Ronaboyd Mahdiharja

Sebuah goresan nan Pribadi mengenai metamorforsis dalam alam pemikiran perjalan menjadi manusia.

May 2, 2019

Kematian dan Kebangkitan Super Hero

“You could not live with your own failure, and where did that bring you? Back to me.”

Judul              : Avengers: Endgame
Durasi            : 181 menit
Sutradara     : Anthony Russo, Joe Russo
Naskah           : Christopher Markus, Stephen McFeely
Pemain           : Robert Downey Jr., Chris Evans, Chris Hemsworth, Scarlett Johansson, Jeremy Renner, Mark Ruffalo, Paul Rudd, Brie Larson, Karen Gillan, Josh Brollin


Tahun ini ada dua hal yang tak boleh kudengar, spoiler film Avengers: Endgame dan akhir dari Game of Throne. Akan terasa menyebalkan bila kedua hal tersebut sampai ada yang memberikan spoiler. Keindahannya akan pudar seperti bila kalian sayup-sayup mendengar akhir kisah Six Sense atau The Prestige. Saya perlu menahan diri, entah itu menghindar dari status teman-teman yang telah menonton maupun membaca berita yang berkaitan dengan keduanya.

Infinity Wars telah membawa banyak spekulasi, mulai “siapa yang akan membunuh Thanos?”, kemunculan film “Captain Marvel” di sela-sela film menimbulkan praduga bahwa ia yang akan mengalahkannya. Lantas, bagaimana langkah Russo bersaudara membangkitkan kembali triliunan makhluk yang mati paska genosida Thanos dengan jentikkan jarinya? Kehadiran Ant-Man sebelum Civil Wars membuka peluang adanya dugaan multiverse ala DC. Tetapi, DC dan Marvel jelas berbeda dalam membangun universe-nya. Biasanya film-film sci-fi untuk mengatasi masalah ini dengan cara time travel, namun tidak ada yang punya kemampuan melakukan perjalanan waktu seperti Flash untuk kembali ke masa lalu atau memanipulasi waktu. Sebentar. Quick Silver telah mati dalam Age of Ultron dan kemampuannya tak sehebat Flash dari DC.  Strange bisa, tapi dia sudah menjadi debu dalam Infinity Wars. Aih, daripada memikirkan semua itu lebih baik saya melihatnya langsung.

Setelah seminggu pemutaran, kesempatan itu datang dan takkan kusia-siakan. Meski seorang diri dan waktunya malam hari, kesempatan tersebut akan sulit terulang. Mengingat jumlah penonton serta waktu luang, lebih-lebih keganjenan kawan-kawan yang ingin segera membocorkan kisah Endgame. Well, lebih baik ndang budaaal!

Hasilnya, Avengers: Endgame menjadi karya kerja keras penuh cinta untuk seluruh fans Marvel Cinematic Universe. Bagi kalian yang tumbuh bersama dengan kehadiran Iron Man, Hulk, atau Thor, dan Captain America sejak tahun 2008 akan begitu terasa keharuannya. Film ini dibuat dengan kecermatan serta kehati-hatian dengan menampilkan banyak momen yang menguras serta memuaskan secara emosional. Kita dibawa untuk menyelami lebih dalam pikiran dan jiwa para super hero yang berkawan lantas berkonflik.

Kita menyadari narasi yang dibangun selama ini begitu solid. Sepanjang film kita menghirup nuansa kelam yang intens melebur dengan humor khas Marvel. Endgame melangkah cepat dengan fokus pengembangan karakter sehingga waktu tiga jam tak terasa.

Pencapaian lain dari film ini adalah kualitas akting dari para pemainnya. Bahkan aktor yang hanya sepintas tampil memberikan sentuhan penuh makna. Perhatikan secara saksama Thor, Captain America, Hulk, Iron Man, Ant-Man, dan Dr. Strange yang membawakan pesan dan emosi yang sulit dicapai film super hero lainnya. Ada suatu anggapan bahwa film super hero atau laga tidak membutuhkan akting yang bagus karena penonton hanya butuh aksi dan baku hantam, makanya genre tersebut akan sulit masuk nominasi Oscar terutama best actor atau best actress. Akan tetapi, kali ini saya akan menganggukkan kepala bila Robert Downey Jr. dimasukkan dalam nominasi Oscar.

Kisah yang dimulai paska genosida menawarkan konsistensi kegelapan dan siksa batin para super hero karena kegagalan sebagai seorang pahlawan. Yah, meski banyak juga film super hero yang berlatar kisah serupa, Endgame memiliki level yang berbeda. Jentikkan jari Thanos memberi efek premis terhadap film ini, 14 juta banding satu.

Apesnya, solusi yang dihadirkan dalam film ini ialah perjalanan waktu. Begitulah manusia ketika ingin menyelesaikan konflik kerap berandai tentang waktu. Meski tak berbelit dalam penguraiannya, perjalanan waktu tentu memiliki kelemahan tersendiri. Lubang plot yang hadir dalam Endgame jika diuraikan malah spoiler. Tenang, saya tak ingin merusak kesenanganmu meski saat ini tanganku terasa gatal untuk mengetik bocoran film ini.

Pada aspek lain, sinematografer nampak bergembira dengan memainkan skema cahaya dan warna dalam berbagai referensi film Marvel terdahulu. Ada juga skor musik yang menyajikan nada-nada riuh di dada. Suatu tawaran yang tak mampu kita tolak sambil bernostalgia ria.

Alhasil, Endgame memiliki struktur film yang kita inginkan dan beberapa ada makna yang kita butuhkan. Capaian langka dari film super hero setelah dengan kesabaran memulainya dalam dekade silam.

Cerita             : 7.5/10
Pemain          : 8.5/10
Ending           : 8/10
Overall           : 8/10

1 comment: