Ronaboyd Mahdiharja

Sebuah goresan nan Pribadi mengenai metamorforsis dalam alam pemikiran perjalan menjadi manusia.

Dec 8, 2015

Satu tulisan yang dimuat oleh Cinemags Bulan Juli 2015.               
             Sorot mata Caesar pada adegan pembuka dan penutup film Dawn of The Planet of The Apes mengingatkan saya pada sorot mata yang sama di pedalaman hutan Kalimantan. Kemudian saya berpikir bahwa seharusnya Indonesia bisa membuat film yang lebih dari ini. Lantas saya membuka kembali ingatan tentang Apocalypto karya Mel Gibson yang berkisah tentang suku Maya. Dari kedua film tersebut ada sebuah permasalahan laten, yakni eksplorasi budaya.
            Eksplorasi kebudayaan kita untuk dijadikan sebuah tontonan yang menarik masih minim. Film-film kita masih didominasi oleh drama yang minim budget. Pada mulanya Pendekar Tongkat Emas memberikan ekspektasi mengenai film yang mengangkat budaya lokal, namun kok jatuhnya seperti film-film silat Tiongkok. Baik dari segi pakaian maupun gaya bertarung. Mungkin The Raid yang mengangkat seni pencak silat di pentas dunia dan melakukan ekspansi budaya ke beberapa negara.
            Einsten pernah menekankan pentingnya imajinasi. Dan imajinasi saya sampai pada ekspansi budaya melalui film sehingga tiada klaim budaya lagi dari negara lain. Jepang, Korea,Tiongkok pun coba memperkenalkan budaya mereka melalui film. Tidak sedikit dari kita yang lebih mengetahui budaya negara lain dibandingkan budaya sendiri melalui film-film mereka. Anda bisa mengecek koleksi film teman-temanmu dan mungkin anda akan menemukan koleksi film Barat, Jepang, Korea, Pinoy, Thailand, India, Tiongkok, atau bahkan Malaysia. Pertanyaannya, adakah manusia dari negara lain yang mengoleksi film-film Indonesia?
            Imajinasi juga yang membawa saya berandai bila kita memiliki pusat industri perfilman semacam Hollywood ataupun Bollywood. Keduanya memiliki karakter khasnya masing-masing. Terutama Bollywood yang tak lepas dengan nyanyian dan tarian yang menambah durasi film menjadi dua jam lebih. “Kita kan sudah punya Dollywood mas bro,” kelakar seorang kawan menimpali imajinasiku. Ia menunjuk sebuah tempat lokalisasi besar di Surabaya yang membawa kenangan pada sejarah bila industri film kita pernah mengakomodir otak mesum masyarakatnya. Saya sangat berterima kasih pada film Petualangan Sherina yang telah membuat jatuh cinta pada industri film nasional. Walaupun ada fase dimana film kita mengakomodir kembali otak mesum masyarakatnya dengan balutan genre horor dan komedi.
            Sinema bukan sekedar hiburan semata. Ada pengenalan identitas sebuah bangsa sekaligus ekspansi budaya pada negara lain. Lalu tinggal melihat respon dari negara tersebut, apakah menelan mentah-mentah ataukah melakukan mekanisme pertahanan diri dan kemudian berekspansi balik? Jepang menyadari situasi ini. Mereka membendung pengaruh Walt Disney dengan menggenjot industri manga dan anime yang dilanjutkan pada ranah game. Seperti ucapan budayawan Yamada Shoji yang mengatakan bahwa ada dua hal yang bertentangan dalam budaya yakni perilaku ”memiliki” sekaligus ”menyebarkan”.
            Tatkala saya bermain perang-perangan memerankan tokoh jagoan dengan keponakan yang telah berubah logat seperti Upin & Ipin. Saya menjadi Gatotkacha dan dia menjadi Naruto. Ia bertanya tentang siapa Gatotkacha, kekuatan apa yang dia miliki kemudian membandingkan Gatotkacha dengan Naruto. Lantas kami sedikit berdebat dan akhirnya kalah oleh ucapannya, “Jagoan kok bisa mati Om. Naruto kan tidak mati saat bertarung. Jadi, nanti Om harus kalah dan mati.” Saya hanya diam karena dalam perang Mahabarata dikisahkan bahwa Gatotkacha memang mati. Apa yang mesti saya jelaskan tentang kematian seorang pahlawan pada anak kecil? Akankah Arjuna juga akan kalah pesona dengan Casanova dalam merebut hati wanita?
            Pasti akan seru menyaksikan tari-tarian tradisional kita mampu melebihi Step Up. Atau mungkin juga menampilkan kejayaan maritim kita dengan kapal-kapalnya sekaligus perang armada lautnya yang lebih seru dibandingkan Pirates of The Caribbean series. Adaptasi I La Galigo menjadi film pun patut dipertimbangkan karena kaya akan filosofi kehidupan. Apabila kita menggali dan mengeksplorasi apa yang kita miliki mungkin tak akan ada habisnya. Tetapi, itu kembali pada sineas kita dan terutama penyandang dana yang tentunya melihat dari sisi profit. Terkadang langkah pertama membutuhkan keberanian dan (juga) kegilaan yang menyertainya.

Cinemags 192 Juli 2015, Hlm 86.

Sep 11, 2015

            Anime tanpa original soundtrack ibaratnya seperti sayur bening tanpa garam. Selain bertambah manis, OST pada anime menunjukkan karakter anime tersebut serta sarana pemasaran. Banyak anime yang tidak terlalu terkenal memiliki soundtrack yang bagus, baik dari segi lirik, musikalitas dan  memperkuat kisahnya. Namun, yang perlu dicatat adalah saya tidak memasukkan anime bertema musik seperti Nodame Cantabile, Nana, Beck, Detroit Metal City, K-On dll. Berikut adalah daftar soundtrack yang dalam sudut pandangku memiliki nilai di atas rata-rata secara keseluruhan.

