Ronaboyd Mahdiharja

Sebuah goresan nan Pribadi mengenai metamorforsis dalam alam pemikiran perjalan menjadi manusia.

Feb 17, 2019








Aku terduduk di bandara Juanda sambil memikirkan rencana Allah sebulan lalu. Januari ialah bulan hancur lebur fisik dan psikis. Disebabkan oleh kebaikan-Nya, kini diriku sudah berada di Makassar. Berlibur, menghilangkan segala lelah, dan menenangkan pikiran dalam waktu yang lama pula. Hehehe kapan lagi coba?
            Kupandangi lautan dengan bercak putih awan dari dalam pesawat menuju Makassar. Dari jauh kubayangkan Bartimaeus atau Marid dalam riwayat yang lain, menjatuhkan cincin Sulaiman di lautan. Raja yang digdaya tersebut harus terlunta-lunta selama berpuluh-puluh hari karena kehilangan cincinnya dan tak ada yang menganggapnya sebagai Sulaiman bin Daud. Sedangkan, pencuri cincin telah duduk di singgasana selama itu pula dengan menyerupai wujud Sulaiman beserta kekuatan cincinnya.  
            Sisi positifnya, Sulaiman menjadi tahu sifat asli para abdi dan penasihat di sekitarnya. Ia dikucilkan, diusir, dan tak diakui sebagai Sulaiman bin Daud. Hanya beberapa orang saja yang tahu. Ia pun hidup sebagai rakyat biasa sembari menunggu investigasi dari orang kepercayaannya dan menjatuhkan raja palsu yang mencuri cincin Sulaiman. Pada fase ini, Ia melihat wajah kerajaannya dari jauh dan kehidupan rakyatnya dari dekat. Bagiku, itulah fase hidup paling menarik nabi Sulaiman ketika segala perintahnya tak digubris, bahkan nyaris tak ada yang mengajaknya bicara. Segala kemegahan dan wibawanya lenyap.
            Fase hidup yang membuatku juga tertarik pada kehidupan Goblin Slayer. Ketika para petualang berhasrat membunuh naga, monster-monster kuat, Goblin Slayer hadir untuk membasmi goblin. Ia begitu diremehkan karena fokus membunuh goblin yang dianggap kasta makhluk terendah yang menyerang desa-desa dan hanya diburu sebagai batu loncatan bagi para pemula. Goblin slayer semakin dicemooh, terutama para ksatria kelas atas, karena sebagai ksatria peringkat silver seharusnya berburu naga atau iblis, bukan goblin. Tindakan goblin slayer yang sulit dipahami para ksatria lain pada dasarnya memiliki latar belakang dan pemahaman yang kuat terhadap goblin. “Mereka (goblin) bodoh, tapi tidak idiot,” katanya suatu ketika. Di sisi lain, ia semakin terkenal di kalangan rakyat jelata hingga lahir syair dan lagu untuk penghormatan goblin slayer.
            Aku hanya tersenyum ketika terjadi turbulensi pesawat. Aku digoncangkan untuk melupakan misi yang tak mungkin selesai. Hidup memang banyak misi-misi. Ada yang selesai, tetapi banyak juga yang tak mungkin selesai. Entah karena kita menolak untuk menyelesaikannya atau ditolak untuk menyelesaikannya. Ada juga waktunya kita terkagum dan menikmati indahnya parade awan, namun kita juga sering terlena atas turbulensi. Lebih baik aku mempersiapkan diri berlibur sembari sementara waktu berhadapan lagi dengan militer. Hehehe...
            Kini, aku berada di tengah-tengah sebuah forum diskusi yang mempertanyakan, “apakah aku rela jika dipimpin seorang yang berbeda keyakinan dengan diriku?” Ini pertanyaan sulit. Diriku pun menjawab, “Meskipun aku rela, tapi kalau Allah tak rela bagaimana? Sebaliknya pun demikian, meski aku tak rela, tetapi jika Allah ridho bagaimana? Ya dinikmati sajalah apa pun hasilnya toh Allah yang menentukan.”

Feb 5, 2019





Puncaknya ialah minggu terakhir Januari 2019. Setelah kerap menggigil karena AC dua Pk dan ditambah pulang dengan basah kuyup, fisikku mencapai batasnya. Selama dua hari aku demam dan pilek. Barangkali 38,30 C bukan suhu badan terpanas yang pernah menderaku, tapi demam tersebut cukup membuatku menjadi bawel untuk mengigau dan bermimpi aneh.

