Ronaboyd Mahdiharja

Sebuah goresan nan Pribadi mengenai metamorforsis dalam alam pemikiran perjalan menjadi manusia.

Apr 18, 2015

ETIKET KETIKA BERJUMPA PENGAMEN




            Berbagai pendapat perihal pengamen ini menuai pro dan kontra (manusia emang selalu pro-kontra). Ada yang suka, tapi tidak sedikit yang benci. Entah disebabkan karena habisin uang receh, terganggu atau risih. Pada dasarnya mereka sudah tersisih oleh kondisi dan lingkungan sehingga jangan sampai kita ikut menyisihkan mereka karena stigma negatif yang sudah melekat pada mereka. Tidak semua orang bisa menikmati pendidikan dan lingkungan yang bersahabat dalam pertumbuhan psikis. Ada sebagian yang hanya tahu cara mencari penghidupan dengan mengamen. Beruntunglah kita tidak pernah diajarkan mengamen sejak kecil sehingga memiliki pilihan lain dari mecari sesuap nasi yang lebih layak. Sebagai mantan pengamen orang yang dulu sering ngamen dan sekaligus penikmat pertunjukkan musik jalanan, ada beberapa sikap yang patut kita perhatikan ketika menjumpai mereka.
1.    Lepaskan Earphone! (Khusus di Bus)

Zaman ini kita dimanjakan oleh gadget yang mendukung untuk menjadi autis, salah satunya pemutar musik lewat ponsel. Lepaskan earphone mu sejenak untuk menghargai mereka. Sopir saja tidak keberatan mematikan pemutar musiknya, masak kamu tak mau. Tidak ada salahnya mendengarkan suara mereka. Meski terkadang ada juga yang menyanyi sebagai formalitas. Tetapi banyak juga lho yang nyanyi nya bagus. Pasang kembali ketika mereka sudah meminta recehan padamu.

2.    Jangan pura-pura Tidur

Eits… jangan salah, kadang pengamen memiliki lagu tersendiri untuk menyindir para penumpangnya. Khususnya yang pura-pura tidur. Hahahaha lagu andalan pun mereka mainkan
Ciri-cirine wong pelit, jare ngamale ra tau
Paribasan onok wong ngamen agi-agi etok-etok turu,
etok-etok turu karo ngempet ngguyu.

3.    Pasang Wajah Ramah
Siapa yang tidak emosi ketika dicuekin? Mereka pun sama. Mereka menyodorkan tangan malah dicuekin rasanya tuh sakit banget (pengalaman sendiri). Terlebih dengan mimik dingin. Acapkali saya temukan pengamen yang menegur pengamen tipekal ini. Entah asyik main ponsel atau sedang ngobrol. Pasanglah wajah ramah pada mereka. Hidup mereka sudah sulit jangan ditambahi dengan wajahmu yang pahit untuk dilihat. Khusus wanita/ yang memakai masker, karena ekspresimu tidak kelihatan lebih baik mempergunakan tanda penolakan yang halus yang akan dibahas sebentar lagi.

4.    Berikan Tanda Penolakan Yang Halus
Tak Efektif

Diam itu menyebalkan bagi pengamen karena seperti tidak diberi kepastian. Hehehe tapi benar lho jangan diam saja ketika disodori tangan mereka. Berikanlah tanda penolakan. Tentu saja tanda yang halus, bukan yang kasar karena geleng-geleng, memberikan tanda lima jari  kadang seperti minta digampar. Sudah panas-panas, capek, keluar suara banyak, dikasih wajah pahit dan mendapatkan penolakan yang kasar membuat mereka emosi. Ada satu tanda penolakan yang sejauh ini berhasil membuat saya tidak pernah ditegur (baca dimaki), yaitu menyatukan kedua telapak tangan seperti mengucapkan hari raya Idul Fitri. Saya pun sebagai mantan pengamen orang yang dulu sering ngamen akan segan memaksa dan seperti ada rasa adem di dalam dada.

5.    Tutup Pintu Rumahmu Ketika Masih Jauh
Menutup pintu ketika ada pengamen itu sangat kasar. Tatkala sayup-sayup terdengar suara pengamen dan kamu tidak berkenan lebih baik segera tutup pintumu daripada menutupnya saat dilihat pengamen. Seolah anda mengusir mereka dan itu menyesakkan dada. Rasanya diusir benar-benar sakit.

Berhati-hatilah wahai para penumpang
Karena siang ini banyak tuyul di belakang
Jagalah pacar Anda, jangan sampai hilang
Kalau sampai hilang, segera lapor satria baja hitam
Atau si Doraemon

No comments:

Post a Comment