10. Mi Title – Utaibito Hane (Hungry Heart: Wild Striker)

Walaupun anda mengenal Captain Tsubasa sebagai anime dan manga yang berkisah tentang olahraga sepak bola, akan tetapi Wild Striker memiliki beberapa soundtrack yang bagus dan menggugah semangat. Dengan intro gitar lagu ini memiliki tempo yang meningkat dan menghentak di reff. Semangat dari inti cerita anime ini tersampaikan pada liriknya.

9. Anata Magic – Monobright (Gintama)


            Sejujurnya saya lagu ini karena liriknya dan musiknya yang asyik. Liriknya yang menandakan kejujuran seperti animenya serta visual opening yang mendukung musiknya, terlebih ketika Shinpachi-kun mangap-mangap dibonceng Gin-san serta Catherine pegang kipasnya hahaha ... 

8. Wind – Akeboshi (Naruto)


            Soundtrack ini memiliki nuansa yang sedih dengan lirik nasihat. Piano mengantarkan pembuka yang cantik kemudian dengan melodi seruling dan biola menambah kesan kuat kisah Naruto yang dikucilkan. Acapkali mendengar lagu ini ada rasa sedih karena dikucilkan.

7. Every Heart – BOA (Inuyasha)

Bagi yang pernah nonton anime ini, khususnya cewek, tak ayal akan jatuh cinta dengan soundtrack ini. Sejujurnya saya tak begitu suka dengan anime yang tokohnya bertelinga anjing ini dan harus diakui bahwa soundtracknya menjadi salah satu anime dengan banyak soundtrack bagus-bagus.



6. Memories – Maki Otsuki (One Piece)

            Ini lagu memorable banget. Saya kenal One Piece dari anime baru manga nya. Dan lagu ini menjadi favoritku waktu kecil. Dengerin berkali-kali tak bosan-bosan.





5. Tank! -  Yoko Kanno & The Seatbelts (Cowboy Bebop)

Mari bergoyang dengan nuansa Jazz pada lagu ini. Lagu yang komposeri oleh sang jenius Yoko Kanno. Sangat cocok untuk kisah Cowboy luar angkasa. Bagi yang belum pernah dengar, cobalah mendownloadnya.



4. Brave Song – Aoi Tada (Angel Beats)

            Anime yang satu ini memiliki kisah yang mengharukan dan disertai lagu-lagu yang indah. Sulit mendeskripsikan soundtrack ini. Walaupun namanya “Lagu Keberanian”, tetapi musiknya sendu.

3. Fukaimori – Do As Infinity (Inuyasha)

            DAI mengisi soundtrack Inuyasha dengan ciamik. Sangat disayangkan band ini bubar tahun 2005.

2. Samurai Heart – Spyair (Gintama)

            Satu lagi soundtrack dari anime yang memarodikan berbagai hal (Apa sih yang tak bisa diparodikan oleh anime ini?). Yah... rata-rata tak ada lagu cengeng dalam anime ini. Saya tak menyangka jika anime ini memiliki OST yang keren dan serius. Jika kamu nonton jarang juga yang serius. Hahaha... Yiiiip!! Loncat!!

1.    Ready Steady Go! – L’arc en Ciel (Full Metal Alchemist)

Hehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehe... maaf tak ada alasan khusus. Coba lihat dan dengarkanlah.




