Ada pertanyaan yang dilontarkan seorang kawan perihal
alasan saya benci Man. United (MU). Hei, siapa yang benci? Saya tidak ada
alasan untuk membenci MU. Mungkin dikarenakan kerap kali saya memposting
sesuatu yang bersifat mengejek, mengolok atau bahkan Siapa yang tidak akan
terbelalak dengan permainan MU tatkala melawan Munchen di Final Liga Champion
1999 di Camp Nou, Barcelona? Siapa pula yang tak terkesima dengan permainan MU
ketika diperkuat Giggs, Beckham, C. Ronaldo, Schmeichel, Nistelrooy, Roy Keane?
Siapapun akan mudah jatuh cinta pada MU. Saya pun turut menjagokan MU ketika
itu.
Klub
sepakbola yang saya benci itu Arsenal, Barcelona dan Juventus (Liverpool
berkurang pasca tampil mengenaskan dan Madrid pun berkurang pasca Ancelotti
mengasuhnya). Tidak ada yang saya benci dari MU, kecuali suporter barunya yang
latah. Keterpurukan MU setelah ditinggal Sir Alex Ferguson dan berpindah tangan
kepelatihan pada David Moyes memicu gelombang besar teriakan Glory Glory Manchester United di linimasa.
Fanatisme Manchunian di linimasa memberikan dampak luar biasa, baik secara komersil
maupun penggaet fans baru bagi MU. Fans MU yang bertambah membuat klub memiliki
posisi tawar yang tinggi, terbukti nilai kontrak Chevrolet mencapai 53 Juta
Pounds pada musim ini.
Yang
menyebalkan dari semua itu adalah munculnya fans latah yang muncul karena hanya
ingin ikut-ikutan. Pernah beberapa kali menanyakan kepada beberapa teman alasan
tiba-tiba mendukung MU. Beberapa yang saya ketahui temanku ini dahulunya adalah
suporter klub lain, dan bukannya MU. Inilah beberapa alasan mereka yang
membuatku sebal. Alasan pertama, ikut-ikutan. Ini yang menyebalkan karena menjadi
suporter bukan karena ikut-ikutan. Keputusan menjadi fans MU karena ikut-ikutan
tidak disertai dengan usaha mencari tahu latar belakang klub yang mereka
dukung. Bahkan ketika saya bertanya, siapa musuh bebuyutan dari MU? Ada yang
menjawab Chelsea, Arsenal atau Manchester City. Wew… Ketiganya untuk saat ini mungkin bisa dijadikan tolok ukur
persaingan perebutan gelar, terutama Arsenal yang menjadi pesaing utama era
awal tahun 2000an. Tetapi musuh bebuyutan MU tentunya adalah Liverpool. Tengoklah
komentar Bill Shankly akhir tahun 50an menggambarkan tekad Liverpool
meruntuhkan dominasi MU. Lantas awal kepelatihan Sir Alex juga menampilkan nada
serupa untuk mengakhiri hegemoni Liverpool era 70-80an.
Alasan kedua, bosan dengan klub yang dia
dukung. Ada pula kawan yang menjadi suporter MU karena klub yang dia dukung tak
kunjung juara. Saya lebih bersimpati pada suporter yang tetap teguh pendirian
walaupun dia mendukung klub yang saya benci dibandingkan suporter yang musiman.
Tiap musim ganti klub yang didukung.
MU selalu di hati mas Boyd. =D
ReplyDeleteManchester united memang layang di benci saya emang benci mu karena klub berjuluk the red devils itu memiliki penggemar namanya ariel noah jadi pantaslah mu diinjak injak
ReplyDelete