Carilah makna dalam kata-kata ini
Nafas manisku adalah sergapanNya
Karena nama-nama identik dengan yang diberi nama
Adam melihat hakikat lewat nama-nama
(J. Rumi)
Nafas manisku adalah sergapanNya
Karena nama-nama identik dengan yang diberi nama
Adam melihat hakikat lewat nama-nama
(J. Rumi)
Percayakah kamu bila sebuah nama mempengaruhi kondisi fisik dan pribadi penyandang nama? Mengapa Rasulullah menyuruh kita berhati-hati memberi sebuah nama? Mungkin inilah pertanyaan awal terkait pentingnya sebuah nama seperti halnya kata Jalaludin Rumi di atas. Seperti kisah Presiden Republik Indonesia yang pertama, Sukarno, pernah mengalami perubahan nama sebelum menyandang nama Sukarno. Kusno merupakan nama yang diberikan ketika masih kecil, tetapi Kusno kecil sering sakit-sakitan saat memakai nama tersebut. Ayah Sukarno, Raden Sukemi Sosrodiharjdo percaya perubahan nama dapat menyembuhkan sakit-sakitan yang menyerang anak semasa kecil. Dengan alasan itu, diubah nama Kusno menjadi Sukarno agar tidak sakit-sakitan lagi. Nama yang diilhami salah satu pahlawan dalam Mahabharata, yaitu Karna. Ini tidak terlepas anggapan orang zaman dulu bahwa nama mengandung sesuatu yang mistis. Ketika menanyakan perihal tersebut, ternyata tidak hanya masyarakat jawa yang mempercayai perubahan nama bisa mengubah sifat atau keadaan seseorang. Teman dari Madura, Aceh, Medan, dan Ternate juga menyatakan di tempatnya ada kepercayaan seperti itu.
Di balik sebuah nama terdapat cita dimana mengandung sebuah doa serta makna. Disamping sebagai sebuah identitas tentunya. Mungkin Shakespeare berpendapat lain karena menurutnya nama tidaklah penting. Nama adalah doa, begitulah inti dari hadist Nabi. Begitu pentingkah nama di mata anda? Terus apa kaitan nama dengan judul di atas? Mungkin itu yang anda tanyakan sejak membaca paragraf pertama.
Di balik sebuah nama terdapat cita dimana mengandung sebuah doa serta makna. Disamping sebagai sebuah identitas tentunya. Mungkin Shakespeare berpendapat lain karena menurutnya nama tidaklah penting. Nama adalah doa, begitulah inti dari hadist Nabi. Begitu pentingkah nama di mata anda? Terus apa kaitan nama dengan judul di atas? Mungkin itu yang anda tanyakan sejak membaca paragraf pertama.
Kesalahan Indonesia
Pada zaman pencarian rempah-rempah oleh Bangsa Eropa pada sekitar akhir abad 15 Masehi. Tatkala dikuasai Portugal, Negara ini bernama Hindia Portugal sedangkan saat berada di bawah kekuasaan Belanda menjadi Hindia Belanda dan Jepang menamakan To-Indo (Hindia Timur). Kenapa terdapat kata Hindia setiap orang asing menamakan wilayah di Indonesia? Karena pada saat itu Bangsa Eropa hanya beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Cina. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Cina semuanya adalah "Hindia". Untuk pertama kalinya dua orang Inggris, yaitu George S. Windsor Earl dan James Richardson Logan menulis di Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia No. 4, pada tahun 1850 dengan judul "The Ethnology of the Indian Archipelago: Embracing Enquiries into the Continental Relations of the Indo-Pacifif Islanders." Earl mengeluarkan sebuah nama yaitu Indunesia yang berasal dari kata Indu dan Nesia. Indu dalam bahasa Yunani memiliki arti India sedangkan Nesia berasal dari kata Nesos yang berarti Kepulauan. Tetapi, Earl tidak menamakan negeri ini Indunesia, melainkan Melayunesia yang lebih cocok dikarenakan mayoritas penduduknya menggunakan bahasa Melayu. Indunesia sendiri digunakan untuk wilayah Sri Lanka dan Maladewa. Kemudin Logan mengusulkan Indunesia melekat pada Hindia-Belanda. Indunesia yang berarti Kepulauan India, dalam perkembangannya Logan merubah kata u menjadi o agar ucapannya lebih baik, sehingga membentuk nama Indonesia.
