Judul : Deadpool 2
Durasi : 119 menit
Sutradara : David Leitch
Naskah : Rhett
Reese, Paul Wernick, Ryan Reynolds
Pemain : Ryan Reinolds, Josh Brolin, Morena Baccarin, Karan Soni, Zazie Beetz, T.J. Miller, Jullian Dennison, Brianna Hildebrand, Leslie Uggams, dan Stefan Kapicic, Brad Pitt.
Pemain : Ryan Reinolds, Josh Brolin, Morena Baccarin, Karan Soni, Zazie Beetz, T.J. Miller, Jullian Dennison, Brianna Hildebrand, Leslie Uggams, dan Stefan Kapicic, Brad Pitt.
Well, that's just lazy writing.
Bukan, bukan
karena joke atau sindirannya Deadpool yang kusuka pada tokoh ini, melainkan
kesadaran dirinya yang sedang berada di dunia komik atau film. Saya pun sadar sedang
di Surabaya beberapa hari setelah kejadian BOM yang membuat kota ini agak sepi
dibandingkan hari-hari biasa. Pusat keramaian dijaga ketat dan semua pengunjung
diperiksa, termasuk saya yang notabene tak bertampang teroris hanya saja ada
sedikit brewok yang sedang malas kupotong. Langit Surabaya masih dalam nuansa
parno, dan saya pun ikut-ikutan parno saat masuk di dalam studio. Ada sekelebat
aksi penembakan brutal dalam gedung bioskop seperti di Amerika Serikat sana.
Sialnya, posisi dudukku tak menguntungkan untuk berlindung maupun melarikan
diri.
Well, kita bahas Deadpool
saja. Film ini memiliki formula yang hampir mirip dengan film pertama yang
memerlukan latar belakang kejadian. Tak ada yang istimewa, namun saya suka. Dengan
penghormatan terhadap Wolverine sebagai mantan rekan kerjanya, diikuti
narasi-narasi kematian super hero untuk menaikkan rating, Deadpool memiliki
caranya sendiri untuk mengapresiasi hal tersebut.
Saya tak ingin membawamu
kepada spoiler karena memang film ini tak memiliki plot yang mencengangkan. Terasa
pendek dan lebih drama. So, Deadpool
tak berbohong ketika mengatakan film ini adalah film keluarga. Super hero yang
tak muluk-muluk mengisahkan penyelamatan dunia, tetapi lebih kepada dirinya
sendiri yang begitu rumit dan sarkas.
Di awal, kukatan Deadpool
memiliki kesadaran bahwa dirinya berada di dalam dunia komik atau film. Hal ini
membuat dialog-dialognya menerabas batas dunia perfilman. Jika kamu penikmat
film, tentunya tahu bahwa Ryan Reinolds pernah memerankan Green Lantern dan
paska Christian Bale, dia digadang-gadang memerankan sosok Batman (dan akhirnya
diperankan oleh Ben Affleck). Banyak parodi dan joke mengenai hal tersebut. Selain itu, saya sendiri tak begitu
yakin semua penonton memahami joke dari Merc
with a mouth ini karena terlalu banyak referensi budaya pop luar yang tak banyak
diketahui masyarakat Indonesia. Apalagi anak muda zaman now yang tak begitu akrab dengan Robocop.
Akting ryan tak
diragukan lagi. Ia benar-benar ingin move on dari green lantern dan menggampar para pengkritiknya melalui Deadpool (jadi,
jangan langsung pulang). Ia seperti terinspirasi Hugh Jackman untuk bertaubat
memerankan satu karakter super hero. Ryan
is Deadpool, Deadpool is Ryan. Josh Brolin tak memiliki ruang khusus untuk
mengeksplorasi karakternya. Dan Domino, saya menyukainya. Sepertinya dia akan
menjadi tokoh sentral dalam X-Force.
Adegan laga dan
aksi salah satu yang paling ditunggu pada Deadpool. Dengan rating R, film ini
menampilkan kebrutalan yang terkadang konyol dan kocak. Seoalah Deadpool ingin
mengatakan “namanya juga film”. Berbagai kekacauan yang mengandung kecabulan
serta Domino, aku menyukainya. Sudah berapa kali aku mengatakannya?
Ada satu lagi
yang menarik perhatianku: musik. Deadpool seperti mencoba mencuri formula
Guardian of Galaxy dalam menempatkan musik-musik lama. Misalkan, Ost Yentl: Papa, can you hear me? dengan bumbu parodi. Ada juga scene dengan latar Moonage Daydream David Bowie yang menjadi andalan para penjaga
galaksi. All Out Love nya Air Suply
saat trailer, serta Thunderstruck
milik AC/DC ketik para X-Force terjun bebas. Ah, kalau dirimu tahu film Annie
(1999), ada lagu Tomorrow-Alicia
Morton yang mengiringi slow motion.
Sesungguhnya yang
paling besar mencuri perhatianku ialah Juggernaut. Pada film X-Men: The Last
Stand, Ia nampak tak terlalu kuat dan seperti disia-siakan hanya untuk menabrak
tembok dan kalah dengan konyol. Cobalah bermain SEGA Genesis atau video game
Marvel, kau akan dibuat jengkel oleh Juggernaut sebagai salah satu bos sebelum
menghadapi Magneto. Dan bersyukurlah karena Juggernaut mengikuti gaya komiknya,
mulai dari kostum maupun kekuatan.
Kau tahu, saat
saya mendapatkan realitas bahwa gedung bioskop di surabaya, khususnya film
Deadpool tak mengurangi kecemasan paska kejadian BOM. Buktinya, penonton Surabaya
begitu antusias dengan film ini. Saat saya sampai, kursi full, dan kami
mendapatkan tempat duduk deret ketiga di depan layar. Kali ini saya kurang
begitu puas merasakan sensasi menonton Deadpool 2 lebih karena posisi duduk
yang tak menguntungkan. Saranku, menontonlah setelah seminggu film ini diputar,
semoga sudah mulai lengang. Ketika pulang nuansa bulan puasa mulai terasa. Tandanya
bunyi petasan. Aku sulit membedakan bunyi petasan dengan bom di kota ini.
Mungki karena belum pernah mendengarkan suara ledakan asli. Semoga saja tidak
pernah. Jadi, saya akhiri dengan menyanyikan sebuah lagu
The sun will come out tomorrow
Bet your bottom dollar that tomorrow
There'll be sun
Just thinkin' about tomorrow
Clears away the cobwebs and the sorrow
'til there's none
When I'm stuck with a day that's grey and lonely
I just stick up my chin and grin and say, oh
The sun will come out tomorrow
So you gotta hang on
'til tomorrow, come what may!
Tomorrow, tomorrow, I love ya, tomorrow
You're always a day away!
Oh, jangan mengalihkan
pandanganmu dari layar karena ada banyak cameo pada film tersebut.
Cerita : 8/10
Pemain : 8,5/10
Ending : 8/10
Overall : 8/0