Durasi : 125 menit
Sutradara : Joe Wright
Naskah : Anthony McCarten
Pemain : Gary Oldman, Kristin Scott Thomas, Lily James, Ronald Pickup, Stephen Dillane, Ben Mendelsohn
Jujur
saja saya enggan menulis review film ini. Darkest
hour sudah lama mengendap di laptop dan belum tersentuh hingga saya kembali
ke kos. Jikalau bukan karena Uda Jayuzka menyuruh nonton dan nampaknya dia
ingin mendengarkan pendapatku tentang film (bukankah begitu da? 😁). So, saya niatkan saja akan mereview
pasca menontonnya.
Tanpa
mencari informasi ini film tentang apa dan siapa pemerannya, langsung kuputar
saja. Kesan awal film diputar menunjukkan bahwa ini adalah film tentang perang
dan muncullah nama sutradaranya, Joe Wright. Ah, tak mungkin Joe bermain-main
dengan film aksi pasca kegagalan dalam Pan.
Saya lebih suka Ia membuat film drama seperti Atonement atau minimal Pride
& Prejudice.
Benar
saja, kegaduhan di gedung parlemen menjadi tanda bahwa ini film drama dengan
latar perang dunia kedua tahun 1940. Panggung politik kerajaan Inggris memanas
seiring munculnya ancaman dari Jerman yang telah melakukan ekspansi ke beberapa
negara Eropa Barat. Neville Chamberlain dituntut mundur oleh oposan karena
dianggap tak cocok menjadi pemimpin pada saat genting. Muncullah Winston, meski
tidak disukai, tetapi dia dianggap sosok yang dapat diterima oleh pihak oposan.
Walaupun perang, persatuan tetap harus dijaga. Winston diragukan oleh berbagai
pihak, termasuk dari partainya sendiri, karena track record dan sikapnya.
Darkest
Hour memiliki konflik yang sudah umum, namun dieksplorasi dengan baik. Ada pihak
yang menginginkan negosiasi perdamaian dengan Jerman, sedangkan Winston ingin
melawan Hitler karena Ia melihatnya sebagai “monstrous savage”. Barangkali usul perdamaian bagi Hitler tak
mempan. Melalui operasi Barbossa tahun 1941, Jerman menyerang Soviet yang
sebelumnya telah melakukan pakta perdamaian tahun 1939 yang dikenal dengan Pakta Molotov-Ribbentrop. Serangan yang
membuat Stalin mencak-mencak. Film ini menunjukkan kejelian Winston dalam
membaca situasi sekaligus usaha menjawab berbagai keraguan terhadap dirinya.
Winston : My Copy of Cicero, did you shelve it?
Clemmie : Did you hear what I said?
Winston : What was that?
Clemmie : We’re broke.
Akting pemeran Winston
Churchill yang menutupi segala aspek kelemahan film ini. Pada akhirnya saya
terkejut saat mengetahui pemeran si Winston Churchill adalah Gary Oldman. Whaat?? Saya benar-benar tidak
menyadarinya. Bunglon adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikannya. Bagimu,
bunglon mungkin si Johnny Depp, tetapi saya masih bisa mengenalinya. Coba tonton
si Gary yang menjadi drakula (Bram Stoker’s
Dracula) lantas menjadi animagus pada sosok Sirius Black (Harry Potter series) atau seorang komposer
klasik (Immortal Beloved) dan berubah
drastis pada seorang bassist Sex Pistols (Sid
& Nancy). Dahulu saya pernah mengernyitkan dahi ketika tahu Nolan
menunjuknya sebagai polisi yang baik (Batman
Trilogy) sangat bertolak belakang dengan Norman yang korup (Leon: The Professional). Ah, mengapa
saya terlalu terkejut. Bukankah Gary juga pernah menjadi seorang pembunuh
presiden (JFK) dan kini menjadi
seorang Perdana Menteri.
Kita terus
dibawa pada sosok Winston yang menonjol, cerdik, dan temperamen sekaligus
memiliki sisi humor dan lembut dengan balutan make up yang luar biasa sehingga kita mungkin akan terkecoh jika
dia adalah Gary. Sinematografinya pun memuaskan. Mampu merealisasikan
ketenangan dan ledakan emosi antara terang dan bayang-bayang. Saya suka saat pengambilan
gambar di Istana Buckingham dan pidato terakhirnya.
Tahun 2017 kita
seperti diperlihatkan lukisan sejarah dari kejadian perang dunia kedua dengan Darkest Hour sebagai lukisan utama dan Dunkirk sebagai spin-off nya. Anda tak perlu pusing seperti menonton Dunkirk karena Darkest Hour memiliki alur yang sederhana ditambah pemacu semangat (yang
menumbuhkan rasa nasionalisme) dan (juga) haru.
Cerita : 7.5/10
Pemain : 8.5/10
Ending : 8/10
Overall : 8/10
NB:
Baru tahu jika Gary Oldman dalam film ini meraih penghargaan sebagai Aktor
Terbaik Oscar 2018.
No comments:
Post a Comment