu dan Ia menciptakan gol ketika pertandingan AC Milan yang saya tonton. Sejak itu selalu ada harapan AC Milan selalu menang dan Weah mencetak gol. Sampai pada akhirnya 1998 setelah Piala Dunia (dimana tim favoritku keok melawan Kroasia), AC mendatangkan Oliver Bierhoff. Penampilan Bierhoff pada EURO 1996 yang membuatku terkesan untuk pertama kalinya dengan sepak bola dan selalu mendukung Jerman pada tiap turnamen hingga saat ini. Keberadaan Bierhoff membuatku semakin suka dengan AC Milan terlebih gol-gol nya melalui sundulan. Bahkan hl itulah yang menginspirasi permainan Winning Eleven sampai PES untuk selalu membuat gol lewat sundulan, meskipun bisa saja lewat tendangan sampai-sampai teman-temanku pada jengkel.
            Sheva lah yang membuatku untuk mendeklarasikan diri menjadi seorang Milanisti. Meskipun pada saat itu Milan terpuruk tetapi tidak menyurutkanku. Dulu sempat terpikir untuk mendukung Juventus dengan Zizou-nya, namun entah kenapa saya lebih mantap di hati dengan AC Milan walaupun dalam perolehan scudetto Juve lebih banyak. Saya sendiri baru mengetahui sejarah AC Milan ketika SMP sehingga bukan masuk dalam fans yang memilih dengan alasan membaca sejarah atau lainnya. Dan ketika mengetahui sejarah dan track record AC Milan saya semakin bangga dan tidak salah pilih.
            Keterpurukkan Milan akhir-akhir ini membuatku bangkit kembali untuk menyaksikan lagi tiap laganya. Sempat terhenti dan mengikuti perkembangan AC Milan beberapa tahun, nampaknya Milan membutuhkan dukunganku. Rasa sakit pada tahun 2005 yang tanpa gelar dan kalah menyesakkan dari Liverpool tidak segenting saat ini. Krisis finansial dan penurunan penonton menunjukkan ketidakpercayaan publik terhadap Milan. Era baru Pippo membuat sedikit ada harapan walau belum terlihat hasil nyatanya (Inget awal-awal kepelatihan Carletto yang dingin dan tanpa ekspresi ketika kalah maupun menang. Sebal juga jika diingat). Semoga pula kedatangan Torres (yang juga ikut berperan dalam kekalahan pada final Liga Champion di Turki) bisa membantu dan mengembalikan kejayaan Milan.

Ed i colori che noi portiamo
sono la gloria
sono la gloria
Ed i colori che noi portiamo
sono la gloria
dei Rossone'
forza Milan ole'
forza Milan ole'
forza Milan ole' ole' ole'
Milan ! Milan ! Milan !
 



Aug 28, 2014



Pemain           : Scarlet Johansson, Morgan Freeman, Min-Sik Choi, Amr Waked
Sutradara       : Luc Besson
Naskah           : Luc Besson
Durasi             : 89 Menit

