Ronaboyd Mahdiharja

Sebuah goresan nan Pribadi mengenai metamorforsis dalam alam pemikiran perjalan menjadi manusia.

Dec 23, 2018

Catatan Si Pemalas #2







Ada banyak cara untuk menghemat energi. Salah satunya, menonton anime. Aku tiduran pada bantal yang kutekuk menjadi dua. Aku menekuk bantal karena itu barang sudah kempes. Jadi, bisa kalian ketahui intensitasku dalam bermalas-malasan menghemat energi. Begitulah aku menikmati anime.

Kali ini Hinamatsuri. Anime absurd yang bikin ngakak so hard. Aku tahu jika lelucon itu relatif, tapi jika kotak tertawamu tak terganggu minimal dirimu akan tersenyum. Bahkan Ndoro yang tak begitu suka anime direwangi nonton. Hana, anak manusia super yang berasal dari antah berantah hidup bersama dengan seorang mafia jomblo bernama Nitta. Ceritanya menggelinding begitu saja dengan para tokoh yang unik dan kocak.

Ada banyak pesan dan kisah dalam anime ini, kadang mengharukan, menyebalkan, dan tentunya jenaka. Ada episode lucu ketika keluarga Nitta mempertanyakan “siapa Hana?” Berbagai upaya dilakukan untuk menjelaskan siapa Hana, tetapi tentu saja ia tak tahu. Penonton saja tak tahu siapa si Hana. Daripada rumit dan banyak akting, akhirnya si Nitta memiliki solusi terakhir.

Episode itu seperti mengingatkanku pada kisah Walid bin al-Mugirah (ayahnya Khalid). Bahkan ada sekitar 104 ayat Al Qur’an yang berhubungan dengan si Walid. Ada salah satu kisah lucu perihal ini yang kuingat. Si Walid yang pesohor kaum Quraisy tahu dan seorang sastrawan paham bahwa Al Qur’an bukan buatan manusia, tapi dirinya ingkar.

Pada surat Al Qalam: 10-16, si Walid disifati aibnya oleh Al-Qur’an dengan sepuluh sifat. Sembilan sifat itu diakuinya, tapi ada sifat yang tidak ia mengerti dan membuatnya marah, yaitu kata zanim. Zanim memiliki arti mengaku-ngaku nasab atau nasabnya tidak jelas atau lahir sebagai anak zina. Tentu saja hal ini berkebalikan dengan yang sering Walid gaungkan sebagai keluarga Quraisy terhormat dan memiliki kedudukan yang tinggi. Satu kata itulah yang membuatnya marah dan mendatangi ibunya. 

"Bu, Al Qur'annya Muhammad menyifatiku sepuluh hal. Sembilannya saya akui itu, tapi ada satu yang mengganjal: zanim. Muhammad tidak mungkin bohong soal ini. Saiki, Ibu cerita yang sebenarnya kalau tidak pedang ini bisa menebas lehermu." Sambil mengancam membunuh ibunya, secara tidak langsung ia mengakui kesembilan sifat yang melekat dalam dirinya. 

Ibunya pun berkata, "Ngene lho le, bapakmu kuwi impoten, pada satu sisi memiliki harta yang banyak, dari keluarga terpandang, di sisi lain ya butuh keturunan. Akhirnya, ibu melakukannya dengan seorang penggembala. Yo, tukang angon kuwi bapak aslimu."

Kurang lebih seperti aku mengingat kisahnya. Terasa aneh jika seseorang mengakui kehebatan Al Qur’an, tapi ingkar. Ini menandakan bahwa Al Qur’an pada dasarnya dapat dengan mudah dipahami oleh siapa saja, bahkan orang kafir. Jadi, kelak tak ada alasan manusia di hadapan Allah tidak paham risalah Ketuhanan. Lantas mengapa mereka menolaknya? Mungkin ada sesuatu yang menghalangi. Jawabannya bisa beragam. Salah satunya adalah keangkuhan.

Keangkuhan pula yang membuat azazil terusir dari kedudukannya. Perihal ini banyak orang membuat tafsir mengenai keimanan azazil pada Tuhan dan blablabla. Namun, tiap kali aku bertanya, “mengapa dirimu tidak menjadi pengikutnya azazil atau iblis saja? Tak perlu sholat, zakat, atau puasa. Hidup bisa sesuka hatimu dan bebas hukum.” Tetapi, mereka tidak mau atau menolak. Mereka mengaku masih mencintai Rasulullah, dan sayang sekali tidak pernah kudengarkan mereka mengisahkan kehebatan Rasulullah. Kapan-kapan aku ceritakan kerennya Rasulullah.

Aku sering memikirkan ini, kata orang-orang aku itu baik meski agak sinting, tetapi aku tak sebaik itu. Yah, aku kelihatan baik karena Allah telah menjaga aibku. Tentunya, aku tak berharap memiliki nasib senahas karakter David Lurie nya Coetzee. Ah, menjadi seorang kriminal bukanlah hal yang memalukan. Tetap menjadi penjahat itulah aib yang memalukan.

Nani kore?
Gohan...

Si Hana membuat perutku lapar, tapi kok ya ngantuk.

No comments:

Post a Comment