Ketika SMP saya sangat menyukai
sebuah film dengan spesial efek visual yang keren dan megah. Ledakan dan berbagai
adegan tak logis membuat saya begitu terpesona layaknya anak kecil yang penuh
imajinasi (memang masih kecil saat itu). Lambat laun ternyata efek visual juga
tak melulu ledakan ataupun adegan-adegan keren, lebih dari itu efek visual juga
memerlukan akting karena perkembangan motion
capture. Daripada nganggur dan otak jadi kaku mending saya melemaskannya
dengan mengetik sesuatu yang ringan-ringan saja (yang berat disimpan untuk
mikir tesis hehehe). Yap… The Best Visual Effect Academy Award 87th menampilkan
5 nominasi film: Captain America: The
Winter Soldier, Dawn of the Planet of
the Apes, Guardians of the Galaxy,
Interstellar dan X-Men: Days of Future Past.
Walaupun tidak terlalu menyukai franchise nya, secara objektif saya
mengakui Dawn of the Planet of the Apes
memiliki efek visual yang waah. Film lain yang dinominasikan sebagai efek
visual terbaik memang tidak bisa dipandang sebelah mata. Masing-masing memiliki
kekuatan tersembunyi untuk menyeruak memenangkan oscar.
Mari tengok Captain America: The Winter Soldier yang cukup menyita perhatian
saya. Pasalnya, seri pertama yang biasa saja membuatku malas untuk melirik yang
kedua. Namun, Scarlet Johansson yang kemudian membuatku merubah niat. Hehehe… Mulai
dari gaya bertarung sampai efek visual diperbaiki kualitasnya. Mungkin menyusul
kesuksesan The Avangers yang membuat
sang Captain tampil lebih percaya
diri. Saya senang melihat Falcon menghindari tembakan bertubi-tubi pesawat
sambil meliuk-liuk di udara. Adegan terakhir yang menjadi klimaks menandakan
perbedaan nyata antara seri pertama dengan kedua dari film ini. Dibandingkan melihat
efek visual Captain America: The Winter
Soldier saya lebih tertarik menonton adegan baku hantamnya. Menurutku, Transformers: Age of Extinction atau The Hobbit: The Battle of the Five Armies
lebih cocok menggantikan Captain America:
The Winter Soldier sebagai nominasi efek visual terbaik.
Ada salah satu adegan yang
membuatku terpana sekaligus kagum dari X-Men:
Days of Future Past, yaitu ketika Quicksilver mengobrak-abrik pentagon,
khususnya ketika di dapur. Bagi yang sudah menonton film ini pasti akan
berpendapat serupa. Ada lucu, keren dan memorable
pada adegan tersebut. Slow motion
nya mengingatkan kita pada The Matrix
atau saya boleh mengatakan terinspirasi dari film yang dibintangi Keanu Reeve
tersebut. Pertarungan dengan Sentinel pun perlu menjadi catatan juga. Nampaknya
kekuatan/penyebab utama efek visual film ini karena adegan Quicksilver.
Para penikmat film memiliki
ekspektasi tinggi pada film garapan baru Christoper Nolan, Interstellar. Pasca Inception
yang meraih efek visual terbaik Oscar ke 83, banyak pihak mengharapkan film ini menyajikan efek visual
yang lebih. Menggabungkan efek dari film Inception
dan Gravity dengan imajinasi ala 2001: Space Odyssey membuat film ini
berbeda dengan karya Nolan lainnya. Gemuruh badai pasir, keheningan di luar
angkasa, tsunami di Planet Miller, kecantikan warmhole, sampai visualisasi 5D merupakan kekuatan dari film ini. Tontonlah
dan anda akan mengerti.
5 Dimensi alan Nolan |
Guardians
of the Galaxy (GoG) sama kuatnya
dengan Dawn of the Planet of the Apes (DPA).
Rocket dan Groot mampu membuat kita tertawa, sedangkan para simpanse membuat
kita bersimpati atas emosi mereka. Untuk para tokohnya, GoG mengandalkan efek
CGI sedangkan DPA menggunakan motion
capture. Kedua film ini memiliki efek visual yang merata, dari awal sampai
akhir.
Scene pembuktian Yondu yang ternyata kuat juga |
GoG memberikan nuansa pertempuran luar biasa di angkasa ditambah
karakter lucu Rocket dan Groot. DPA menampilkan detail hutan dan reruntuhan kota
serta para simpanse yang penuh emosional. Bila memilih dua, saya akan memilih
kedua film ini. Tetapi pemenang selalu berdiri seorang diri, jadi saya lebih
memilih DPA sebagai efek visual terbaik.
Diplomasi ala Para Simpanse |