Igauan seperti apa aku sendiri tak tahu. Istriku mendeskripsikannya sebagai igauan yang bawel hehehehe. Yah semacam ceracau yang mengungkap kode rahasia sebuah brangkas pribadi. Ini hanyalah ungkapan karena saya sendiri tak memiliki brangkas.

Pastinya, mimpi kala demam itu terasa aneh dan membekas. Baru pertama kali aku bermimpi tentang ka’bah berbentuk persegi panjang yang tingginya sekitar 20 atau 20,3 meter. Ka’bah itu dibangun oleh makhluk yang lebih tinggi dan besar dari apa yang dia bangun, jadi kesannya Ka’bah ini lebih kecil.

Esoknya aku senyam senyum sendiri. Bagiku ini aneh dan membuatku kian penasaran. Aku coba cari tinggi Ka’bah di internet dan hasilnya 13,16 M x 11,53 M x 12,03 M. Lantas aku berpikiran kalau angka 20 atau 20,3 dalam mimpiku itu sebagai angka togel. Hehehehe Kutelusuri lebih jauh sejarahnya, bahwa Ka’bah dulunya persegi panjang dan berkaitan dengan Nabi Adam AS yang konon tingginya 60 hasta atau sekitar 27 meter. Akhirnya, aku benar-benar mengurungkan niat untuk pasang nomer togel.

Aku penasaran karena aku sendiri kurang tertarik pada detail Ka’bah dan sedikit literatur yang pernah kubaca berkaitan dengan Ka’bah. Seingatku buku yang pernah kubaca terkait Ka’bah hanya karangan Ali Syariati, itu pun tentang haji.

Gara-gara filmnya Christopher Nolan yang berjudul Inception, aku jadi parno sendiri. Siapa yang memberikan insepsi ketika aku tidur? Yah, insepsi bentuknya macam-macam. Ada yang melalui mimpi atau pola pikir yang merasuki alam bawah sadar sehingga dapat memengaruhi pendirian atau titik mula suatu tindakan. Hidup kita, 95% berasal dari program pikiran bawah sadar.

Insepsi yang keren dapat dilihat dalam anime Hamatora. Salah satu antagonis terkuat dalam anime itu bernama Moral. Ia memanfaatkan psikologis serta kehendak bebas manusia dengan berbagai pertanyaan dan diakhiri sebuah pilihan. Manusia-manusia yang diberikan pilihan oleh Moral lantas memilih sesuatu yang telah ia prediksi dan dampaknya begitu merusak baik si pemilih dan orang sekitarnya.

Hidup adalah pilihan, begitu kata-kata basi yang kerap kudengar. Bahkan pilihan itu menurut beberapa orang berupa titik. Tetapi, dadu dan noda juga memiliki titik. Makanya ada hadits yang memperingatkan idza wussidal amru ila ghairi ahlihi, fantadhir al-sa'ah (menyerahkan segala sesuatu pada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya). Untuk menjadi seorang ahli dibutuhkan fokus dalam bidang tertentu. Itulah sebabnya Rasulullah tidak beranjak dari titik tertentu sebelum membentuk bulatan penuh. Beliau menjadi penggembala kambing beberapa tahun sebelum belajar berdagang pada Abu Thalib, pamannya. Lalu fokus menjadi pedagang sebelum fokus mengurusi umat.

Sayangnya, banyak orang belajar tidak tersistematis dan kerap salah dalam memilih pembimbing. Apa yang terjadi jika seorang pemuda meninggalkan orangtuanya yang tak mengizinkan anaknya untuk berjihad? Hal yang mengejutkan terjadi, si pemuda disuruh pulang, bukannya ikut berperang karena berbakti kepada orangtua adalah bagian dari jihadnya. Begitulah Rasulullah menjadi pembimbing sekaligus pemimpin. Dia tahu dan paham dalam menentukan sebuah prioritas, jihad atau berbakti.

Ibnu Rusyd telah memberikan catatan panjangnya perihal fenomena ini pada karya Plato, Republik. Tak mungkin kau belajar memasak pada orang yang tak pintar memasak. Yang ada ialah mereka belajar memuaskan selera pencicip makanan, bukannya belajar memasak. Atau belajar hal-hal yang berhubungan dengan rumah tangga pada seseorang yang belum pernah menikah. Seperti kata Plato saat mengomentari kaum Sofis yang dianggap tahu banyak hal bahwa mereka hanya mencari-cari keuntungan. "Tak mungkin orang mengetahui segala hal," begitulah katanya.