Ronaboyd Mahdiharja

Sebuah goresan nan Pribadi mengenai metamorforsis dalam alam pemikiran perjalan menjadi manusia.

Feb 11, 2015

CUAP - CUAP TENTANG FILM TERBAIK OSCAR KE-87

            

             Bingung karena beasiswa belum cair yang berdampak pada belum bisa membayar semesteran dan tentu saja menunda sidang proposal tesis (syaratnya sidang proposal adalah tidak memiliki tanggungan biaya semesteran), so mari kita bicarakan Film Terbaik dalam Academy Award 86th. Nominasi kali ini menampilkan film American Sniper, Boyhood, Birdman, The Grand Budapest Hotel, The Imitation Game, Selma, The Theory of Everything, Whiplash. Mari kita bicarakan satu-satu.
            American Sniper. Jangan ditanya mengapa film ini masuk nominasi oscar. Jelas alasannya, Patriotisme. Amerika memang menggandrungi film dengan tema patriotisme. Apalagi film ini menceritakan tentang Chris Kyle, sniper legengaris AS yang telah membunuh lebih dari 160 orang (konon menjadi salah satu sniper paling mematikan di dunia). Dan pantas jika rakyat AS mengenal dekat tokoh ini dan menjadi box office. Menurut saya, kualitas film ini biasa saja. Saya tidak terlalu mengenal dekat dengan Kyle dalam film. Berbeda jika saya bandingkan dengan Enemy At The Gate yang kita bisa mengenal lebih dekat dengan Vasily Zeitsev. Persaingan antara Kyle dan Mustafa pun tidak seseru Zeitsev melawan Major Koenig. Akting Bradley Cooper pun tidak seistimewa ketika berperan di Silver Linings Playbook. Bila disandingkan dengan The Hurt Locker maupun Platoon yang sama-sama mengangkat patriotisme AS yang suka berperang, American Sniper masih belum memenuhi ekspektasi sebagai pemenang Film terbaik.
            Boyhood. Film yang biasa saja. Akan tetapi karena biasa itulah menjadi luar biasa. Kisah perjalanan anak kecil sampai remaja direkam dengan apik. Kita seperti mengenang perjalanan hidup kita dengan segala kebiasaan dan perkembangan psikologisnya terutama bagi anak yang broken home. Pembuatan film yang selama 12 tahun menunjukkan dedikasi yang luar biasa. Jika melihat dedikasinya, Linklater pantas meraih Best Directed. Karya Orisinal yang menyentuh.
            Birdman. Drama humor absurd yang menawan. Bagi penonton awam mungkin tak begitu memahami film ini. Keaton menampilkan sosok aktor mantan superhero yang pensiun dan redup popularitasnya dan mencoba mengembalikan kembali bintangnya melalui theater. Sepanjang film anda akan bertanya-tanya, apakah Riggan memiliki kekuatan super ataukah itu hanya imajinasinya? Jawabannya akan anda temukan pada akhir film dengan sebuah senyuman sambil memaki di dalam hati. Antara Riggan dengan Keaton memiliki kesamaan, yaitu sama-sama pernah berperan sebagai super hero. Riggan sebagai Birdman dan Keaton sebagai Batman karya Tim Burton. Inilah yang membuat aktingnya mampu memukau kita dengan segala kerumitan dalam dirinya. Good Job!
            The Grand Budapest Hotel. Saya menyukai film dengan seluruh kekonyolan orisinal khas Wes Anderson. Film mewah nan megah dengan plot rumit, namun gaya bertutur yang sederhana. Banyak warna kontras membuat ceria dan menyenangkan. Anda akan terhibur dengan segala keanehan film ini dan mungkin beberapa tahun ke depan film ini masih akan menjadi perbincangan. Diisi dengan pemain-pemain yang mumpuni menambah kuat kesan mewah. Tetapi, bila menilik kebiasaan Oscar untuk film terbaik nampaknya film ini harus mengalah dengan film lain. Atau pihak panitia ingin menambah gaya baru dalam pemenang film terbaik oscar.
