Ronaboyd Mahdiharja

Sebuah goresan nan Pribadi mengenai metamorforsis dalam alam pemikiran perjalan menjadi manusia.

Oct 13, 2011

KUASA MEROKOK

"Mana yang lebih berbahaya, perokok aktif atau pasif?" tanyaku.
"Perokok pasif!" teriak mereka serentak.
"Nah, makanya jadilah perokok aktif" timpalku.

Aku keluar dari ruangan dengan menyisakan gemuruh dan tanda tanya. Malamnya aku temukan diriku yang lain duduk di depanku dengan raut wajah serius.
"Siang tadi, apakah kau merasa menang?" tanyanya dengan senyum sinis.
"Sama sekali tidak." jawabku.
"Kau mengetahui merokok adalah kata kerja dan perokok adalah kata benda (dalam hal ini proper noun). Kau sendiri yang mengumpamakan perokok aktif adalah penguasa. Lantas, mengapa kau menyuruh mereka menjadi penguasa?" 
"Aku hanya mengajak mereka berpikir."

Malam itu diriku ngoceh padaku, tapi aku sudah tenggelam pada lautan rokok. Aku tak menggubrisnya. Perokok dan merokok. Subjek dan predikat. Pada dasarnya mereka membenci merokok bukan perokok. Perokok aktif lah yang mereka benci karena dialah yang mengisap rokok secara aktif. Lain halnya dengan perokok pasif yang hanya menerima asap rokoknya saja, namun dialah yang kena pengaruh buruk lebih banyak. Bencilah mereka pada perokok aktif. Tanpa disadari sebenarnya perokok aktif juga sekaligus perokok pasif. Perokok aktif selain mengisap rokok juga mengisap asapnya. Perokok aktif pun tidak menyadarinya karena dia telah terbiasa dengan bau asap rokok. 

Kekuasaan pun demikian. Menjadi candu bagi yang haus kekuasaan. Masyarakat sangat marah pada penguasa, disebabkan tindakan yang dilakukan oleh penguasa menyebabkan masyarakat menerima dampak negatifnya. Apabila masyarakat yang keblinger ingin menjadi perokok aktif alias ingin menjadi penguasa, maka mereka pun tanpa sadar juga turut masuk ke dalam lingkaran bahaya rokok. Pikiran sederhana mereka: kenapa mereka tidak menjadi penguasa saja? Dampaknya lebih kecil daripada menjadi rakyat biasa.

Penguasa memiliki tanggung jawab besar: terhadap dirinya dan orang di sekitarnya. Penguasa pula yang menyebabkan sebuah bangsa hancur atau sejahtera. Masyarakat yang menjadi perokok pasif pun ikut terkena dampaknya. Pengangguran, pendidikan tidak merata, perampokan, hutan gundul merupakan dampak tidak langsung dari penguasa yang rakus. Mereka mengisap asap rokok dan perokok aktif tak mengisap asap yang dikeluarkannya. Begitu juga bencana longsor, tanggul jebol, banjir, tsunami dan faktor alam lainnya  merupakan akibat penguasa. Bencana alam tersebut digerakkan oleh sesuatu dari alam non materi.  

"Bencana itu berasal dari alam." kata penguasa. Hal ini persis yang dikatakan dalam Surat Al-Jaatsiyah ayat 24, namun penguasa tidak sadar apabila Ada yang menggerakan non materi yang kemudian menggerakan materi. Sekali lagi masyarakat yang terkena dampaknya dan penguasa selamat. Walaupun penguasa selamat dari bencana sesaat, namun penguasa akan mengalami penderitaan psikis yang panjang. Jiwa dan hati para penguasa akan tersiksa dan tersayat dengan perantara harta yang tidak halal, menyalahgunakan kekuasaan, ketakutan akan digulingkan dari kekuasaan.

Fiksasi dan Dalih
Freud pernah mengatakan apabila orang merokok memiliki kecenderungan fase oralnya terganggu, sehingga untuk memenuhi kepuasaan oral ketika dewasa menyalurkannya dengan rokok. Kita juga sering melihat ambisi masyarakat yang ingin sekali mengisi pos-pos penguasa atau paling tidak di bawahnya. Hal ini tidak terlepas dari keinginan mereka yang tertindas dari penguasa yang kemudian muncul keinginan menjadi penguasa berikutnya.

Orang yang merokok pun punya dalih. Orang yang merokok memiliki ciri-ciri, yakni dia itu sehat, memiliki uang, dan beriman. Apabila tidak sehat seorang perokok akan dilarang merokok. Kemudian bila tidak memiliki uang janganlah jadi perokok. Dan oleh sebab hidup matinya makhluk itu ditentukan Tuhan kenapa musti takut merokok? Toh tidak merokok pun juga akan mati. Kesehatan terkadang dilupakan atau tidak diacuhkan oleh kita. Seorang dokter bilang kita sakit, namun tetap saja kita merokok. Tak selamanya orang yang merokok itu memiliki uang, bisa saja dia meminta rokok pada orang yang sudah punya rokok. Memang benar hidup mati seseorang yang menetukan Tuhan, di samping itu kita juga tidak bisa melupakan bahwa kita harus menjaga apa yang Tuhan ciptakan termasuk tubuh kita. Tuhan yang menciptakan, manusia yang menjaganya.

Penguasa tidak jauh berbeda. Menjadi Penguasa juga harus memiliki kesehatan, uang, dan iman. Kesehatan diperlukan untuk menjalankan kehidupan masyarakat. Kesehatan fisik bisa dilihat, namun kesehatan rohani sulit diterima. Kita bisa lihat penguasa yang arogan menggusur rumah-rumah atas nama kepentingan negara dengan mengenyahkan keberadaan warga yang digusur sebagai unsur terbentuknya negara. Melalui  kekuasaannya membeli tanah dengan harga murah. Uang adalah modal awal menjadi seorang penguasa. Tidak punya uang tinggal kongkalikong dengan pemilik modal. Aku rasa hal tersebut sudah jamak kita ketahui. Terlebih proses pemilihan seorang penguasa dalam demokrasi saat ini memerlukan banyak biaya. Iman menjadi simbol-simbol mereka. Menjual ayat-ayat suci dalam kampanye mereka denga harga murah. 

"Bagaimana jika industri rokok di tutup? Bukankah itu mengakibatkan pengangguran bagi orang yang bekerja di sana? Makanya kita mau berkorban demi mereka" tanya para perokok. Inilah tugas penguasa untuk memberikan industri alternatif untuk buruh tembakau. Penguasa sering sibuk mengeruk untung dari industri rokok dan enggan memberikan perhatian kepada penelitian alternatif agar tembakau memiliki manfaat lain dari pada digunakan untuk rokok. 

Aku sendiri menulis ini dengan merokok, namun alam bawah sadarku terkadang mengingatkan untuk berhenti. Aku seperti penguasa yang candu akan kekuasaan. Penguasa menyediakan tempat khusus area perokok. Di sana kita menjadi perokok sebenarnya: perokok aktif sekaligus perokok pasif. Nikmatnya merokok di alam terbuka. Membebaskan asap-asap lari kemana mereka mau. Ke arah kita atau filter-filter alam. Bahkan lebih nikmat tidak merokok.

Irfa R. Boyd Utama

No comments:

Post a Comment