Ronaboyd Mahdiharja

Sebuah goresan nan Pribadi mengenai metamorforsis dalam alam pemikiran perjalan menjadi manusia.

Mar 8, 2019

Catatan si Pemalas #7





Keringatku belum kering betul setelah berjingkrak-jingkrak di ruang karaoke. Kunikmati dini hari jalan-jalan sebuah kota yang sebenarnya tidak begitu asing bagiku. Aku lepaskan lelah dan suntuk dengan bersandar malas di sebuah kursi yang tak begitu nyaman diduduki. Rinai-rinai turun membasahi ingatanku.

Pagi tadi kudapat kabar bila bocil berkelamin lelaki. Banyak orangtua terkadang menghendaki anaknya berjenis kelamin tertentu. Aku pun demikian. Ada sedikit keinginan memiliki anak lelaki tetapi aku tak terlalu muluk-muluk. Asalkan bayi itu lahir sehat dan menjadi anak yang sholeh sudah cukup. Kemudian semua kukembalikan pada Allah. Hal ini berangkat dari sebuah kesadaran bahwa ada sesuatu yang sifatnya hanya tawakal, tidak ada ikhtiar di dalamnya. Ada hak-hak prerogatif Allah yang tidak satu pun makhluk mengetahui secara pasti dan mencampurinya. Kiamat, ajal, dan alam rahim adalah buktinya. Kita hanya diberi tahu tanda dan gejalanya.

Kabar itu kupandang sebagai tanda dari jawaban doa-doa, dan sekaligus bukti bahwa beberapa tindakanku dikehendaki oleh Allah SWT, insya Allah.  Meskipun demikan, saya masih menunggu jawaban doa-doa yang lain untuk mengganti beberapa kegagalanku dalam menjalankan misi. Sepenuhnya, aku mafhum harus memulai kembali dari nol.

Kulihat air-air jatuh dari langit. Satu per satu seperti bulir-bulir padi. Air itu selalu jujur. Ia bergerak dan berinteraksi sesuai aturan-aturan Allah. Walau jujur, ia juga rentan. Ia menjadi panas jika dipanaskan, dingin jika didinginkan. Berubah warna bila tercampur zat lain.  Cair dan fleksibel. Ia dapat sangat bermanfaat, tetapi bisa menjadi sangat beracun. Tergantung cara kita memperlakukan air.
Bagi yang lain, nol sekadar angka tak berharga. Namun, bagiku nol ialah mula tempatku berpijak dan memantapkan diri untuk melangkah agar terhindar dari minus. Pernahkah kamu melihat dunia runtuh beserta isinya? Dan tersisa dirimu seorang diri di dunia itu. Pada saat itulah aku memutuskan kembali dalam posisi nol, menjadi abel (anak gembel) lagi.

Tentunya, hal itu tak mudah. Berdasarkan penglamanku ada hukum-hukum tak tertulis dalam setiap perjuangan untuk melangkah menuju angka satu. Sampai kapan pun dan di mana pun, tiap rumpun perjuangan tak hanya melahirkan pahlawan, tetapi juga pengkhianat. Aku pun harus bersiap lagi dalam hal ini.

Seperti siklus: berjalan, mengumpulkan, membangun, bersebarangan, dibohongi, ditikam, sekarat, ditinggalkan, runtuh, merasa gagal, bangkit dan kembali berjalan. Seorang Bugis Wajo yang tak kukenal menasihatiku untuk berisitirahat saja karena diriku sudah penuh luka karena si penyebab luka itu sampai mati tak akan tenang dan terus kesusahan. Temanku yang menerjemahkan ucapannya tak begitu paham maksudnya, tapi kini aku sedikit mengerti setelah melihat orang-orang yang pernah membohongi, menikam, atau meninggalkanku. Aku hanya dapat mendoakan karena mereka juga bagian dari hidupku, tapi sekali lagi segala sesuatu ada hak prerogatif Allah.

Sore tadi, Anis mengirimkan sebuah video undangan pernikahan. Setelah dua tahun mengawalnya agar bisa berubah akhirnya salah satu misiku hampir selesai.

Begitulah sejarah perjuangan, tiap orang ada masanya dan tiap masa ada orangnya.

No comments:

Post a Comment