Judul : Searching
Durasi : 102 menit
Sutradara : Annesh Chaganty
Naskah : Annesh Chaganty, Sev Ohanian
Pemain :
John Cho, Debra
Messing, Joseph Lee, Michelle La, Sara Sohn.
Aku tak ingat kapan film ini berada di
laptopku. Tetapi, pagi ini kuputuskan
untuk menontonnya setelah jenuh pada anime Hanebado yang kurang greget
kisahnya. Boleh disebut membuang waktu dengan menonton film yang kita tidak
tahu kualitasnya.
Lima sampai sepuluh menit pertama kita
disodorkan tayangan melalui layar komputer. Jernih dan tanpa unsur kegelapan. Jika
melihat judulnya, Searching, aku
berasumsi memiliki kisah pencarian seperti penculikan atau pencarian harta karun.
Tidak seperti Prisoner yang muram,
kita diberikan gambaran jernih sebuah keluarga melalui layar komputer layaknya
film UP! Dan sepanjang film kita
hanya menyaksikan para tokoh melalui medium layar komputer, laptop, ponsel,
televisi, media sosial, dan bahkan CCTV.
Alkisah, David Kim (John Cho) membesarkan
anak semata wayangnya, Margot (Michele La), seorang diri setelah sang istri meninggal
karena kanker. Ketika beranjak remaja sang anak tiba-tiba menghilang. Si Ayah jelas
kebingungan karena tidak ingin kehilangan lagi orang yang dicintai, tetapi
semua petunjuk tak ia miliki. Margot dikenal penyendiri dan tak memiliki teman.
Satu-satunya petunjuk ialah jejak digital di dunia maya.
Tidak ada yang istimewa dari kisah film ini. Tema
serupa dapat kau temukan dalam banyak film. Salah satunya ialah film yang mengisahkan
si ibu yang dibunuh secara brutal menyebabkan ayahnya protektif, dan membuat si
anak ngambek hingga akhirnya diculik.
Kasih sayang si ayah membuatnya menjelajah benua dan samudra dan ditemani teman
perjalanan yang bodoh. Yap, itulah Finding
Nemo. Tidak ada yang baru dari segi ini.
Justru, yang menarik ialah eksplorasi konteks
kekinian: Media sosial, kondisi sosial, dan kasih sayang orangtua pada masa
kini. Cho mampu memerankan karakter ayah yang menjurus patut dipersalahkan atau
malah dikasihani. Semua gegara media sosial. Pada sisi lain kita menjadi gemas
pada Margot yang terkesan misterius dan mendadak terkenal hingga seolah semua
temannya merasa dekat dengannya. Sisi emosi dan satire memberikan dampak yang
kuat pada film ini, khususnya era digital dan internet.
Pada saat marak phubbing dan hal tersebut jelas menyebalkan bagi siapa pun. Ada berbagai
pertanyaan. Apakah pertemuan virtual dapat menggantikan keintiman dari
perjumpaan langsung? Apalagi ini terkait hubungan orangtua dan anak. Pada sisi
lain, jejak virtual dapat menjadi bahan kenangan yang menyakitkan atau mencipta
rindu. Setidaknya, para orangtua juga sadar kehidupan anak-anaknya saat di luar
pengawasannya. Bentuk perhatian ortu yang terkadang malah disalahpahami anak sebagai
pengekangan. Hingga hadir kata-kata, “anakku tidak seperti itu,” atau “Anakku
baik. Dia penurut.” Atau malah “Dia baik-baik saja. Tanpa masalah.” Saya pun
turut bertanya-tanya, apakah perubahan era mempengaruhi relasi ortu-anak? Ada kehendak menganalisis melalui Baudrillard atau Derrida, tapi terlalu panjang nantinya. Intinya, seburuk
apa pun keluarga, akan ada sesuatu yang dapat diambil sebagai pembelajaran (jika kau ingin berkeluarga).
Chaganty dengan cerdas dan agak pongah memanfaatkan
itu semua. Kita diberikan berbagai spekulasi si penculik, penyebab dan akhir kisah
ini. Model film seperti ini tentunya akan membuat plot twist yang mengejutkan. Yah, meski akhirnya kelicikan film ini
membuat kita merasa tidak dibodohi dan mengumpat seperti The Prestige. Sebagaimana kita menghadapi
orang cerdas, kita perlu bersabar pada film ini.
Kita dimanjakan pada kejernihan visual dan
akting pemainnya meski nampak dramatik. Setiap detail pada layar menjadi
penting. Trik visual yang unik juga mengingatkanku pada pop-up text message yang revolusioner dari serial Sherlock dan House of Cards. Sedikit aneh melihat visual yang tampak kurang
mendukung untuk sebuah film thriller, ataukah kita memasuki era baru sebuah
film thriller dan misteri pada era internet?
Searching menjadi film
tahun 2018 yang cerdas dan tidak sia-sia. Film bagus tidak melulu masalah
budget.
Cerita : 7.5/10
Pemain : 8,5/10
Ending : 8/10
Overall : 8/10
No comments:
Post a Comment