Banyak teori mengenai penciptaan semesta. Banyak konsepsi bagaimana Tuhan menjalankan roda kehidupan. Dan tak berkesudahan sampai saat ini. Itu yang menarik umat manusia untuk mengetahui lebih dalam tentang kosmis. Dalam perkembangannya manusia menyadari semesta tidak hanya di alam material, namun juga daerah metafisik meskipun ada pula yang menolaknya karena alasan rasionalitas. Hal tersebut yang coba mereka ungkap. Berujung pada sering muncul bagaimana menghadapi masalah ini itu, bagaimana hari mereka esok, apa pekerjaan yang cocok, apakah dia jodohku, apakah hari ini baik untuk sebuah perjalanan atau pekerjaan. Muncullah ramalan, primbon, atau feng shui dan sebagainya.
Manusia dan Ramalan
Tuhan menciptakan cosmis dengan matematika. Bisa saja Tuhan menciptakan dengan kun fayakun, tetapi Tuhan lebih menyukai sebuah proses dan keteraturan. Proses inilah direncanakan dengan sebuah rumus-rumus Tuhan yang hanya Dia Yang Tahu. Di sisi lain kita sebagai salah satu ciptaan-Nya juga dibekali akal guna berpikir. Akal sebagai awal dari rasa keingintahuan akan semua hal yang tersembunyi dan mengandung misteri di benak mereka. Keinginan manusia menjelajah cosmis dengan utuh membuat mereka bertanya-tanya rumus-rumus Tuhan. Munculnya primbon, feng shui, zodiak ataupun ramalan karena ketidak mampuan manusia menemukan rumus tersebut, sehingga mereka menggunakan probabilitas yang nilainya antara 0 sampai 1. Angka probabilitas mendekati 1 semakin pasti, hasilnya 0 tidak terjadi, dan bila hasilnya 1 pasti terjadi. Mereka menarik sebuah kesimpulan dan keputusan dari suatu fenomena yang diamati. Kebenarannya tidaklah pasti absolut karena hasil dari pencarian meraka hanya berupa frekuensi relatif terhadap sesuatu. Tuntutan untuk mempercayainya pun tidak harus disebabkan hasilnya hanyalah prediksi. Kecuali jika itu termuat dalam kitab suci karena nilai probabilitasnya 1. Kitab suci bagiku tidak hanya sebuah kitab biasa. Di dalamnya juga termuat sebuah ramalan yang gamblang, tetapi ada pula yang multi interpretasi.
Peringatan Dini
Saya percaya manusia adalah makhluk otonom (bebas dan mandiri). Kebebasan dan kemandirian yang memiliki batas merupakan wujud pemberian yang harus dipertanggungjawabkan. Satu rumus dari Tuhan untuk menghadapi probabilitas yang dihasilkan manusia. Dominan manusia malah terpaku pada hasil probabilitas manusia sendiri. Mereka hanya tahu bagaimana menghindar tanpa pernah menghadapi sebuah rumus. Saya sendiri sering menjumpai orang yang mendapat peruntungan buruk cenderung menjadi pesimis dan terpaku pada ketakutan ramalan buruk. Bahkan bila ramalan itu bagus, mereka hanya diam dan menunggu hasilnya tanpa bergerak dan mengejarnya.
Kita sering kali lupa dimana kita hidup, lantas bagaimana kita lepas pada prediksi-prediksi. Seseorang yang lahir pada tanggal sekian akan memiliki watak demikian, apabila mendirikan disini akan begini. Jadi teringat kata yang bertautan, Tidak akan diubah nasib suatu kaum jika kaum itu sendiri tidak berubah, dan Apa yang terjadi adalah hasil buah pemikiranmu karena cosmis akan merespon apa yang ada dalam otakmu. Sejujurnya ramalan, primbon, zodiak dan semacamnya adalah peringatan bagi manusia. Sejauh mana mereka menghadapi apa yang terjadi untuk mewujudkan keinginan dari diri.
Untuk Indonesia
Kondisi Indonesia yang morat marit membawa rasa ingin tahu bagaimana negeri ini di masa mendatang. Dengan ilmu metafisik, saya iseng-iseng coba melihatnya. Hasilnya... Sekitar tahun 2018-2020 atau 2018-2022 Indonesia "Panas", banyak yang ingin melepaskan diri, depresi dan ketidak percayaan yang membawa kelompok agama radikal memiliki banyak pengikut. Munculnya satria piningit sekitar tahun 2020-2024 pada saat-saat genting,menjelang aksi pembubaran negeri ini. Butuh waktu 6 tahun untuk membawa negeri ini dalam ketentraman dan kemakmuran. Munculnya Satria Piningit ini sekitar Yogyakarta dan berawalan "B" (yang pasti bukan saya karena awalan saya "I").
Boleh percaya, boleh tidak karena ini hanyalah sebuah trawangan dari alam metafisik oleh manusia yang ingin tahu masa depan negeri ini. Mungkin nilai probabilitasnya 1/1.000.000.000.
Bumi bergerak dengan pelan dan kita tak menyadarinya karena kita diam. Bergerak maju atau diam tergilas zaman.
Boyd Trayutama
NB: Mungkin Esai ini hanyalah sampah, namun dari sampah pun bisa diolah untuk menemukan solusi dari segala keluh kesah. Apabila benar-benar terjadi, anda boleh memaki saya. Tulisan ini masih dalam tahap penggodokan, belum final.