Jul 27, 2015

            
              Tiap kali ke toko buku, dimana pun itu, buku-buku yang menjadi Best Seller didominasi buku motivasi (efeknya buku bajakannya pun bertebaran di toko buku bekas). Secara tidak langsung hal ini menandakan bahwa masyarakat kita kurang motivasi atau masuk pada fase kurang percaya diri. Tidak dapat dinafikan bahwa ada kalanya manusia mengalami disorientasi jati diri atau dorongan. Saya pun pernah merasakan hal tersebut. Banyak buku-buku motivasi yang saya baca dan beli, namun ada yang sedikit mengganjal dan itu fatal: aplikasi. Kebanyakan membaca buku motivasi ternyata membawa dampak pada tingginya teoritis, tetapi minim aplikasi. Sehingga, kita dapat memotivasi orang lain dan sayangnya sulit memotivasi diri sendiri. Padahal itulah tujuan awal saya membaca buku motivasi. Pada akhirnya, saya berhenti membaca buku motivasi dan mulai mempraktekkannya.
            Semenjak itu setiap kali melihat brosur atau iklan tentang pelatihan motivasi atau yang sejenisnya, saya hanya tersenyum geli dan geleng-geleng karena harga pelatihan/seminar yang begitu mahal. Dan pesertanya tidak sedikit, ratusan atau mungkin ribuan bahkan dibuat angkatan-angkatan. Begitu besar rasa ingin mengenal diri, sukses, mendekatkan diri pada Tuhan atau hidup yang lebih baik harus diimbangi dengan pengeluaran yang tidak sedikit. Ada yang berhasil dan tidak sedikit yang gagal.
            Banyaknya pelatihan/seminar motivasi tidak menurunkan tingkat depresi masyarakat karena apa? Ya karena yang bisa ikut hal tersebut ya orang-orang berduit, kaya, mapan atau penghasilan cukup. Padahal negara kita mayoritas MISKIN. Sehingga, saya sempat berkesimpulan jika pelatihan/seminar motivasi adalah ladang bisnis. BISNIS ya. Ada untungnya, dan tak gratis itu. Astagfirullah kok malah negatif thinking gini. Tak boleh Boip... itu tidak boleh ya. Boip kan sudah baca buku-buku motivasi jadi harus positif thinking. Astagfirullah 100x... Ampuni Boip ya Allah. Ya... maklumlah kalau mahal, itu kan ilmu. Emang gampang buat teori? Buat diagram yang bulet-bulet atau kotak-kotak itu emangnya gampang? Ilmu itulah yang buat mahal mas brooo...
            Aduuh saya takut dibilang klise ketika hendak mengetik, “bagaimana nasib masyarakat miskin?” Ada banyak jawaban untuk menjawab pertanyaan tersebut. Mari mengucapkan Alhamdulillah karena terdapat internet yang menyediakan secara gratis yang memuat hasil pelatihan/seminar motivasi dan bersyukur karena tingkat pembajakan yang tinggi sehingga tersedia CD atau buku bajakan. Lha terus mbah-mbah atau bapak-bapak yang tidak kenal internet atau teknologi gimana? Ya, biarin. Derita mereka, bukan kita. Hehehe... bercanda.
            Pada hakikatnya banyak lho kisah-kisah atau serat-serat yang mengandung motivasi untuk kesuksesan materi, pengembangan diri, atau spiritual. Sayangnya, tradisi masyarakat kita tidak terlalu mengejar materi jadi sedikit susah (bukan berarti tidak ada) untuk menggali motivasi meraih kesuksesan materi. Meskipun ada kisah-kisah mencari kesuksesan materi, akan tetapi ujung-ujungnya akan berakhir pada spiritual. Permasalahannya kisah-kisah atau serat-serat itu memiliki kemasan yang dalam sudut pandang marketing tidak terlalu menjual karena terkesan jadul atau kuno. Bandingkan saja dengan pelatihan/seminar motivasi saat ini yang bertaburan istilah-istilah ilmiah dan terkesan modern yang didukung penelitian-penelitian ilmiah.
            Berbanding terbalik dengan budaya lokal yang terkesan kuno. Sebelum para wali, sebenarnya Islam sudah muncul di Jawa dan daerah-daerah di Nusantara lain. Akan tetapi, perkembangan Islam stagnan karena metode dakwah terbilang frontal. Karakteristik masyarakat Jawa yang lembut dan halus tentu saja akan menolak ketika ada yang berdakwah dengan penghakiman yang tidak secara langsung membid’ahkan atau mengkafirkan. Perubahan metode pendekatan dilakukan oleh para wali melalui berbagai cara, salah satunya melalui budaya. Saya ambil contoh wayang. Bukankah masyarakat zaman dahulu sudah mengenal wayang dengan kisah dan tentunya sudah banyak yang hafal? Tentu saja Para wali memahami hal tersebut, tetapi mereka melakukan revolusi pewayangan baik dari substansi, bentuk wayang dan juga bentuk pertunjukan yang hanya mempertontonkan bayangan. Hasilnya benar-benar membuat masyarakat tertarik. Saya yang pernah melihat wayang meskipun hanya bayangannya saja merinding dibuatnya.
Mungkin jika anda pernah membaca kitab Mahabharata asli, kemampuan memanah Arjuna karena Ia merupakan titisan Dewa Indra. Dalam pewayangan Jawa dikisahkan bahwa kemampuan Arjuna karena berlatih memanah sampai akhirnya ia menjadi ahli panah. Selain berlatih memanah, Ia juga dikenal sebagai ksatria yang rajin bertapa (puasa) agar mendapatkan ridho Allah. Setidaknya jika anda menonton kisah Arjuna dalam berlatih panah, mungkin anda tak perlu membaca buku 7 Habits Of Highly Effective People karya Stephen R. Covey. Atau memahami kisah pertemuan Bima dengan Dewa Ruci tentang hakikat kehidupan sehingga anda tak perlu repot-repot mengikuti pelatihan/seminar ESQ atau justru anda bisa meluruskan konsep ESQ perihal God Spot. Atau bagaimana anda akan memahami Jamus Kalimasada sebagai pusaka paling penting dalam kerajaan Amarta yang mengalami penggubahan berisi kalimat syahadat dan itu dijabarkan dengan terang.
Lantas letak relevansi akses masyarakat miskin dengan pelatihan/seminar motivasi? Ya itu tadi, tak ada akses. Bayar saja mahal bro... Akses internet pun juga tidak merata dan hanya yang bisa saja. Kisah-kisah atau serat-serat yang mengandung motivasi pun banyak yang dicap bid’ah, kafir, plural, atau liberal. Masyarakat jadi takut lah. Sayangnya, tradisi kita bertutur sehingga tak ada itu yang namanya diagram penjelas atau buletan-buletan dan kotak-kotak yang menjabarkan konten dari kisah-kisah atau serat-serat seperti halnya buku, pelatihan, atau seminar motivasi.

Jul 10, 2015

       Pada era digital sekarang ini, berbagai media internet mendominasi. Bentuk informasi lebih mudah didapatkan dan beberapa ada yang gratis meskipun ada juga yang masih menerapkan sistem langganan. Yah globalisasi 3.0, seperti penggambaran Thomas L. Friedman bahwa saat ini dunia semakin datar. Perkembangan semakin pesat. Ada suatu masa ketika saya rajin membeli atau membaca Majalah, Koran, atau tabloid. Suatu media yang sampai saat ini terbilang jadul, tapi dulu memiliki kenangannya tersendiri. Kenangan yang tumbuh seiring bertambahnya usia ini. Mungkin peralihan tersebut bisa anda lihat dalam film The Secret Life of Walter Mitty yang mengkisahkan peralihan majalah LIFE yang menghentikan penerbitan cetak menuju bentuk media online
.
1. BOBO
Gambar yang rutin muncul. hehehe

Yang pertama pasti BOBO lah... masak X-Hot? Hehehe... Ini majalah pertama yang dulu suka banget beli dan malah mengoleksinya. Selain berwarna, BOBO memiliki rubrik dan cerita-cerita yang menarik bagiku yang masih unyu itu. Ada Bona &Rongrong, Nirmala, Paman Kikuk, Hasta dan Asta. Masih teringat jelas BOBO pertama yang kubaca itu tentang mengupas film TITANIC dan sejarahnya. Bayangin aja, bacanya sekitar tahun 1996an. Nonton filmnya pas SD kelas 6. Selain tentang TITANIC, edisi peringatan film STAR WARS yang The PhantomManace juga masih membekas. Ada suatu kebiasaan saat membeli BOBO, yaitu ikut kuisnya. Alhamdulillah menang sekali dan berhak mendapatkan jaket Bobo berwarna kuning-hitam. FYI, BOBO ini bukan asli Indonesia melainkan Belanda. Kok tau? Ya, taulah namanya juga pembaca sejak kecil.