            The Imitation Game. Ada sebuah rumus bahwa jika ingin menang dalam oscar, kita harus membuat film tentang tokoh besar. Mulai dari film Gandhi, Braveheart (William Wallace), A Beautiful Mind (John Nash), sampai The King’s Speech (King George VI). Film ini memenuhi rumus tersebut karena inilah film yang berkisah tentang Alan Turing. Siapa Alan Turing? Simpelnya adalah dia peletak dasar dari evolusi komputer. Tanpa jasa Turing mungkin kita tak akan bisa menikmati yang namanya komputer. Tiga timeline dihadirkan dalam film ini. Saat Turing masih remaja yang penuh bullying dan cinta pertamanya, saat perang dunia II berlangsung dan pasca perang dunia II. Kita dibawa pada dunia Turing yang rumit dengan segala perhitungannya dan kepribadiannya. Dan Benedict mampu memuaskan saya dengan film ini. Adegan bunuh dengan apel yang dicampur sianida pun tak perlu kita tonton unuk mendapatkan kompleksitas pada diri Turing. Saya menjagokan film menang sebagai film terbaik.
            Selma. Seperti halnya The Imitation Game, film ini juga menerapkan rumus yang sama. Kali ini tokohnya Martin Luther King Jr. Di samping itu, film menerapkan rumus lain yang kerap menang oscar, yaitu HAM. Persamaan hak, diskriminasi minoritas, dan rasial merupakan hal-hal sensitif yang mampu meraih simpati dewan juri oscar. Tengoklah 12 Years a Slave misalnya. Secara subjektif, saya lebih menyukai The Help dibandingkan film ini meskipun memiliki tema yang sama. Adakalanya kuda hitam memang mampu mengejutkan dan muenyingkirkan film lain.
            The Theory of Everything. Film yang diangkat dari sebuah judul buku Stephen Hawking. Bukan berkisah isi di dalam buku melainkan kisah hidup si jenius Hawking lah yang diangkat pada film ini. Sebagai sebuah film secara utuh, film ini menarik karena ada beberapa hal yang membuat film ini istimewa, yaitu penampilan Eddi Redmayne dan kisah di samping kehidupan Hawking. Lucunya, Eddi harus bersaing dengan Benedict Cumberbatch yang juga pernah memerankan Stephen Hawking tahun 2004 dalam Hawking, tapi kali ini memerankan Alan Turing. Rumus pemenang Oscar yang berkisah penyandang cacat dan ‘jenius’ memang selalu menarik. Ada perpaduan antara Forrest Gump dan A Beautiful Mind pada film ini. Sayangnya The Theory of Everything tidak ada kejutan dan kelucuan seperti kedua film tersebut.
            Hehehe Whiplash. Saya terkesan dengan bangunan cerita pada film ini. Konflik dibangun secara rapi dan penuh kesabaran. Yah… JK Simmon mampu memberikan tekanan dan ketegangan bahkan juga kejutan di akhir cerita. Kisah sederhana yang mampu membuat penontonnya betah dan tertawa serta jengkel. Hahaha…
            Wes to? Saiki ngene wae, awakmu milih ndi? Secara jujur saya mengakui bahwa film terbaik oscar ke 87 memang ketat dan memiliki kualitas yang sama bila dibandingkan dengan tahun-tahun lalu. Apabila terjadi anomali, bisa saja yang menang The Grand Budapest Hotel. Kejutan selalu ada di dalam Oscar, layaknya The Artist atau Sheakspeare In Love. Atau jika mengikuti rumus bisa jadi Selma, The Imitation Game, atau The Theory of Everything. Mungkin realitas Boyhood mampu memengaruhi juri oscar. Bila saya jurinya saya akan memilih diantara The Imitation Game dan Whiplash.

1 comment: