Ronaboyd Mahdiharja

Sebuah goresan nan Pribadi mengenai metamorforsis dalam alam pemikiran perjalan menjadi manusia.

Apr 7, 2018

Pengalaman Baru Tentang Keheningan dalam Sebuah Film



Judul               : A Quiet Place
Durasi             : 90 menit
Sutradara       : John Krasinski
Naskah           : John Krasinski, Bryan Woods, dan Scott Beck
Pemain           : John Krasinski, Emily Blunt, Millicent Simmonds, Noah Jupe


Kakiku mendadak dingin. Aku berusaha bernapas dengan teratur. Tanpa mengalihkan pandangan dari layar bioskop, jaket ku lepas untuk menutup kakiku yang mulai menggigil. Aku misuh dalam hati berharap film cepat kelar, meski mata fokus di layar.
            Semua itu kualami ketika menonton film A Quiet Place. Bermula dari tag instagram si Vain pada sebuah trailer film dengan tagline “If They Hear You, They Hunt You”. Tag line tersebut sebenarnya terasa seperti film horror lainnya, tetapi di akhir trailer menunjukkan klue lain “Silence is Survival” terasa wah...
            Silence salah satu kata pertama yang kupelajari: Keep Silent hehehe beda ya. Jika The Silence of the Lamb pasti kan sama. Setidaknya kata silence maupun silent akrab denganku, entah itu menjaga keheningan dalam kegelapan selama 4 hari atau tidak berbicara selama beberapa hari. Rasanya hening. Perasaannya tentu saja sangat jauh berbeda seperti hampir gila. Jadi, aku belum gila. Aku bisa buktikan dengan surat keterangan sehat kejiwaan lhooo...
Pengalaman dengan keheningan maupun tak bicara membuatku tertarik untuk menonton film ini. Jadi, kuputuskan untuk berangkat ke bioskop dengan memakai boxer karena stock celana pendek masih di laundry dan terjadilah ‘acara’ menggigil di dalam bioskop itu. Celana panjang? Oh, aku hanya memakai celana panjang saat acara-acara formal. Lagian akhir-akhir ini alergiku terhadap celana panjang kumatnya parah.
Secara garis besar film ini mengisahkan sebuah keluarga yang bertahan hidup dengan keheningan. Jangan bertanya dimana pemerintah, ini bukan film politik. Pemerintah mbuh ono, mbuh ora tidak mengganggu jalannya cerita. Monsternya selama film diputar tak dijelaskan datang dari mana. Mbuh ora ngerti monster itu dari mana lan ora penting omahe asli endi. Bukan dari hasil uji coba ilmiah karena tak ada kerusakan di muka bumi layaknya film The Road nya Cormac McCharty atau The Book of Eli, alih-alih Mad Max. Buktinya hutan masih hijau, hanya saja kotanya menjadi sunyi. Monsternya Ujug-ujug ono ngono wae.
Pada sepanjang film pikiran kita telah dibangunkan atmosfer keheningan yang menegangkan sekaligus menyebalkan. Tak ada jeda pemikiran secuil pun mengenai pemerintah atau asal monster. Kita disuguhi interaksi para pemain yang melakukan akting luar biasa: dengan gimik, isyarat, ketakutakan, kesakitan, dan kesunyian. Bagaimana kalian menjaga anakmu dari bahaya? Bagaimana orangtua melakukan sesuatu yang baik menurut mereka dan kita kerap sebal dibuatnya.
Nggegeg sak durunge katisen
A Quiet Place salah satu film yang mungkin tidak akan disukai Uda Jay karena selain keheningan tentu saja hentakan yang membuat jantung terlonjak. Suspense yang dibangun pun mampu memengaruhi kita, bahkan saat dirimu sendirian di kamar. Terlebih adegan ketika air ketuban Evelyn pecah, kita dibuat benar-benar tak mampu bergerak. Pahamkan jika air ketuban pecah peristiwa yang selanjutnya terjadi? No Woman, No Cry  begitulah. Padahal suara kecil pun akan disambangi si monster yang tak bernama itu (Nanti ada rule nya kok, tenang saja). Si monster seperti manusia yang sakit gigi lantas mendatangi pembuat kebisingan. Atau Squidward yang menghendaki dunia tanpa kebisingan SpongeBob dan Patrick Star. Napas? Lihat saja sendiri. Hehehe...
Ini film recomended. Meski bukan film yang cerdas, A Quiet Place dapat dikatakan berkualitas: minim dialog, aura horor dan suspensinya ketat banget. Terakhir kali saya menonton film dengan minim dialog adalah All Is Loss sekitar tahun 2013/2014. Film model ini biasanya menjual ketegangan dan butuh akting pemain yang optimal. Setidaknya, si aktor atau dalam film itu kudu ada teriakanlah masa dibayar mahal-mahal gak ngomong (Kecuali, film The Artist dan film jadul zaman bahula ya). Sayangnya, teriakan adalah cara bunuh diri dalam A Quiet Place. Cara mati yang menyeramkan sekaligus heroik.
A Quiet Place bukan horror spiritual semacam Ringu, The Others, atau The Six Sense, melainkan horror sci-fi (Maaf, Insidious bagiku horror yang tak terlalu menegangkan). Yaah, layaknya film Alien nya Ridley Scott. Nuansa ketegangan yang membuat saya perlu menahan napas mengingatkanku pada Jaws maupun Saw.
Ide yang orisinal dengan elemen paling dasar film horor maupun suspense mampu dieksplorasi habis-habisan. Dan ditutup dengan ending yang cakep. BTS eh BTW, saya masih kepikiran kaleng-kaleng bekas di sawah.  

Cerita             : 8/10
Pemain           : 8.5/10
Ending           : 8.5/10
Overall           : 8.3/10



No comments:

Post a Comment