2. FANTASI

Saya ingat betul cover ini.
Dari segi konten dan bahasa, Fantasi beda jauh dengan BOBO. Jika BOBO terkesan membuatmu untuk lebih unyu, nah Fantasi ini membuatmu agar kelihatan keren. Apalagi ada rubrik tentang video game. Wiih cheatnya jadi kitab suci bagi gamer... zaman semono belum ada internet masuk kampung. Harap maklum ya. Dengan format tabloid dan kualitas kertas seperti koran, Babe sering agak sewot kalau saya beli tabloid ini karena bertebaran kertasnya hehehe... Ketika SMP, majalah Fantasi ganti format menjadi Fantasi Teen dan kabarnya sekarang menjadi Majalah Teen.




3. NYATA
Nyata & Bintang yang pernah rutin datang ke rumah
  Sebenarnya ini buka saya yang langganan, tetapi Babe yang suka ambil resep masakan di dalamnya. Konten beritanya yang enak dibaca membuat ada rubrik-rubrik khusus yang membuatku untuk pertama kalinya mengenal yang namanya berita. Jenis-jenis tulisan features membuat tabloid ini, dalam pandanganku, lebih unggul dibandingkan Nova atau Bintang. Sekarang mbakku yang rajin berlangganan tabloid ini.


4. X-Hot
Sebenarnya ini aib, tapi lebih baik saya jujur. Apalagi saat itu masih muda. Masa muda masanya berapi-api. Hahahaha... masa dimana rasa ingin tahu begitu tinggi. Terbit setiap Jumat (jika tak salah ingat), menjadi langganan teman di tetangga kelas. Saya jadi ikut nimbrung membacanya. Hahahaha dan ada sebuah insiden yang kocak terkait tabloid ini: Poster dipasang di kaca kelas yang memicu amarah guru. Hwekekeke... Bukan saya, tapi temanku. Saya hanya geleng-geleng sambil tepuk tangan.

5. MOVIE MONTHLY (M2)
Sisa Majalah M2 pasca Banjir
Hobi nonton film dari film anak-anak sampai dewasa membawaku pada sebuah majalah keren ini. Semasa SMA rajin banget baca majalah ini. Selain bonus poster yang keren, konten majalah M2 lebih variatif dan benar-benar menambah pengetahuan tentang perfilman. Saat itu, M2 bersaing ketat dengan Cinemags. Cinemags pada saat itu menurutku kurang tersistematis dan unggul dalam bonus yang lebih beragam, mulai dari poster, postcard, dll.
Logo M2 yang ikonik



6. ANIMONSTER
Thanx Animonster

Dulu sering pinjam majalah ini dari tetangga yang langganan. Sesama penyuka anime sih. Uniknya majalah ini yang saat itu belum pernah saya temui adalah covernya bolak balik. Edisi yang berkesan dan ingat sampai saat ini adalah edisi Tsubasa dan One Piece. Khusus edisi One Piece saya sudah tahu jika Ace akan mati. Tapi, anehnya sejak saya baca artikel di Animonster yang saat itu masih SMP, baru kuliah kejadian Ace mati. Setelah 14 tahun, majalah ini tutup usia.

7. HOT GAME
Edisi ketika Konsol Baru Bermunculan

Bayangin saja zaman ketika Nintendodan Sega masih berjaya, Hot Game merebut perhatian dengan membahas Playstation yang belum masuk desa kami. Hahaha... Banyak hal dibahas dalam majalah ini dan yang terpenting adalah Chea-cheat. Bonus poster Devil May Cry dengan Dante sempat menghiasi dinding kamar. Saingan majalah ini pada saat itu adalah GameStation dan Ultima.

8. SOCCER
Cover Soccer

Ini tabloid langganan sepak bola saya. Sampai yang jual akrab dan ganti generasi pun belinya tetap di situ. Pertama kali langganan ketika World Cup 2002. Tabloid Bola sebenarnya bagus juga tapi isinya beraneka ragam jenis olahraga dan tidak semua olahraga saya suka. Jadi ya mending beli Soccer. Selain isinya full tentang sepakbola, ada bonus rutin berupa poster yang tidak selalu Bola berikan. Dan menurutku, poster Soccer lebih natural dengan menampilkan sosok pemain di lapangan dibandingkan Bola yang sudah di edit backgroundnya. Sayangnya, akhir-akhir ini Soccer sulit didapatkan dankatanya sudah tidak terbit lagi.



9. SUARA MERDEKA
Saya baca koran ini di mading sekolah. Dan rubrik favorit tetap olahraga. Hehehehe... Jadi inget taruhan-taruhan serta ledekan-ledekan  zaman sekolah.


10. CINEMAGS


Majalah Cinemags


Saat M2 sudah tidak terbit dan Total Film mempergunakan bahasa yang aneh, Cinemags menjadi the final choice. Tidak rugi juga ternyata majalah ini sudah banyak berubah. Sekarang sudah lebih enak untuk diikuti dibandingkan dahulu. Kompatitor yang mulai bertumbangan memang membuat Cinemags merajai majalah perfilman di tanah air. Sekarang mereka memberikan bonus rutin berupa pembatas buku dan poster. Total Film pun sekarang berganti nama menjadi All Film yang lebih ramping dan sayangnya kwalitas cetaknya mudah lepas.

