Ronaboyd Mahdiharja

Sebuah goresan nan Pribadi mengenai metamorforsis dalam alam pemikiran perjalan menjadi manusia.

Jun 25, 2019





Pertengahan bulan Juni begitu unik. Bukan perkara tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni, kecuali jomblo di bulan Syawal. Yah bulan syawal biasanya dibarengi dengan bulan patah hati. Tatkala cinta tak direstui atau cinta karam kala berlabuh.

Lihatlah jalan desamu yang biasanya lengang kemudian menjadi sesak. Di tengah-tengah kemacetan para pemudik itu ditambah hati yang remuk, hidup saat itu mesti sumpek. Kok aku bisa tahu? Ya, bisalah. Pernah mengalami. 

Kesumpekan itulah yang membuat suara di seberang telepon sana sesenggukan karena patah hati. Pada 11 Juni kemarin seseorang di telepon bercerita jika sedang patah hati dan berencana bunuh diri. WTF!!! Tenang, saya tahu kalau dia tak bakal senekat itu. “Solusinya ada dua. Pertama, kamu ke dukun biar dia kembali dan keluarganya merestui. Tapi, rugi. Dosa sudah besar, tapi cuman dapat dia. Mendingan kalau ke dukun sekalian minta pelet artis-artis yang lemah iman.” Dia ketawa terbahak dan aku sedikit lega. “Kedua, kamu minta kepada si pemilik hati, yakni Allah. Tapi, kudu hati-hati kalau berdoa. Ada do’a yang mustajab, insya Allah, namun kudu khatam sek ‘ngajine’.

Anehnya, seminggu sebelumnya ada juga yang mengutarakan niat yang sama karena patah hati. Jadi, ada dua orang dalam waktu berdekatan yang mengalami hal yang sama dengan niat yang sama. Bab yang satu ini pancen huaaffuu.

Entah kesambet malaikat apa diriku pada hari selasa tanggal 11 Juni  di bawah terik matahari yang tertutup pohon kersen kala itu. Pada hari itu kuberikan tips padanya. Tips yang saya sendiri tak tahu pasti dapat dari mana, buku atau kitab apa.
Rajin sholat lima waktu tidak bisa kamu jadikan satu-satunya patokan dalam memilih pasangan. Itu sudah perkara wajib, jadi ya biasa saja. Ada hal lain selain sholat lima waktu yang juga harus kamu jadikan patokan. Sikap baik saja pun tidak cukup. Kamu perlu memerhatikan ini:
  1. Bagaimana ketika dia marah? Apakah alasannya dibenarkan syariat? Lihat alasan dia marah;
  2. Seberapa amanah dirinya;
  3. Seberapa adil sikapnya;
  4. Seberapa jujur perilakunya;
  5. Sejauh mana kesamaan visi kalian dalam membangun rumah tangga, mendidik anak dll.
Obrolan siang itu menggantung karena ada panggilan lain. Diriku menjadi khawatir dibuatnya. Esoknya, hari rabu tanggal 12 Juni di bawah naungan pohon kersen yang menyelipkan kehangatan cahaya pagi kucoba menghubunginya kembali. Takut kalau-kalau dia menjalankan niatnya. Aku bersyukur dia masih bernapas dan membalas meski sudah mulai sibuk dengan kerjaannya.  Yah, aku hanya bisa memberikan nasihat padanya.

Ingatlah kisah-kisah orang salik yang pernah kamu baca atau kenal. Masih banyak yang bisa kita syukuri. Di tengah-tengah kemacetan dan kesemerawutan pemudik, kita ikut senang melihat wajah bahagia mereka yang terlepas dari beban kerja, tugas-tugas sekolah. Kita masih bersyukur masih ada sanak famili yang dikenali dan dibuat tujuan wara-wiri. Masih ngerti kalau sate ayam itu enak. Masih bisa cengengesan lihat televisi. Masih bisa ngelus dada kala ayah-ibumu dengan tulus mencereweti.

Juni memang bulan yang perlu tabah. Aku pun sama perlu tabah dan sabar mencari file berita acara seminar yang perlu diunggah. Ada 6.385 email masuk yang belum terbaca. Aih... malas kali! Di tengah berjibunnya email masuk, aku mengandalkan fasilitas pencarian dengan menggunakan kata kunci. Apesnya, tidak satu pun muncul. Kucoba mencari dengan pencarian nama pengirim, sek... sek... jenenge sopo sing ngirim? Mampus, lali!

Jun 23, 2019






Flu dan demam telah menyebabkan diriku perlu istirahat sejenak. Sambil membongkar film yang terabaikan, The Mustang terpilih untuk menjadi teman.

Saat melihat judulnya, aku terkenang manga tentang kuda: Sylphid & Mars. Saya belum tahu gambaran film ini, namun setidaknya kutahu bahwa film ini tak lepas dari kuda. Yah, pengetahuanku tentang kuda sangat minim, dan aku tahu Mustang adalah sejenis kuda yang hidup liar pun dari manga. Hehehehe...

Atmosfir pembuka berbeda dengan War Horse nya Spielberg. Kuda-kuda liar digiring helikopter dan masuk dalam mobil-mobil besar. Mobil-mobil itu menuju sebuah penjara.

