Ronaboyd Mahdiharja

Sebuah goresan nan Pribadi mengenai metamorforsis dalam alam pemikiran perjalan menjadi manusia.

Mar 26, 2018

Si Bunglon dalam Masa Terkelam Inggris

Judul               : Darkest Hour
Durasi             : 125 menit
Sutradara        : Joe Wright
Naskah           : Anthony McCarten
Pemain           : Gary Oldman, Kristin Scott Thomas, Lily James, Ronald Pickup, Stephen Dillane, Ben Mendelsohn





            Jujur saja saya enggan menulis review film ini. Darkest hour sudah lama mengendap di laptop dan belum tersentuh hingga saya kembali ke kos. Jikalau bukan karena Uda Jayuzka menyuruh nonton dan nampaknya dia ingin mendengarkan pendapatku tentang film (bukankah begitu da? 😁). So, saya niatkan saja akan mereview pasca menontonnya.
       Tanpa mencari informasi ini film tentang apa dan siapa pemerannya, langsung kuputar saja. Kesan awal film diputar menunjukkan bahwa ini adalah film tentang perang dan muncullah nama sutradaranya, Joe Wright. Ah, tak mungkin Joe bermain-main dengan film aksi pasca kegagalan dalam Pan. Saya lebih suka Ia membuat film drama seperti Atonement atau minimal Pride & Prejudice.
         Benar saja, kegaduhan di gedung parlemen menjadi tanda bahwa ini film drama dengan latar perang dunia kedua tahun 1940. Panggung politik kerajaan Inggris memanas seiring munculnya ancaman dari Jerman yang telah melakukan ekspansi ke beberapa negara Eropa Barat. Neville Chamberlain dituntut mundur oleh oposan karena dianggap tak cocok menjadi pemimpin pada saat genting. Muncullah Winston, meski tidak disukai, tetapi dia dianggap sosok yang dapat diterima oleh pihak oposan. Walaupun perang, persatuan tetap harus dijaga. Winston diragukan oleh berbagai pihak, termasuk dari partainya sendiri, karena track record dan sikapnya.
           Darkest Hour memiliki konflik yang sudah umum, namun dieksplorasi dengan baik. Ada pihak yang menginginkan negosiasi perdamaian dengan Jerman, sedangkan Winston ingin melawan Hitler karena Ia melihatnya sebagai “monstrous savage”. Barangkali usul perdamaian bagi Hitler tak mempan. Melalui operasi Barbossa tahun 1941, Jerman menyerang Soviet yang sebelumnya telah melakukan pakta perdamaian tahun 1939 yang dikenal dengan Pakta Molotov-Ribbentrop. Serangan yang membuat Stalin mencak-mencak. Film ini menunjukkan kejelian Winston dalam membaca situasi sekaligus usaha menjawab berbagai keraguan terhadap dirinya.

Winston          : My Copy of Cicero, did you shelve it?
Clemmie         : Did you hear what I said?
Winston          : What was that?
Clemmie         : We’re broke.
Akting pemeran Winston Churchill yang menutupi segala aspek kelemahan film ini. Pada akhirnya saya terkejut saat mengetahui pemeran si Winston Churchill adalah Gary Oldman. Whaat?? Saya benar-benar tidak menyadarinya. Bunglon adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikannya. Bagimu, bunglon mungkin si Johnny Depp, tetapi saya masih bisa mengenalinya. Coba tonton si Gary yang menjadi drakula (Bram Stoker’s Dracula) lantas menjadi animagus pada sosok Sirius Black (Harry Potter series) atau seorang komposer klasik (Immortal Beloved) dan berubah drastis pada seorang bassist Sex Pistols (Sid & Nancy). Dahulu saya pernah mengernyitkan dahi ketika tahu Nolan menunjuknya sebagai polisi yang baik (Batman Trilogy) sangat bertolak belakang dengan Norman yang korup (Leon: The Professional). Ah, mengapa saya terlalu terkejut. Bukankah Gary juga pernah menjadi seorang pembunuh presiden (JFK) dan kini menjadi seorang Perdana Menteri.
Kita terus dibawa pada sosok Winston yang menonjol, cerdik, dan temperamen sekaligus memiliki sisi humor dan lembut dengan balutan make up yang luar biasa sehingga kita mungkin akan terkecoh jika dia adalah Gary. Sinematografinya pun memuaskan. Mampu merealisasikan ketenangan dan ledakan emosi antara terang dan bayang-bayang. Saya suka saat pengambilan gambar di Istana Buckingham dan pidato terakhirnya.
Tahun 2017 kita seperti diperlihatkan lukisan sejarah dari kejadian perang dunia kedua dengan Darkest Hour sebagai lukisan utama dan Dunkirk sebagai spin-off nya. Anda tak perlu pusing seperti menonton Dunkirk karena Darkest Hour memiliki alur yang sederhana ditambah pemacu semangat (yang menumbuhkan rasa nasionalisme) dan (juga) haru.

Cerita              : 7.5/10
Pemain            : 8.5/10
Ending            : 8/10
Overall            : 8/10

NB: Baru tahu jika Gary Oldman dalam film ini meraih penghargaan sebagai Aktor Terbaik Oscar 2018.

No comments:

Post a Comment