Total Film menjadi All Film

Jul 1, 2015

Pemain             : Meryl Streep, Philip Seymour Hoffman, Amy Adams, Viola Davis
Sutradara         : John Patrick Shanley
Naskah             : John Patrick Shanley
Durasi               : 104 Menit




            Ini film lumayan lama, namun gak jadul-jadul banget. Baru 7 tahun silam. Genrenya drama dan jarang yang suka film bergenre ini (salah satu alasannya karena bikin ngantuk). Sebenarnya, saya pun begitu akan tetapi pada kasus-kasus film tertentu saya sangat menyukai genre ini. Berbeda dengan genre scifi, horor, atau laga, film drama memiliki unsur-unsur fundamental pada film. Atau saya boleh mengatakan jika genre drama merupakan genre tertua dalam dunia perfilman. Hal prinsipil dalam film drama pada akting, cerita, penokohan, dialog, sinematografi dan hal lain yang ada pada sebuah film. Tengoklah American Beauty, Forrest Gump dan Birdman yang solid, Dialog-dialog cerdas dalam A Separation, 12 Angry Men, dan Dwilogi Before (Before Sunrise & Before Sunset,serie ketiganya menurutku kurang), serta plot-plot keren layaknya Shawsank Redemption, Fight Club, dan Amelie. Bukan pada penonjolan visual efeknya, make up, keseruan aksi pukul-pukulan (ya iyalah... namanya juga drama).
            Doubt salah satu film drama yang menurutku unik, terutama dari segi cerita dan dialog-dialognya. Bersetting pada tahun 1960an di sebuah sekolah Katolik, St. Nicholas. Berkisah tentang pencarian bukti atas kecurigaan kepada seorang Pastor yang baru saja dipindahkan ke St. Nicholas. Kecurigaan yang mengarah pada skandal Pedofilia. Tema yang menarik, yaitu tentang skandal pedofilia yang melibatkan aktor pada suatu lembaga keagamaan. Dua tahun pasca rilis film ini Paus Benedictus XVI meminta maaf pada korban pelecehan anak oleh para pastor. Entah ada keterkaitan pengaruh dari film ini atau tidak, yang pasti film ini mengangkat isu yang sangat sensitif. Ditambah seting tahun 1960an diskriminasi pada kulit hitam masih kuat.
            Film dibuka dengan gambaran suasana kota dan iringan alat musik. Khotbah Father Flynn merepresentasikan isi kisah dalam film. “The message of the constellations, had he imagined it because of his desperate circumstance? Or had he seen truth once...and now had to hold on to it without further reassurance?” ujar Father Flynn. Suster Aloysius, Kepala Sekolah St. Nicholah yang tegas, kaku, dan konservatif menaruh kecurigaan awal pada khotbah sang Pastur. Amy Adams berperan sebagai Suster James memiliki kepolosan dan keluguan dan tidak terlalu ambil pusing atas kecemasan dari Aloysius. Akan tetapi, kejadian demi kejadian yang dialami Donald Miller, seorang siswa kulit hitam pertama di sekolah tersebut membuat Suster James menjadi ikut curiga. Dimulailah kedua suster tersebut dalam mencari bukti dan informasi tentang kejadian yang melibatkan Father Flynn.
            Akting para pemain Doubt patut diacungi jempol. Meryl Streep yang keras kepala dan super menyebalkan, Amy Adams yang menggemaskan dengan keluguannya, Hoffman sebagai Pastur yang ramah tapi bisa meledak-ledak, dan tidak ketinggalan Ibu Miller yang diperankan dengan baik oleh Viola Davis. Tidak heran film ini mendapatkan lima nominasi Oscar tahun 2009 yang salah satunya untuk Aktor Terbaik dan Aktris Terbaik. Ditunjang dengan naskah yang kuat dan dialog-dialog yang cerdas membuat film ini semakin greget. Suasana sekolah yang sunyi menambah kesan misteri dan tidak menentu tentang kejelasan akhir kisah ini. Bahkan sampai akhir film berakhir pun tidak ada kesimpulan pasti dari film ini.
            Film ini memiliki pesan moral yang kuat. Bagaimana asumsi tanpa bukti dapat membuat suatu gosip/rumor. Pernyataan ini dianalogikan dengan cantik melalui bulu-bulu bantal yang terbang dibawa angin. Bahkan karena saking jengkelnya dengan sifat keras kepala Aloysius, Father Flynn berkata, “I can't say everything, you understand? There's things I can't say, even if you can't imagine the explanation, Suster. Remember, there are things beyond your knowledge. Even if you feel certainty, it is an emotion, not a fact.” Meskipun tidak ada kejelasan apakah Father Flynn melakukan tindakan asusila pada Donald Miller, cukuplah tangisan Suster Aloysius menjadi sebuah kesimpulan kisah dalam film ini. “I have doubts. I have such doubts.” ungkap Suster Aloysius dalam isak tangisnya. Tangisan yang menandakan suatu penyesalan yang selalu datang terlambat karena pada dasarnya penyesalan memang tidak pernah tepat waktu. Jika tepat waktu bukan penyesalan namanya, tapi disiplin. Yah, mungkin Suster Aloysius tidak/kurang mendengarkan khotbah Father Flynn sebab sibuk mengawasi anak-anak yang ramai atau tertidur saat khotbah berlangsung. Nasihat di dunia militer mungkin cocok untuk Suster Aloysius,”Jika anda ragu lebih baik kembali.” Kembali kemana? Ya, kembali ke akhir khotbahnya Father Flynn di awal film,
“..., doubt can be a bond as powerful and sustaining as certainty. When you are lost, you are not alone.”

