“You could not live with your own failure, and where did that bring you? Back to me.”
Judul
: Avengers: Endgame
Durasi :
181 menit
Sutradara : Anthony
Russo, Joe Russo
Naskah
: Christopher Markus, Stephen
McFeely
Pemain
: Robert Downey Jr., Chris Evans, Chris Hemsworth, Scarlett Johansson, Jeremy
Renner, Mark Ruffalo, Paul Rudd, Brie Larson, Karen Gillan, Josh Brollin
Tahun ini ada dua hal yang tak boleh
kudengar, spoiler film Avengers: Endgame
dan akhir dari Game of Throne. Akan
terasa menyebalkan bila kedua hal tersebut sampai ada yang memberikan spoiler. Keindahannya
akan pudar seperti bila kalian sayup-sayup mendengar akhir kisah Six Sense atau The Prestige.
Saya perlu menahan diri, entah itu menghindar dari status teman-teman yang
telah menonton maupun membaca berita yang berkaitan dengan keduanya.
Infinity
Wars telah
membawa banyak spekulasi, mulai “siapa yang akan membunuh Thanos?”, kemunculan
film “Captain Marvel” di sela-sela film menimbulkan praduga bahwa ia yang akan
mengalahkannya. Lantas, bagaimana langkah Russo bersaudara membangkitkan
kembali triliunan makhluk yang mati paska genosida Thanos dengan jentikkan
jarinya? Kehadiran Ant-Man sebelum Civil
Wars membuka peluang adanya dugaan multiverse ala DC. Tetapi, DC dan Marvel
jelas berbeda dalam membangun universe-nya. Biasanya film-film sci-fi untuk
mengatasi masalah ini dengan cara time
travel, namun tidak ada yang punya kemampuan melakukan perjalanan waktu
seperti Flash untuk kembali ke masa
lalu atau memanipulasi waktu. Sebentar. Quick Silver telah mati dalam Age of Ultron dan kemampuannya tak
sehebat Flash dari DC. Strange bisa, tapi dia sudah menjadi debu
dalam Infinity Wars. Aih, daripada
memikirkan semua itu lebih baik saya melihatnya langsung.
Setelah seminggu pemutaran, kesempatan itu
datang dan takkan kusia-siakan. Meski seorang diri dan waktunya malam hari,
kesempatan tersebut akan sulit terulang. Mengingat jumlah penonton serta waktu
luang, lebih-lebih keganjenan kawan-kawan yang ingin segera membocorkan kisah Endgame. Well, lebih baik ndang budaaal!
Hasilnya, Avengers:
Endgame menjadi karya kerja keras penuh cinta untuk seluruh fans Marvel Cinematic Universe. Bagi kalian
yang tumbuh bersama dengan kehadiran Iron Man, Hulk, atau Thor, dan Captain
America sejak tahun 2008 akan begitu terasa keharuannya. Film ini dibuat dengan
kecermatan serta kehati-hatian dengan menampilkan banyak momen yang menguras
serta memuaskan secara emosional. Kita dibawa untuk menyelami lebih dalam pikiran dan jiwa
para super hero yang berkawan lantas berkonflik.
Kita menyadari narasi yang dibangun
selama ini begitu solid. Sepanjang film kita menghirup nuansa kelam yang intens
melebur dengan humor khas Marvel. Endgame
melangkah cepat dengan fokus pengembangan karakter sehingga waktu tiga jam tak
terasa.
Pencapaian lain dari film ini adalah kualitas
akting dari para pemainnya. Bahkan aktor yang hanya sepintas tampil memberikan
sentuhan penuh makna. Perhatikan secara saksama Thor, Captain America, Hulk,
Iron Man, Ant-Man, dan Dr. Strange yang membawakan pesan dan emosi yang sulit
dicapai film super hero lainnya. Ada suatu anggapan bahwa film super hero atau
laga tidak membutuhkan akting yang bagus karena penonton hanya butuh aksi dan
baku hantam, makanya genre tersebut akan sulit masuk nominasi Oscar terutama best actor atau best actress. Akan tetapi, kali ini saya akan menganggukkan kepala
bila Robert Downey Jr. dimasukkan dalam nominasi Oscar.
Kisah yang dimulai paska genosida menawarkan
konsistensi kegelapan dan siksa batin para super hero karena kegagalan sebagai
seorang pahlawan. Yah, meski banyak juga film super hero yang berlatar kisah
serupa, Endgame memiliki level yang
berbeda. Jentikkan jari Thanos memberi efek premis terhadap film ini, 14 juta
banding satu.
Apesnya, solusi yang dihadirkan dalam film
ini ialah perjalanan waktu. Begitulah manusia ketika ingin menyelesaikan
konflik kerap berandai tentang waktu. Meski tak berbelit dalam penguraiannya,
perjalanan waktu tentu memiliki kelemahan tersendiri. Lubang plot yang
hadir dalam Endgame jika
diuraikan malah spoiler. Tenang, saya tak ingin merusak kesenanganmu meski saat ini tanganku terasa gatal untuk mengetik bocoran film ini.
Pada aspek lain, sinematografer nampak
bergembira dengan memainkan skema cahaya dan warna dalam berbagai referensi
film Marvel terdahulu. Ada juga skor musik yang menyajikan nada-nada riuh di
dada. Suatu tawaran yang tak mampu kita tolak sambil bernostalgia ria.
Alhasil, Endgame
memiliki struktur film yang kita inginkan dan beberapa ada makna yang kita
butuhkan. Capaian langka dari film super hero setelah dengan kesabaran
memulainya dalam dekade silam.
Cerita
: 7.5/10
Pemain :
8.5/10
Ending :
8/10
Overall :
8/10
"I love you 3000"
ReplyDelete