Film terpusat pada seorang napi bernama Roman Coleman. Satu dekade ia berada di dalam penjara dan tak pintar bersosialisasi. Bahkan si anak berpikiran bahwa ayahnya tidak memiliki keinginan keluar penjara. "I'm not good with people," katanya. Hingga terjadilah pertemuan dua monster di dalam penjara. Yah, ini bukanlah film Disney karena terdapat dua monster yang saling menghancurkan, memahami, dan berusaha pulih. Sengatan lembut yang menyakitkan berada pada akhir film yang membuat haru.

Meski berlatar suasana penjara, The Mustang memiliki atmosfir keheningan yang dominan. Dialog yang minim, tapi efektif ditambah akting aktornya yang tenang dan ekspresif membuat film ini memiliki keheningan puitis yang liar. 

Cerita              : 7,5/10
Pemain           :  8/10
Ending            : 8/10
Overall            : 8/0




Berkah Ramadhan. Bulan puasa tahun ini begitu luar biasa. Ada dua hal yang mungkin terdengar sepele, tetapi bagi diriku sangat penting.

Pertama. Inilah bulan yang menegaskan diriku masih memiliki getar hati. Konflik dan kerusuhan menjelang penghujung bulan Mei memberikan gambaran bahwa saya perlu bersyukur. Bersyukur atas hati yang telah Allah berikan masih berfungsi dengan baik. Sejauh dan sedalam apa pun perbedaan pandangan politik kita bukan lantas membenarkan segala bentuk kekerasan yang diterima kedua kubu. Hatiku masih bisa ikut merasakan perih dan sakit saat melihat orang dilempari batu, lalu dibalas pukulan, tendangan, injakan hingga jatuh korban dari kedua belah pihak. Baik yang telah terdata maupun tak ikut masuk statistik.

Batinku merasa terusik kala muncul banyak komentar cupet di medsos yang memaki dan menyalahkan korban. Betapa pun perbedaan pandangan politik tak menyurutkan getar hati itu. Umpama itu adalah adik, kakak, saudara yang digebuki, dilempari karena berbeda pandangan politik dengan kita, apakah kita layak berkomentar negatif padanya hanya karena perihal politik? Toh, perbedaan politik tak memengaruhi seseorang masuk surga atau neraka. Sebagai contoh, kita dapat melihat perbedaan pandangan dan cara Abu Bakar dan Umar dalam memimpin. Keduanya tetap dijamin masuk surga.

Jatuhnya korban tidak direspon dengan semestinya, alih-alih lebih meratapi fasilitas publik yang rusak. Sepengetahuanku, kematian seseorang yang terbunuh bukan karena alasan yang haq, sama dengan kematian seluruh umat manusia. Hal ini bukan berarti kematian dalam arti fisik melainkan kematian sifat-sifat yang melekat dalam martabat manusia. Pemahaman rasa semacam ini tak mungkin diperoleh dengan hasil membaca komik atau menonton sinetron. Saya tak tahu pasti rahmat Allah tersebut merasuk melalui mana. Tanpa sadar air mata menetes dan dengan suara lirih muncul kalimat, “saya masih manusia.”

Berkah ramadhan kedua adalah sesuatu yang spesial, mengharukan, dan menguras emosi meskipun ekspresiku mungkin datar-datar saja kala itu. Teriakan dan tangisan itu melebihi Polonaise No. 6 Op. 53 Chopin. Aku mulai memahami suatu ayat yang menyebut “anak adalah perhiasan dunia”.

Pada sedekah laut yang hampir membuatku mati tenggelam, tak pernah terbersit akan memiliki anak yang bisa kugendong, kugoda, dan kuajak bercanda. Barangkali karena pengalaman-pengalaman yang membuatku hampir modiar berkali-kali yang kemudian membuatku tak terlalu banyak bermimpi muluk-muluk.

Inilah tanggung jawab baru yang mesti kuemban seumur hidup. Kewajiban pertama seorang ayah adalah memberi nama. Ada banyak ribuan nama yang melayang dalam benakku. Padahal anakku hanya satu. Perihal nama ini sangat penting karena pada dasarnya nama adalah doa. Jadi, tak masalah juga saya berpanjang-panjang dengan doa. Tapi, nama yang panjang seperti tak lazim dalam masyarakat. Katanya, hanya bangsawan yang menyandang nama yang panjang. Terkadang, ingin rasanya menimpali: “apa ya perlu tak kasih silsilahku ben ora kakean kecangkeman?” Tetapi, hal tersebut urung karena tidak membawa faedah sedikit pun.

Nama juga penting karena bisa jadi itulah yang melekat pada dirinya seumur hidup. Sesuatu yang mungkin pertama kali ia kagumi atau cintai adalah nama. Pada sisi lain, saya pun akan memberikan kebebasan pada dirinya untuk mengubah itu bila kelak merasa kurang sreg, tentunya dengan catatan nama barunya itu memiliki makna dan doa yang bagus pula.


Hingga kini saya pun masih dibuat heran saat melihat rupa dan tingkah polah si bocil, sambil mbatin “cuuuur.... anakku!”