Kemarin menjadi hari yang bergelora dengan semangat yang membara. Alasannya? Pada saat itu adalah hari pertama perkuliahan aktif dimulai. Tekad sebelumnya yang sudah merencanakan pembenahan dalam masuk kuliah pada diri sendiri. Orang tua telah memberikan amanah yang mau tidak mau, suka tidak suka tahun depan sudah harus selesai kuliahnya. Agar kemudian biaya perkuliahan bisa di alokasikan kepada adek yang terpaksa cuti karena biaya kurang (maaf ya dek kalau kamu sampai berkorban begitu).
Masuk kuliah mental perlu ditata disebabkan oleh karena aku harus masuk dengan adik tingkatku, adik yang pernah aku ospek sebelumnya (Oh begini rasanya). Kuliah semester ini fokus pada perbaikan. Makanya agak sedikit kurang ngeh ketika bilang "yang dapt nilai 'E' itu yang ngasih tanpa pertimbangan karena sering tidak masuk, tidak pernah mengumpulkan tugas, dan tidak ikut UAS". Itu benar. Namun stereotipe orang yang mendapat nilai E adalah orang bodoh. Pada saat itu aku hanyut pada masa lampau. Masa-masa yang mengorbankan kuliah untuk kegiatan berorganisasi. Masa-masa tatkala harus cuti karena perkara organisasi. Meskipun organisasi tidak boleh dipersalahkan karena kita yang mengambil keputusan tersebut. Tidak perlu disesali ataupun disesali. Mencerna kata-kata dosen tersebut, aku pun yakin seyakin yakinnya bahwa kuliah itu hanya sekedar datang, duduk, dengarkan, pulang, buat tugas maka nilaimu akan bagus. Sebuah rutinitas yang membosankan bukan? Itu juga alasan yang membuatku untuk cuti, keluar dari rutinitas dan mencoba keliling pulau jawa dengan nggembel.
Pagi ini aku bangun lebih awal. Memang tidak ada acara download. Mungkin karena ketiduran akibat capek habis wawancara calon anggota SM. Tapi entah lah ada yang aneh, suara-suara asing itu muncul lagi lewat bisikan yang membuat kepalaku agak pusing. Bisikan yang mengabarkan ada bayi kelaparan di Afrika, entah dimana aku kurang tahu. Ada bisikan warga kekurangan air bersih, aku juga kurang tahu ada dimana itu. Bisikan itu terus berbisik, sampai aku pusing dibuatnya dan pada akhirnya aku sudah dalam keadaan tertidur.
Pagi yang menarik karena diawali dengan kritik di status warta utm. Yah kritik, lantas aku takut? Tidak. Setiap kritik harus kita terima dengan terbawa apapun jeleknya itu. Bagaimanapun itu melumpuhkan mental dan emosi. Toh tak ada yang salah dengan kritik. Melalui kritik kita berbincang dengan diri. Menyempatkan waktu untuk mengenal lebih dekat siapa diri ini. Tanpa kritik kita hanya menjadi borok. Tindakan yang perlu kita lakukan hanyalah mengobatinya. Ibaratkanlah kritik itu adalah penyakit. Dibenci dan ditakuti, akan tetapi apa hak kita untuk menolak itu? Kita hanya menerimanya. Apakah kita akan marah tatkala ada dokter atau seseorang bilang kita sedang sakit? Apa yang mereka katakan adalah peringatan atau lebih halusnya nasehat. Mengingatkan kita apabila kita sedang sakit. Menasehati kita apabila kita sakit berobatlah.
Namun tidak semua orang dibilang sakit itu menerimanya. Mereka akan bilang "aku tidak sakit. Aku sehat kok. Lha aku yang punya tubuh masak kamu yang bilang sakit." Ini adalah tipe manusia keras kepala. Tak sadar jika penyakit itu bekerja dengan sangat lambat dan kita akan menyesalinya apabila sudah terlanjur parah. Kemudian orang itu akan bilang "Kenapa tidak bilang dari dulu??".
Alhamdulilah bila ada yang memberi kritik. Berarti kita diperhatikan. Mereka ingin kita sehat kembali. Jangan marah dengan pemberi kritik. Jangan takut karena tanpa mereka bisa saja anda tidak bisa berdiri tegak.