Judul : A Quiet Place
Durasi : 90 menit
Sutradara : John
Krasinski
Naskah :
John Krasinski, Bryan Woods, dan Scott Beck
Pemain : John Krasinski, Emily Blunt, Millicent
Simmonds, Noah Jupe
Kakiku mendadak
dingin. Aku berusaha bernapas dengan teratur. Tanpa mengalihkan pandangan dari
layar bioskop, jaket ku lepas untuk menutup kakiku yang mulai menggigil. Aku misuh
dalam hati berharap film cepat kelar, meski mata fokus di layar.
Semua
itu kualami ketika menonton film A Quiet
Place. Bermula dari tag instagram si Vain pada sebuah trailer film dengan
tagline “If They Hear You, They Hunt You”.
Tag line tersebut sebenarnya terasa seperti film horror lainnya, tetapi di
akhir trailer menunjukkan klue lain “Silence
is Survival” terasa wah...
Silence salah satu kata pertama yang
kupelajari: Keep Silent hehehe beda
ya. Jika The Silence of the Lamb
pasti kan sama. Setidaknya kata silence maupun
silent akrab denganku, entah itu
menjaga keheningan dalam kegelapan selama 4 hari atau tidak berbicara selama
beberapa hari. Rasanya hening. Perasaannya tentu saja sangat jauh berbeda
seperti hampir gila. Jadi, aku belum gila. Aku bisa buktikan dengan surat
keterangan sehat kejiwaan lhooo...
Pengalaman
dengan keheningan maupun tak bicara membuatku tertarik untuk menonton film ini.
Jadi, kuputuskan untuk berangkat ke bioskop dengan memakai boxer karena stock celana pendek masih di laundry dan terjadilah ‘acara’ menggigil di dalam bioskop itu.
Celana panjang? Oh, aku hanya memakai celana panjang saat acara-acara formal. Lagian
akhir-akhir ini alergiku terhadap celana panjang kumatnya parah.
Secara garis
besar film ini mengisahkan sebuah keluarga yang bertahan hidup dengan keheningan.
Jangan bertanya dimana pemerintah, ini bukan film politik. Pemerintah mbuh ono, mbuh ora tidak mengganggu
jalannya cerita. Monsternya selama film diputar tak dijelaskan datang dari
mana. Mbuh ora ngerti monster itu dari
mana lan ora penting omahe asli endi.
Bukan dari hasil uji coba ilmiah karena tak ada kerusakan di muka bumi layaknya
film The Road nya Cormac McCharty
atau The Book of Eli, alih-alih Mad Max. Buktinya hutan masih hijau,
hanya saja kotanya menjadi sunyi. Monsternya Ujug-ujug ono ngono wae.
Pada sepanjang
film pikiran kita telah dibangunkan atmosfer keheningan yang menegangkan
sekaligus menyebalkan. Tak ada jeda pemikiran secuil pun mengenai pemerintah
atau asal monster. Kita disuguhi interaksi para pemain yang melakukan akting
luar biasa: dengan gimik, isyarat, ketakutakan, kesakitan, dan kesunyian. Bagaimana
kalian menjaga anakmu dari bahaya? Bagaimana orangtua melakukan sesuatu yang
baik menurut mereka dan kita kerap sebal dibuatnya.
Nggegeg sak durunge katisen |
Ini film recomended. Meski bukan film yang
cerdas, A Quiet Place dapat dikatakan
berkualitas: minim dialog, aura horor dan suspensinya ketat banget. Terakhir kali
saya menonton film dengan minim dialog adalah All Is Loss sekitar tahun 2013/2014. Film model ini biasanya
menjual ketegangan dan butuh akting pemain yang optimal. Setidaknya, si aktor
atau dalam film itu kudu ada teriakanlah masa dibayar mahal-mahal gak ngomong
(Kecuali, film The Artist dan film
jadul zaman bahula ya). Sayangnya, teriakan adalah cara bunuh diri dalam A Quiet Place. Cara mati yang menyeramkan
sekaligus heroik.
A Quiet Place bukan horror spiritual semacam Ringu,
The Others, atau The Six Sense, melainkan
horror sci-fi (Maaf, Insidious bagiku horror yang tak terlalu
menegangkan). Yaah, layaknya film Alien nya
Ridley Scott. Nuansa ketegangan yang membuat saya perlu menahan napas
mengingatkanku pada Jaws maupun Saw.
Ide yang
orisinal dengan elemen paling dasar film horor maupun suspense mampu dieksplorasi habis-habisan. Dan ditutup dengan ending yang cakep. BTS eh BTW, saya
masih kepikiran kaleng-kaleng bekas di sawah.
Cerita : 8/10
Pemain : 8.5/10
Ending : 8.5/10
Overall : 8.3/10
No comments:
Post a Comment