Story: 7.7/10
Pemain: 8.3/10
Ending: 8.4/10
Overall:  8.4/10

Jun 27, 2015



Yang saya mau ceritakan adalah Donna, seekor kucing peliharaan. Ini bukan kucing biasa, meski dalam pandanganku tetap seperti kucing biasa. Ini kucing ras anggora yang konon katanya banyak digemari dan mahal harganya. Entah apa yang membuat kucing yang berasal dari Ankara, Turki ini begitu mahal. Mungkin keimutannya? Semua kucing nampak imut, menurutku. Kecantikan bulu panjangnya? Panjang atau pendek bagiku sama saja karena mudah rontok.
Donna kucing berkelamin betina (ada temanku yang bernama donna tapi cowok) yang berbulu hitam. Tidak seperti ras anggora lain yang berwarna putih, Ia berbulu hitam dengan mata oranye dan hitam. Tiap hari ia bermain dengan sang pemilik dan jika pemiliknya tidur, Ia dimasukkan ke kandang meski masih ingin bermain. Donna sangat disayang, dibelikannya makanan khusus, sampho khusus dan dimandikan secara rutin. Yah, begitulah nasib binatang rumahan. Tidak bebas. Secantik apapun dia. Sesayang apapun pemiliknya.
Donna sangat dijaga dari kucing-kucing rumahan lain yang acap kali nongkrong atau sekedar mampir. Kecemasan ini dikarenakan Donna belum pernah beranak dan sang pemilik tak mau Donna bersama kucing rumah lainnya. "Memperburuk keturunan," begitu alasannya. Sang pemilik begitu memperhatikan kemurnian ras. Mirip bangsa Yahudi, tapi mereka sama sekali bukan Yahudi. Bibit bebet bobot saja tak mempedulikan ras.
Cobalah kau bayangkan! Sudah berkali-kali Donna didekati berbagai kucing, tapi Ia dilindungi dari pemiliknya. Ditaruhnya Ia di balik kandang. Suara-suara meang-meong di malam hari sering terdengar. Tanda kucing-kucing ingin mengawini Donna. Lantas bagaimana dengan Donna? Donna juga binatang. Ia pun tau insting musim kawin. Nampaklah Ia sering guling-guling dan meang-meong yang mengindikasikan Ia sedang birahi. Namun, apa daya? Ia hanya kucing peliharaan.
Sampai suatu hari di bulan Ramadhan, sang pemilik tertidur dan lupa memasukkan Donna ke dalam kandang. Kemudian datanglah kucing rumahan yang sedang birahi. Ditunggangi lah si Donna. Kawin mereka. Dengan cara binatang. Tanpa penghulu dan restu ortu. Kejadian itu berulang kali dalam beberapa hari tanpa diketahui sang pemilik. Sampai suatu hari diketahui Donna telah hamil.
Ini binatang, bagaimana bisa aborsi? Atau bisa pun pasti mahal dan ngapain pula mengeluarkan uang untuk hal seperti itu. Begitulah Donna hamil. Sang pemilik tak tau. Tapi begitulah Tuhan, mana bisa kita menolaknya. Dzat yang memberi kehidupan. Dan tak ada satupun makhluk yang mampu menghalangi jika Tuhan berkehendak.

Jun 23, 2015



Nama Buku     : AYAH
Penulis             : Andrea Hirata
Penerbit           : Bentang
Cetakan           : Pertama, 2015
Tebal               : xx+412 halaman

Wahai awan
Kalau bersedih
Jangan menangis
Janganlah turunkan hujan
Karena aku mau pulang
Untukmu awan
Kan kuterbangkan layang-layang…

            Di kala Bulan Ramadhan kutulis sesuatu yang kuanggap resensi ini pada malam hari. Jika ditulis siang hari tak ada rokok yang menemani. Tentunya para jomblowan dan jomblowati mengerti rasanya sendiri. Di tengah deadline tesis yang kian mencekik dan daripada siang hari tidur pulas atau tak bisa tidur kembali, akhirnya kuputuskan untuk membaca novel ini. Meskipun pada mulanya ‘sang malam’ mengatakan bagus, namun kisahnya sensitif. Benakku bertanya-tanya, apanya yang membuat sensitif? Apakah novel ini berkisah tentang ayah yang berpoligami? Atau tentang kekerasan rumah tangga yang dilakukan oleh si ayah? Dan seperti biasanya ‘sang malam’ dan dia memang selalu begitu. Dia yang suka membuatku bertanya-tanya.
            Ini novel kedelapan karya Andrea yang kubaca setelah tetralogi laskar pelangi, dwilogi Padang Bulan, dan Sebelas Patriot (yang tipis itu). Puzzle. Seperti itulah Andrea menyusun kisahnya layaknya puzzle yang bertebaran tak beraturan dengan bab-bab kemudian semakin jelas dan terang di menjelang akhir. Tak lupa menjadi kebiasaan sang penulis menyisipkan karakter dan kisah jenaka dalam ceritanya. Pendalaman karakter dan kebiasaan masyarakat Belitong dan sekitarnya menjadi keunggulan Andrea. Terutama tema kawin-cerai yang hari ini kian marak tak luput dari pengamatan. Novel ini tidak melulu tentang Ayah, lebih dari itu, ini kisah tentang menjadi ayah dan anak, perjuangan cita dan cinta, keputusasaan, persahabatan, harapan dan kebangkitan. Saya mahfum ketika sang malam bilang ini sensitif karena ada cerita tentang perjuangan cinta di kala SMA (hohoho…). Ternyata masih cemburu jua dikau. Padahal sudah tiga tahun lalu engkau membaca cerpen itu. Tenang, ada kok kisah tentang dirimu yang masih mengendap di kepala ini. Tinggal nunggu mood saja (munculin mood itu yang susah hehehe).
            Kisah sentralnya adalah Sabari yang sabar meski cintanya bertepuk sebelah tangan. Ia sangat terinspirasi oleh karya Gabo “Love in the Time of Cholera”. Saya mengira kisah akan berakhir seperti pernikahan Florentina Ariza dan Fermina Daza setelah menunggu lebih dari setengah abad. Namun, nyatanya tidak karena ini karya Andrea bukan Gabo jadi lebih realistis. Zorro meskipun bukan anak biologis Sabari, tetapi Ia membesarkan dengan rasa cinta dan ketulusan seoarang Ayah (pada fase ini jadi inget lagu Angge-Angge Orong-Orong). Zorro yang dibesarkan dengan kasih sayang, cinta dan puisi oleh Sabari menjadi anak yang halus budi pekertinya. Apalagi Zorro pun juga pintar bersyair seperti Sabari. Salah satu puisi Rayuan Awan mungkin yang menurutku mengena. Yah, meskipun saat ini layang-layang tidak terlalu populis karena semakin minimnya tanah lapang dan kerap menjadi penyebab mati listrik (sering menghiasi kabel-kabel listrik dan telepon). Suatu pembelajaran bagaimana mendidik seoarang anak. Lantas ada kisah Ukun dan Tamat sebagai kawan yang pontang-panting keliling Sumatra mencari Ibu dan anak yang membuat kawannya menjadi gila. Semangat Izmi dan keluguan Amirza yang menambah ruh novel. Dan pembelajaran paling penting dari novel ini adalah tak selamanya penyair mendapatkan cinta yang dia inginkan atau mungkin Sabari kurang mempergunakan syairnya untuk menggombal hehehe… Pesanku, “Sabari, engkau perlu belajar pada Dilan.”
            Sudah ah. Sekian dulu. Waktu refreshing sudah lewat. Sekarang memasuki waktu mengetik tesis.