We humans are more concerned with having than with being

            Sinopsis sebuah film terkadang melebih-lebihkan atau justru sebaliknya. Selain trailer dan poster, sinopsis juga bagian penting dari marketing sebuah film. Untuk saya pribadi, ada kalanya saya melihat sinopsis terlebih dahulu baru kemudian trailer dan pemainnya. Namun, ada kalanya juga saya tak perlu membaca sinopsis dan melihat pemain yang masuk dalam daftar saya nilai memiliki akting bagus. ScarJo dan Morgan Freeman adalah pemain yang masuk dalam daftar saya dan inilah alasan saya menonton LUCY. Semenjak menonton Lost In Translation kemudian Match Point saya mengikuti film-film ScarJo sampai HER (meskipun cuma suara doang tapi asyik juga) dan Under The Skin. Shawsank Redemption lah yang memperkenalkan saya dengan Morgan Freeman dan film-film yang Ia bintangi memiliki kisah yang menarik serta memiliki twist ending. Selain Shawsank Redemption, ada Se7en, Million Dollar Baby, Trilogi Batman karya Christoper Nolan, Now You See Me, Wanted dll.
            Saya tak akan menguraikan sinopsisnya kembali karena itu membuang waktumu dan waktuku. Anda bisa membacanya sendiri pada website dan situs yang anda percaya. Langsung saja, Ok! Ide dasarnya adalah peningkatan kemampuan otak manusia melalui obat jenis baru. Manusia digambarkan hanya mempergunakan 10% kemampuan otaknya, dan bisa melakukan sesuatu yang spesial jika mempergunakan lebih dari itu. Tidak lebih bagus dari film Limitless, tapi ini lebih luas jangkauannya karena terdapat bumbu terkait kehidupan dan tujuan manusia. Pada awal film cukup bagus dengan selingan-selingan deskripsi evolusi dan adegan binatang yang cukup menggelikan. Karakter Lucy sendiri mengalami perubahan yang dari awalnya seorang gadis yang polos dan suka berpesta menjadi lebih tenang dan agresif (cenderung primitif/bar bar). ScarJo mampu membawakan karakter Lucy dengan baik pada awal sampai peertengahan, sedangkan dari pertengahan sampai akhir saya seperti melihat Black Widow. Morgan Freeman pun tidak mendapatkan porsi yang banyak dan karakter yang dibawakannya memang tidak berkembang. Min-Sik Choi dan Amr Waked lumayanlah tapi tidak benar-benar membantu.
            Sejak menit awal kita diberikan ketegangan dan berbagai pertanyaan muncul dalam benak kita. Ketegangan sedikit mengendor ketika fokus kita tidak lagi pada Lucy, melainkan lebih pada penjelasan ilmiah. Menjelang ending cerita nampak kedodoran dan dipaksakan. Tidak ada yang istimewa dari adegan ketika Lucy dapat mempergunakan kemampuan otaknya lebih dari 10% karena kita dapat menemukannya pada film-film X-Men. Atau lebih tepatnya jika Luc Besson tak jeli mengeksplorasi kemampuan Lucy dengan adegan yang bisa dikenang pada penonton.
            Saya menyukai humor yang disisipkan Luc Besson, terutama Black Humor yang dapat ditemukan dari dialog antara Lucy dengan Pierre Del Rio ketika Lucy menyetir mobil.
Pierre Del Rio: “I'd rather be late than dead.”
Lucy: “We Never Really Die”
Perhatikan saja ekspresi Pierre ketika mendengar jawaban Lucy. Sepertinya sang sutradara memang ingin sedikit mengurai ketegangan yang dibangunnya dengan menyelipkan beberapa klip personifikasi yang sesuai dengan situasi yang terjadi, terutama pada awal film dan bagian penjabaran immortality and reproduction (nah, yang ini si Besson dapat video itu darimana coba? Hehehe)
            Bagi mayoritas penonton pasti berpikir bahwa ada kesan menyeret Lucy menjadi Tuhan, namun jika demikian akan membuat lubang dalam cerita dan menarik pertanyaan yang mendasar “Apa yang terjadi jika semua manusia mampu mengoptimalkan 100% otaknya? Mengapa manusia harus memiliki hati? Lantas siapa yang menciptakan seluruh alam semesta dan kemampuan manusia yang begitu luar biasa?” Tiada penjelasan dalam film dan inilah yang menjadi salah satu ciri scifi. Lucy mengalami fase dimana kehilangan rasa sakit, takut, dan hasratnya. “Everything that makes us human, begins to escape. I feel less human.” Saya salut terhadap keberanian Besson dalam memasuki wilayah absolut dengan menciptakan karakter Lucy. Mustahil manusia memasuki wilayah absolut karena harus menghilangkan kemanusiaannya dan memandang semua rasa adalah sama yang tiada bedanya. Yang bisa dilakukan manusia adalah menyeimbangkan anugerah yang telah diberikan baik hati, jiwa, rasio bahkan indra. Pada tataran absolut, semua pertentangan/ironik/paradog harus dirasakan secara bersamaan dalam satu waktu sehingga upaya apapun manusia mencapainya adalah mustahil. Inilah yang membuatku menyukai genre scifi (truly scifi, bukan yang abal-abal) dibandingkan genre lainnya.
Lucy: “Time is the reason for its own existence, the ultimate measure. It attributes its existence to matter. Without time, it does not exist.”
            Berbicara tentang waktu teringat surat al-Ashr yang berbunyi “Demi masa (1) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian (2) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (3)”. Jadi, jangan sia-siakan waktu. Saatnya kembali fokus pada tesis. CU!!