Ronaboyd Mahdiharja

Sebuah goresan nan Pribadi mengenai metamorforsis dalam alam pemikiran perjalan menjadi manusia.

Sep 8, 2014

I'M Milanisti

            Setiap penggila bola memiliki fase awal untuk memilih klub sepak bola favoritnya. Tifosi mungkin lebih tepat dikatakan demikian meskipun arti kata ini lebih mengarah pada pendukung klub dari negara Italia. Pada mulanya saya tidak begitu paham dengan klub sepak bola, namun ketika menonton sepak bola lebih tepatnya sejak EURO 1996 saya mulai menyukai sepak bola. Pasca itu ada liga Italia yang sesekali saya tonton. Dari beberapa klub peserta yang selalu saya tunggu penampilannya adalah AC Milan. Pas kecil masih ingat Liga Serie A ditayangkan oleh RCTI, tetapi karena tidak paham jadwal secara tidak sengaja sering juga melihat pertandingan. Bahkan dini hari pun tak sengaja melihatnya ketika terjaga dan televisi belum dimatikan karena Ayah ketiduran.
            Weah adalah nama dari pemain bernomor punggung 9 yang menarik perhatianku. Meskipun negro ada rasa harapan yang besar dan rasa kasihan (entah kenapa saya melihatnya begitu) dalam orang itu dan Ia menciptakan gol ketika pertandingan AC Milan yang saya tonton. Sejak itu selalu ada harapan AC Milan selalu menang dan Weah mencetak gol. Sampai pada akhirnya 1998 setelah Piala Dunia (dimana tim favoritku keok melawan Kroasia), AC mendatangkan Oliver Bierhoff. Penampilan Bierhoff pada EURO 1996 yang membuatku terkesan untuk pertama kalinya dengan sepak bola dan selalu mendukung Jerman pada tiap turnamen hingga saat ini. Keberadaan Bierhoff membuatku semakin suka dengan AC Milan terlebih gol-gol nya melalui sundulan. Bahkan hl itulah yang menginspirasi permainan Winning Eleven sampai PES untuk selalu membuat gol lewat sundulan, meskipun bisa saja lewat tendangan sampai-sampai teman-temanku pada jengkel.
            Sheva lah yang membuatku untuk mendeklarasikan diri menjadi seorang Milanisti. Meskipun pada saat itu Milan terpuruk tetapi tidak menyurutkanku. Dulu sempat terpikir untuk mendukung Juventus dengan Zizou-nya, namun entah kenapa saya lebih mantap di hati dengan AC Milan walaupun dalam perolehan scudetto Juve lebih banyak. Saya sendiri baru mengetahui sejarah AC Milan ketika SMP sehingga bukan masuk dalam fans yang memilih dengan alasan membaca sejarah atau lainnya. Dan ketika mengetahui sejarah dan track record AC Milan saya semakin bangga dan tidak salah pilih.
            Keterpurukkan Milan akhir-akhir ini membuatku bangkit kembali untuk menyaksikan lagi tiap laganya. Sempat terhenti dan mengikuti perkembangan AC Milan beberapa tahun, nampaknya Milan membutuhkan dukunganku. Rasa sakit pada tahun 2005 yang tanpa gelar dan kalah menyesakkan dari Liverpool tidak segenting saat ini. Krisis finansial dan penurunan penonton menunjukkan ketidakpercayaan publik terhadap Milan. Era baru Pippo membuat sedikit ada harapan walau belum terlihat hasil nyatanya (Inget awal-awal kepelatihan Carletto yang dingin dan tanpa ekspresi ketika kalah maupun menang. Sebal juga jika diingat). Semoga pula kedatangan Torres (yang juga ikut berperan dalam kekalahan pada final Liga Champion di Turki) bisa membantu dan mengembalikan kejayaan Milan.

Ed i colori che noi portiamo
sono la gloria
sono la gloria
Ed i colori che noi portiamo
sono la gloria
dei Rossone'
forza Milan ole'
forza Milan ole'
forza Milan ole' ole' ole'
Milan ! Milan ! Milan !
 



No comments:

Post a Comment