Apr 30, 2015

Manusia memiliki karakter yang unik. Saking uniknya spesies ini sampai-sampai memilki sifat yang berbeda satu sama lain. Ada yang menyenangkan, tapi tak sedikit pula yang menyebalkan. Ibarat pepatah Jawa bilang, “wayang sekotak njerone bedo-bedo” (wayang satu kotak isi di dalamnya berbeda-beda. Menggambarkan manusia yang hidup di dunia yang sama memiliki karakter yang berbeda).
A. Manusia Bermulut Besar
Karakter kartunnya Akira Toriyama Banget

Eits… jangan disamakan dengan Dr. Slump. Meskipun Ia berkepala besar tapi setidaknya tak bermulut besar (Eh mulutnya besar gak ya? Saya lupa). Bermulut besar ini hanya konotasi, bukan makna sebenarnya. Alasan tipe ini menjadi yang pertama karena banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan rata-rata orangnya memang menyebalkan. Ada ciri-ciri yang melekat dari tipekal orang ini. Ciri-ciri yang menjadi satu kesatuan dan jika salah satu saja tidak kamu temukan berarti dia bukan manusia yang menyebalkan. Ini adalah ciri-cirinya:
1. Selalu membanggakan keluarganya, kekayaannya, latar belakang pendidikannya.
Jika melakukan kesalahan atau dituduh melakukan sesuatu meskipun bukan dia yang melakukan, tetap saja alasan yang dikemukakan tidak jauh dari hal – hal ini. Martabat keluarga menjadi hal utama yang diuraikan. Seolah-olah melupakan adanya istilah white collar crime.
2. Setiap omongannya selalu membicarakan kesan yang WAH, baik, positif, tetapi dalam kenyataannya berbeda.
Manusia macam ini ingin menanamkan kesan yang kuat pada anda bahwa dirinya itu luaar biasa. Padahal itu hanya pencitraan saja.
3. Jika ada masalah selalu koar-koar di media sosial.
Tujuannya jelas, agar meraih simpati dan persetujuan khalayak ramai. Dengan nada emosi tingkat tinggi dan tak terkontrol justru menjadi bumerang baginya. Bukannya membuat orang bersimpati, justru sebaliknya menjadikannya antipati. Dan koar-koarnya ini juga memuat poin pertama.
4. Dikucilkan dari lingkungan.
Ini dampak dari sifat menyebalkan dirinya.

Cara mengatasinya:
1. Dengarkan saja
Dengarkan saja apa yang dia bicarakan.
2. Jangan dijauhi melainkan dekati
Tipekal manusia ini memang menyebalkan, namun tak lantas harus dijauhi. Rata-rata anda akan kasihan melihatnya. Ia sudah terlalu sering dikucilkan.
3. Jujurlah
Jujurlah padanya. Nasihat yang apa adanya adalah yang terbaik baginya dan tentunya dengan cara yang baik pula.

Apr 23, 2015

              
           Ada pertanyaan yang dilontarkan seorang kawan perihal alasan saya benci Man. United (MU). Hei, siapa yang benci? Saya tidak ada alasan untuk membenci MU. Mungkin dikarenakan kerap kali saya memposting sesuatu yang bersifat mengejek, mengolok atau bahkan Siapa yang tidak akan terbelalak dengan permainan MU tatkala melawan Munchen di Final Liga Champion 1999 di Camp Nou, Barcelona? Siapa pula yang tak terkesima dengan permainan MU ketika diperkuat Giggs, Beckham, C. Ronaldo, Schmeichel, Nistelrooy, Roy Keane? Siapapun akan mudah jatuh cinta pada MU. Saya pun turut menjagokan MU ketika itu.
            Klub sepakbola yang saya benci itu Arsenal, Barcelona dan Juventus (Liverpool berkurang pasca tampil mengenaskan dan Madrid pun berkurang pasca Ancelotti mengasuhnya). Tidak ada yang saya benci dari MU, kecuali suporter barunya yang latah. Keterpurukan MU setelah ditinggal Sir Alex Ferguson dan berpindah tangan kepelatihan pada David Moyes memicu gelombang besar teriakan Glory Glory Manchester United di linimasa. Fanatisme Manchunian di linimasa memberikan dampak luar biasa, baik secara komersil maupun penggaet fans baru bagi MU. Fans MU yang bertambah membuat klub memiliki posisi tawar yang tinggi, terbukti nilai kontrak Chevrolet mencapai 53 Juta Pounds pada musim ini.
            Yang menyebalkan dari semua itu adalah munculnya fans latah yang muncul karena hanya ingin ikut-ikutan. Pernah beberapa kali menanyakan kepada beberapa teman alasan tiba-tiba mendukung MU. Beberapa yang saya ketahui temanku ini dahulunya adalah suporter klub lain, dan bukannya MU. Inilah beberapa alasan mereka yang membuatku sebal. Alasan pertama, ikut-ikutan. Ini yang menyebalkan karena menjadi suporter bukan karena ikut-ikutan. Keputusan menjadi fans MU karena ikut-ikutan tidak disertai dengan usaha mencari tahu latar belakang klub yang mereka dukung. Bahkan ketika saya bertanya, siapa musuh bebuyutan dari MU? Ada yang menjawab Chelsea, Arsenal atau Manchester City. Wew… Ketiganya untuk saat ini mungkin bisa dijadikan tolok ukur persaingan perebutan gelar, terutama Arsenal yang menjadi pesaing utama era awal tahun 2000an. Tetapi musuh bebuyutan MU tentunya adalah Liverpool. Tengoklah komentar Bill Shankly akhir tahun 50an menggambarkan tekad Liverpool meruntuhkan dominasi MU. Lantas awal kepelatihan Sir Alex juga menampilkan nada serupa untuk mengakhiri hegemoni Liverpool era 70-80an.
            Alasan kedua, bosan dengan klub yang dia dukung. Ada pula kawan yang menjadi suporter MU karena klub yang dia dukung tak kunjung juara. Saya lebih bersimpati pada suporter yang tetap teguh pendirian walaupun dia mendukung klub yang saya benci dibandingkan suporter yang musiman. Tiap musim ganti klub yang didukung.


