Ronaboyd Mahdiharja

Sebuah goresan nan Pribadi mengenai metamorforsis dalam alam pemikiran perjalan menjadi manusia.

Jul 28, 2019

Jalan Becek, Gang Buntu II





Banyak pertanyaan yang hadir tentang alasanku lebih suka mojok di bawah pohon kersen. Sesekali kutimpali, “ngancani penunggu kersen.” Beberapa kali kujawab, “mendengarkan mahasiswa sedang ghibah.” Hingga kemudian ada yang mengatakan, “Di sini enak ya. Adem dan semilir pantesan sampean suka di sini.” Itu jawaban yang mendekati benar meski tak seluruhnya benar.

Mojok di bawah pohon kersen sebenarnya rutinitas baru beberapa bulan belakangan. Di sana Saya banyak mendengar suara lirih dan berbagai obrolan tanpa sekat. Ini yang paling kusuka, sayup-sayup terdengar suara musik yan terbawa angin.

Perihal musik, ada yang sempat menanyakan “apakah musik haram?” Saya sendiri tidak tahu hukum pastinya seperti apa karena sejak zaman dahulu telah terjadi polemik dan perdebatan antar ulama. Seingatku, mungkin perdebatan musik sudah dimulai ketika Nabi Syits melihat musik dipergunakan iblis dan setan untuk menyesatkan manusia.

Terlepas dari perdebatan itu, ada beberapa manusia yang justru fokus ketika ada musik. Beberapa lainnya akan terganggu dengan hadirnya musik. Saya sendiri termasuk golongan terakhir. Saya termasuk orang yang tidak bisa fokus belajar dan membaca sambil mendengarkan musik. Untuk kegiatan yang lain mungkin bisa, tapi pada momen-momen yang membutuhkan konsentrasi penuh saya tak bisa. Ada pendapat menarik dari Imam Ghazali, “siapa pun yang mengatakan bahwa semua musik dilarang, biarkan dia juga mengklaim bahwa nyanyian burung dilarang.” Maka daripada itu, saya tidak bisa melarang atau mutlak menyetujui.

Antara percaya atau tidak, acap kali bertemu dengan seseorang yang baru kukenal dan memiliki potensi suatu hubungan yang akrab dan intens, akan ada alunan musik atau melodi yang terdengar di telingaku. Dulu saya mengira musik yang terdengar adalah alunan yang menggambarkan kepribadian seseorang yang baru saja kutemui. Nyatanya bukan. Itu adalah alunan hubunganku dengan orang atau kawan baruku.

Saya masih ingat ketika kecil, Daddy membelikanku sebuah keyboard untukku bermain. Saya memainkan Frere Jacques setiap waktu dengan keyboard itu.

Semakin dewasa alunan musik kian lirih dan samar. Pada orang-orang tertentu saya mengenal musik yang mengalun, tetapi adakalanya terasa asing dan baru. Sebagai contoh, ketika pertama kali bertemu dengan seseorang ada musik yang terasa asing dan taksa. Itu bukan musik klasik yang pernah kukenal. Bertahun-tahun kemudian Hans Zimmer memperdengarkan musik yang menjadi soundtrack sebuah film. Ada perbedaan nada pada tengah dan akhir musik. Saya dibuatnya linglung hingga lupa arah pulang. Saya memikirkan musik itu berhari-hari.

Sejak itu pula saya benar-benar mengerti bahwa musik telah berkeliling dunia dan waktu. Ia menunggu seseorang untuk merumahkannya.

Dari berbagai musik sebenarnya saya menghindari orang-orang yang ketika bertemu membawa musik yang menurutku elusif, misalnya seperti musik-musik Choppin, Vivaldi, atau Rachmaninoff. Ini akan menjadi hubungan yang rumit, sulit dipahami, pelik, sekaligus intens.

1 comment:

  1. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    ReplyDelete