Apa jadinya seorang pemalas seperti diriku diharuskan menulis
sesuatu yang bersifat ilmiah? Ini bukan berarti saya tak pernah berpikir
ilmiah, sebaliknya malah sering. Hanya saja tulisan ilmiah seperti bukan
gayaku. Padahal dalam setahun, saya diwajibkan menulis minimal 2 karya ilmiah.
Selama seumur hidup!
Sebenarnya ide dan isu masalah untuk diangkat dalam suatu
karya ilmiah itu banyak. Problemnya, menuangkan dalam bentuk karya ilmiah itu
benar-benar sulit. Sulit di sini bermula dari konflik batin diriku sendiri.
Saya kembali menjadi purba dan memahat batu-batu. Seseorang yang terbiasa
menulis esai atau prosa yang luwes dan santai lantas menulis jurnal atau karya
ilmiah rasanya seperti ingin berak. Tulisan
ilmiah memiliki aturan yang rigid dan ketat. Tanpa ampun.
Sebentar. Esai pun berkembang ke ranah ilmiah pula. Makanya
saya tertawa ketika seseorang yang terbiasa menulis esai pop lantas
menuangkannya pada esai akademik menjadi penuh coretan. Dunia akademis memiliki
garis tegas dengan dunia awam. Jurang pemisah inilah yang kemudian menjadi
kritik bagi orang awam terhadap dunia akademis yang dianggap sebagai menara gadis
gading.
***
Kini, saya mematung di depan
laptop sambil berpikir. Selama hidup, baru dua karya ilmiah resmi yang
kuhasilkan. Esai-esai yang pernah kutulis termasuk kategori ilmiah atau bukan,
saya tak begitu peduli. Berdasarkan materi kepenulisan yang pernah kuikuti
serta kupraktikkan dalam dua karya ilmiah, keindahan tulisan ilmiah dilihat
dari ketundukan pada kaidah penulisan ilmiah. Entah itu dari aspek tata tulisan
maupun gaya selingkung. Hal tersebut menunjukkan adanya kedisiplinan, kerapian,
serta apresiasi terhadap bahasa. Selain itu, tiap karya ilmiah terdapat struktur
aktivitas ilmiah yang dilandaskan pada elemen substantif serta metode.
Mumet, kan? Sama.
Saya lebih suka menulis berita
dibandingkan karya ilmiah. Walaupun keduanya memiliki karakter yang objektif,
berita memiliki nuansa bahasa yang lebih sederhana dan luwes. Pada banyak
kesempatan, saya seperti menemukan keterbalikan. Gaya bahasa berita kulihat
dalam skripsi, tesis, maupun jurnal ilmiah. Sedangkan, gaya bahasa karya ilmiah
kutemukan dalam berita. Terutama berita-berita pada jurnalis pemula (mungkin
dia habis lulus sarjana, lantas menjadi wartawan).
Tulisanku selesai. Responnya ada
yang bilang bagus, mudah dipahami, cukup jelas, seperti karya ilmiah pada
umumnya. Hanya, satu orang yang tidak paham atau sulit paham. Kubaca ulang
tulisanku. Sekali lagi. Berkali-kali. Tidak ada masalah. Lantas, apanya yang
salah?
Ternyata, korespondenku memiliki
variabel yang berbeda. Dia orang non hukum. Well,
hukum merupakan ilmu yang eksklusif dan bersifat sui generis. Bahkan dalam
bahasa, hukum memiliki struktur bahasa hukum Indonesia yang khas. Bahasa hukum
Indonesia memiliki karakteristik jelas makna, lugas, dan resmi. Komposisi gaya
bahasa hukum Indonesia begitu khusus. Ini dilema.
Setiap akademisi pasti ingin
tulisannya dapat dibaca dan dipahami oleh setiap orang. Pada sisi lain, karya
ilmiah merupakan cerminan komunitas wacana keilmuan tertentu. Penulisnya pun
perlu memahami bahwa karya ilmiah memiliki sosioretorik tersendiri. Intinya,
orang di luar komunitas keilmuan perlu menyesuaikan istilah-istilah dan
struktur yang ada sehingga penulis tak perlu lagi memberitahukan perbedaan
terdakwa dan tersangka, atau coastal
state dengan archipelagic state,
atau channel dan strait. Penulis menganggap pembaca telah tahu istilah-istilah
tersebut, kecuali hal tersebut penting untuk ditulis kembali atau apabila ingin
berbasa-basi dan memenuhi persyaratan minimal halaman. Hehehe.
Proses selanjutnya adalah
mengalihkan bahasa ke dalam bahasa lain. Saya kurang pede dalam hal ini. Saya
mencoba mencari bantuan. Sayangnya, dia menolak secara halus dan satunya foto
profilnya chat menghilang.
Saya hanya mengelus dada
membayangkan menjalani hal demikian setahun dua kali selama seumur hidup. Wes pie maneh...
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
ReplyDeleteDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny