Ronaboyd Mahdiharja

Sebuah goresan nan Pribadi mengenai metamorforsis dalam alam pemikiran perjalan menjadi manusia.

Nov 25, 2017

Refleksi Kekerasan Ala Zizek



"I know it, but I don't want to know that I know, so I don't know." I know it, but I refuse to fully assume the consequences of this knowledge, so that I can continue acting as if I don't know it.”

           
            Tatkala banyak berita mengenai Indonesia darurat kekerasan terhadap anak serta berbagai teror dan kekerasan di belahan bumi lainnya, teringat satu buah karya tipis ini yang sekiranya perlu anda baca. Salah satu karya sosiolog dan filsuf era posmo (meski dirinya mengklaim anti Posmo) asal Slovenia. Meski sudah cukup lama, nampaknya wacana kekerasan akan mendominasi pemberitaan pada media massa selama beberapa tahun ke depan dan buku ini akan relevan sebagai bahan bacaan yang menghibur (sekaligus menyebalkan) dan membuka alam pemikiran kita.
Melalui premis sederhana mengenai kekerasan, Zizek tidak membatasi kekerasan pada bentuk fisik saja. Zizek membagi kekerasan menjadi subjektif dan objektif. Kekerasan subjektif dilakukan oleh agen yang dapat diidentifikasi dengan jelas melalui tindakan–tindakan seperti teror, pembunuhan, penyerangan, perang. Sedangkan kekerasan objektif dipecah lagi menjadi kekerasan simbolik dan sistemik. Kekerasan simbolik menyentuh ranah simbol dan bahasa seperti diskriminasi, rasisme, hate speech dll. Kekerasan sistemik muncul sebagai konsekuensi bencana besar dari berfungsinya sistem ekonomi dan politik. Nanti akan dijelaskan oleh Zizek alasan sistem ekonomi dan politik mampu membentuk kekerasan. Secara garis besar, kekerasan objektif menyebabkan terjadinya kekerasan subjektif.
Membaca karya Zizek memang cukup menghibur karena disisipi humor satir, pembahasan budaya populer yang sedang berkembang dengan penyisipan sejarah dan filsafat. Zizek membawa diskursus menarik tatkala masyarakat puas untuk menipu diri mereka sendiri selama kekerasan subjektif tidak terjadi dan menimpa mereka. Anda bisa terkekeh ketika Bill Gates dan George Soros mendapatkan label “liberal comunists” karena memperoleh kekayaan dari struktur kapitalisme dan memposisikan diri sebagai seorang dermawan kepada masyarakat yang telah mereka eksploitasi. Menyebalkan? Tentu saja.
Pada buku ini, Zizek nampaknya lebih fokus pada kekerasan sistemik karena porsi lebih banyak membahas tentang hal yang sangat dia suka. Ia tidak memberikan definisi secara jelas mengenai arti kekerasan, meskipun demikian banyak hal kekerasan yang dibahas dari berbagai sudut seperti globalisasi, fundamentalisme, kapitalisme, bahasa, filsafat dan tentu saja film. Kita perlu berhati-hati terhadap argumentasi yang dibangun oleh Zizek karena dikemas sangat cantik dengan berbagai paradoks dan humor.
Zizek merupakan salah satu tokoh kontrovesial yang memiliki karya-karya yang provokatif. Menyimak perdebatannya dengan Henry-Levy maupun Chomsky akan menambah pemahaman karakter dari seorang yang dijuluki sebagai filsuf paling berbahaya di barat. Perlu suatu filter untuk meresapi pendapat Zizek untuk tidak terjebak atau terkesima pada kesia-siaan. Ada kalanya kita perlu mengetahui dan mempersiapkan anti tesis maupun sintesis wacana yang dilemparkan oleh Zizek agar anda dapat bergelut dengannya sambil tertawa.

Judul              : Violence: Six Sideways Reflections
Penulis           : Slavoj Zizek 
Tebal              : 272 halaman
Cetakan         : Agustus 2008
Penerbit         : Picador, New York

No comments:

Post a Comment