Ronaboyd Mahdiharja

Sebuah goresan nan Pribadi mengenai metamorforsis dalam alam pemikiran perjalan menjadi manusia.

Nov 23, 2018

Kasih Sayang Orangtua dan Kehidupan Sosial Anak



Judul               : Searching
Durasi             : 102 menit
Sutradara       : Annesh Chaganty
Naskah           : Annesh Chaganty, Sev Ohanian
Pemain           : John Cho, Debra Messing, Joseph Lee, Michelle La, Sara Sohn.

Aku tak ingat kapan film ini berada di laptopku. Tetapi,  pagi ini kuputuskan untuk menontonnya setelah jenuh pada anime Hanebado yang kurang greget kisahnya. Boleh disebut membuang waktu dengan menonton film yang kita tidak tahu kualitasnya.

Lima sampai sepuluh menit pertama kita disodorkan tayangan melalui layar komputer. Jernih dan tanpa unsur kegelapan. Jika melihat judulnya, Searching, aku berasumsi memiliki kisah pencarian seperti penculikan atau pencarian harta karun. Tidak seperti Prisoner yang muram, kita diberikan gambaran jernih sebuah keluarga melalui layar komputer layaknya film UP! Dan sepanjang film kita hanya menyaksikan para tokoh melalui medium layar komputer, laptop, ponsel, televisi, media sosial, dan bahkan CCTV.

Alkisah, David Kim (John Cho) membesarkan anak semata wayangnya, Margot (Michele La), seorang diri setelah sang istri meninggal karena kanker. Ketika beranjak remaja sang anak tiba-tiba menghilang. Si Ayah jelas kebingungan karena tidak ingin kehilangan lagi orang yang dicintai, tetapi semua petunjuk tak ia miliki. Margot dikenal penyendiri dan tak memiliki teman. Satu-satunya petunjuk ialah jejak digital di dunia maya.

Tidak ada yang istimewa dari kisah film ini. Tema serupa dapat kau temukan dalam banyak film. Salah satunya ialah film yang mengisahkan si ibu yang dibunuh secara brutal menyebabkan ayahnya protektif, dan membuat si anak ngambek hingga akhirnya diculik. Kasih sayang si ayah membuatnya menjelajah benua dan samudra dan ditemani teman perjalanan yang bodoh. Yap, itulah Finding Nemo. Tidak ada yang baru dari segi ini.

Justru, yang menarik ialah eksplorasi konteks kekinian: Media sosial, kondisi sosial, dan kasih sayang orangtua pada masa kini. Cho mampu memerankan karakter ayah yang menjurus patut dipersalahkan atau malah dikasihani. Semua gegara media sosial. Pada sisi lain kita menjadi gemas pada Margot yang terkesan misterius dan mendadak terkenal hingga seolah semua temannya merasa dekat dengannya. Sisi emosi dan satire memberikan dampak yang kuat pada film ini, khususnya era digital dan internet.

Pada saat marak phubbing dan hal tersebut jelas menyebalkan bagi siapa pun. Ada berbagai pertanyaan. Apakah pertemuan virtual dapat menggantikan keintiman dari perjumpaan langsung? Apalagi ini terkait hubungan orangtua dan anak. Pada sisi lain, jejak virtual dapat menjadi bahan kenangan yang menyakitkan atau mencipta rindu. Setidaknya, para orangtua juga sadar kehidupan anak-anaknya saat di luar pengawasannya. Bentuk perhatian ortu yang terkadang malah disalahpahami anak sebagai pengekangan. Hingga hadir kata-kata, “anakku tidak seperti itu,” atau “Anakku baik. Dia penurut.” Atau malah “Dia baik-baik saja. Tanpa masalah.” Saya pun turut bertanya-tanya, apakah perubahan era mempengaruhi relasi ortu-anak? Ada kehendak menganalisis melalui Baudrillard atau Derrida, tapi terlalu panjang nantinya. Intinya, seburuk apa pun keluarga, akan ada sesuatu yang dapat diambil sebagai pembelajaran (jika kau ingin berkeluarga).

Chaganty dengan cerdas dan agak pongah memanfaatkan itu semua. Kita diberikan berbagai spekulasi si penculik, penyebab dan akhir kisah ini. Model film seperti ini tentunya akan membuat plot twist yang mengejutkan. Yah, meski akhirnya kelicikan film ini membuat kita merasa tidak dibodohi dan mengumpat seperti The Prestige. Sebagaimana kita menghadapi orang cerdas, kita perlu bersabar pada film ini.

Kita dimanjakan pada kejernihan visual dan akting pemainnya meski nampak dramatik. Setiap detail pada layar menjadi penting. Trik visual yang unik juga mengingatkanku pada pop-up text message yang revolusioner dari serial Sherlock dan House of Cards. Sedikit aneh melihat visual yang tampak kurang mendukung untuk sebuah film thriller, ataukah kita memasuki era baru sebuah film thriller dan misteri pada era internet?


Searching menjadi film tahun 2018 yang cerdas dan tidak sia-sia. Film bagus tidak melulu masalah budget.

Cerita              : 7.5/10
Pemain           : 8,5/10
Ending            : 8/10
Overall            : 8/10

No comments:

Post a Comment