Apr 18, 2015




            Berbagai pendapat perihal pengamen ini menuai pro dan kontra (manusia emang selalu pro-kontra). Ada yang suka, tapi tidak sedikit yang benci. Entah disebabkan karena habisin uang receh, terganggu atau risih. Pada dasarnya mereka sudah tersisih oleh kondisi dan lingkungan sehingga jangan sampai kita ikut menyisihkan mereka karena stigma negatif yang sudah melekat pada mereka. Tidak semua orang bisa menikmati pendidikan dan lingkungan yang bersahabat dalam pertumbuhan psikis. Ada sebagian yang hanya tahu cara mencari penghidupan dengan mengamen. Beruntunglah kita tidak pernah diajarkan mengamen sejak kecil sehingga memiliki pilihan lain dari mecari sesuap nasi yang lebih layak. Sebagai mantan pengamen orang yang dulu sering ngamen dan sekaligus penikmat pertunjukkan musik jalanan, ada beberapa sikap yang patut kita perhatikan ketika menjumpai mereka.
1.    Lepaskan Earphone! (Khusus di Bus)

Zaman ini kita dimanjakan oleh gadget yang mendukung untuk menjadi autis, salah satunya pemutar musik lewat ponsel. Lepaskan earphone mu sejenak untuk menghargai mereka. Sopir saja tidak keberatan mematikan pemutar musiknya, masak kamu tak mau. Tidak ada salahnya mendengarkan suara mereka. Meski terkadang ada juga yang menyanyi sebagai formalitas. Tetapi banyak juga lho yang nyanyi nya bagus. Pasang kembali ketika mereka sudah meminta recehan padamu.

2.    Jangan pura-pura Tidur

Eits… jangan salah, kadang pengamen memiliki lagu tersendiri untuk menyindir para penumpangnya. Khususnya yang pura-pura tidur. Hahahaha lagu andalan pun mereka mainkan
Ciri-cirine wong pelit, jare ngamale ra tau
Paribasan onok wong ngamen agi-agi etok-etok turu,
etok-etok turu karo ngempet ngguyu.

3.    Pasang Wajah Ramah
Siapa yang tidak emosi ketika dicuekin? Mereka pun sama. Mereka menyodorkan tangan malah dicuekin rasanya tuh sakit banget (pengalaman sendiri). Terlebih dengan mimik dingin. Acapkali saya temukan pengamen yang menegur pengamen tipekal ini. Entah asyik main ponsel atau sedang ngobrol. Pasanglah wajah ramah pada mereka. Hidup mereka sudah sulit jangan ditambahi dengan wajahmu yang pahit untuk dilihat. Khusus wanita/ yang memakai masker, karena ekspresimu tidak kelihatan lebih baik mempergunakan tanda penolakan yang halus yang akan dibahas sebentar lagi.

4.    Berikan Tanda Penolakan Yang Halus
Tak Efektif

Diam itu menyebalkan bagi pengamen karena seperti tidak diberi kepastian. Hehehe tapi benar lho jangan diam saja ketika disodori tangan mereka. Berikanlah tanda penolakan. Tentu saja tanda yang halus, bukan yang kasar karena geleng-geleng, memberikan tanda lima jari  kadang seperti minta digampar. Sudah panas-panas, capek, keluar suara banyak, dikasih wajah pahit dan mendapatkan penolakan yang kasar membuat mereka emosi. Ada satu tanda penolakan yang sejauh ini berhasil membuat saya tidak pernah ditegur (baca dimaki), yaitu menyatukan kedua telapak tangan seperti mengucapkan hari raya Idul Fitri. Saya pun sebagai mantan pengamen orang yang dulu sering ngamen akan segan memaksa dan seperti ada rasa adem di dalam dada.

5.    Tutup Pintu Rumahmu Ketika Masih Jauh
Menutup pintu ketika ada pengamen itu sangat kasar. Tatkala sayup-sayup terdengar suara pengamen dan kamu tidak berkenan lebih baik segera tutup pintumu daripada menutupnya saat dilihat pengamen. Seolah anda mengusir mereka dan itu menyesakkan dada. Rasanya diusir benar-benar sakit.

Berhati-hatilah wahai para penumpang
Karena siang ini banyak tuyul di belakang
Jagalah pacar Anda, jangan sampai hilang
Kalau sampai hilang, segera lapor satria baja hitam
Atau si Doraemon