Setiap penggila bola
memiliki fase awal untuk memilih klub sepak bola favoritnya. Tifosi mungkin
lebih tepat dikatakan demikian meskipun arti kata ini lebih mengarah pada
pendukung klub dari negara Italia. Pada mulanya saya tidak begitu paham dengan klub
sepak bola, namun ketika menonton sepak bola lebih tepatnya sejak EURO 1996
saya mulai menyukai sepak bola. Pasca itu ada liga Italia yang sesekali saya
tonton. Dari beberapa klub peserta yang selalu saya tunggu penampilannya adalah
AC Milan. Pas kecil masih ingat Liga Serie A ditayangkan oleh RCTI, tetapi
karena tidak paham jadwal secara tidak sengaja sering juga melihat
pertandingan. Bahkan dini hari pun tak sengaja melihatnya ketika terjaga dan
televisi belum dimatikan karena Ayah ketiduran.
Weah adalah nama dari
pemain bernomor punggung 9 yang menarik perhatianku. Meskipun negro ada rasa
harapan yang besar dan rasa kasihan (entah kenapa saya melihatnya begitu) dalam
orang itu dan Ia menciptakan gol ketika pertandingan AC Milan yang saya tonton.
Sejak itu selalu ada harapan AC Milan selalu menang dan Weah mencetak gol. Sampai
pada akhirnya 1998 setelah Piala Dunia (dimana tim favoritku keok melawan
Kroasia), AC mendatangkan Oliver Bierhoff. Penampilan Bierhoff pada EURO 1996
yang membuatku terkesan untuk pertama kalinya dengan sepak bola dan selalu
mendukung Jerman pada tiap turnamen hingga saat ini. Keberadaan Bierhoff
membuatku semakin suka dengan AC Milan terlebih gol-gol nya melalui sundulan. Bahkan
hl itulah yang menginspirasi permainan Winning Eleven sampai PES untuk selalu
membuat gol lewat sundulan, meskipun bisa saja lewat tendangan sampai-sampai
teman-temanku pada jengkel.
Sheva lah yang
membuatku untuk mendeklarasikan diri menjadi seorang Milanisti. Meskipun pada
saat itu Milan terpuruk tetapi tidak menyurutkanku. Dulu sempat terpikir untuk
mendukung Juventus dengan Zizou-nya, namun entah kenapa saya lebih mantap di
hati dengan AC Milan walaupun dalam perolehan scudetto Juve lebih banyak. Saya sendiri
baru mengetahui sejarah AC Milan ketika SMP sehingga bukan masuk dalam fans
yang memilih dengan alasan membaca sejarah atau lainnya. Dan ketika mengetahui
sejarah dan track record AC Milan saya semakin bangga dan tidak salah pilih.
Keterpurukkan Milan
akhir-akhir ini membuatku bangkit kembali untuk menyaksikan lagi tiap laganya. Sempat
terhenti dan mengikuti perkembangan AC Milan beberapa tahun, nampaknya Milan
membutuhkan dukunganku. Rasa sakit pada tahun 2005 yang tanpa gelar dan kalah
menyesakkan dari Liverpool tidak segenting saat ini. Krisis finansial dan
penurunan penonton menunjukkan ketidakpercayaan publik terhadap Milan. Era baru
Pippo membuat sedikit ada harapan walau belum terlihat hasil nyatanya (Inget
awal-awal kepelatihan Carletto yang dingin dan tanpa ekspresi ketika kalah maupun
menang. Sebal juga jika diingat). Semoga pula kedatangan Torres (yang juga ikut
berperan dalam kekalahan pada final Liga Champion di Turki) bisa membantu dan
mengembalikan kejayaan Milan.
sono la gloria
sono la gloria
Ed i colori che noi portiamo
sono la gloria
dei Rossone'
forza Milan ole'
forza Milan ole'
forza Milan ole' ole' ole'
Milan ! Milan ! Milan !
No comments:
Post a Comment