Indonesia inilah yang dipopulerkan oleh ethnolog Jerman Adolf Bastian. Padahal jauh sebelum orang barat mengenalkan kata Indonesia kita telah dikenal dengan nama Nusantara yang tertuang dalam Pararaton Majapahit. Nusantara yang berarti Kepulauan Antara dua benua dan dua samudera. Sedangkan lebih tua lagi yaitu Dipantara/Dwipantara pada Kerajaan Singasari yang memiliki arti Benteng Antara Dua Benua. Dari sini mulai nampak kesalahan nama bila dibandingkan dengan Nusantara atau Dipantara/Dwipantara. Nama negara yang kita diami saat ini telah mengalami kesalahan makna, baik dari segi geografis maupun semangatnya. Nusantara yang dikumandangkan Gadjah Mada dengan Sumpah Palapa menunjukkan sebuah tekad untuk mempersatukan kepulauan antara dua benua dan dua samudera. Fakta yang membuktikan orang zaman dahulu tidaklah buta akan geografis.
Pada zaman pencarian rempah-rempah oleh Bangsa Eropa pada sekitar akhir abad 15 Masehi. Tatkala dikuasai Portugal, Negara ini bernama Hindia Portugal sedangkan saat berada di bawah kekuasaan Belanda menjadi Hindia Belanda dan Jepang menamakan To-Indo (Hindia Timur). Kenapa terdapat kata Hindia setiap orang asing menamakan wilayah di Indonesia? Karena pada saat itu Bangsa Eropa hanya beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Cina. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Cina semuanya adalah "Hindia". Untuk pertama kalinya dua orang Inggris, yaitu George S. Windsor Earl dan James Richardson Logan menulis di Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia No. 4, pada tahun 1850 dengan judul "The Ethnology of the Indian Archipelago: Embracing Enquiries into the Continental Relations of the Indo-Pacifif Islanders." Earl mengeluarkan sebuah nama yaitu Indunesia yang berasal dari kata Indu dan Nesia. Indu dalam bahasa Yunani memiliki arti India sedangkan Nesia berasal dari kata Nesos yang berarti Kepulauan. Tetapi, Earl tidak menamakan negeri ini Indunesia, melainkan Melayunesia yang lebih cocok dikarenakan mayoritas penduduknya menggunakan bahasa Melayu. Indunesia sendiri digunakan untuk wilayah Sri Lanka dan Maladewa. Kemudin Logan mengusulkan Indunesia melekat pada Hindia-Belanda. Indunesia yang berarti Kepulauan India, dalam perkembangannya Logan merubah kata u menjadi o agar ucapannya lebih baik, sehingga membentuk nama Indonesia.
Indonesia inilah yang dipopulerkan oleh ethnolog Jerman Adolf Bastian. Padahal jauh sebelum orang barat mengenalkan kata Indonesia kita telah dikenal dengan nama Nusantara yang tertuang dalam Pararaton Majapahit. Nusantara yang berarti Kepulauan Antara dua benua dan dua samudera. Sedangkan lebih tua lagi yaitu Dipantara/Dwipantara pada Kerajaan Singasari yang memiliki arti Benteng Antara Dua Benua. Dari sini mulai nampak kesalahan nama bila dibandingkan dengan Nusantara atau Dipantara/Dwipantara. Nama negara yang kita diami saat ini telah mengalami kesalahan makna, baik dari segi geografis maupun semangatnya. Nusantara yang dikumandangkan Gadjah Mada dengan Sumpah Palapa menunjukkan sebuah tekad untuk mempersatukan kepulauan antara dua benua dan dua samudera. Fakta yang membuktikan orang zaman dahulu tidaklah buta akan geografis.
Bagian dari Metafisika
Meskipun perubahan nama seseorang dilakukan demi mendapatkan sesuatu yang lebih baik, saat ini tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Akan tetapi, suatu saat akan menemukan kebenaran ilmiah tersebut. Seperti halnya kepercayaan nenek moyang atau leluhur kita yang sering berdoa dengan air di depannya. Dimana air yang didoakan tersebut bertujuan dapat menyembuhkan orang sakit. Pada awalnya, orang melakukan kegiatan tersebut hanya turun -temurun tanpa tahu pembuktian ilmiahnya serta hanya mengandalkan sugesti saja. Di Jepang, Masaru Emoto dari Universitas Yokohama melakukan penelitian yang menyimpulkan bahwa air dapat merespon kata-kata, gambar, dan musik. Apabila kita memberikan kata yang baik, molekul air membentuk kristal yang indah. Jika, diberikan kata-kata jelek molekul ari berubah menjadi bentuk yang jelek.
Ini menunjukkan kepercayaan orang jaman dahulu yang dianggap tidak masuk akal, sekarang menjadi terbukti kebenarannya melalui penelitian ilmiah. Terlepas dari perubahan nama mampu memberikan dampak positif, pemrmasalahan tersebut belum teruji secara ilmiah tetapi masyarakat kita sering mempraktekannya.
Meskipun perubahan nama seseorang dilakukan demi mendapatkan sesuatu yang lebih baik, saat ini tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Akan tetapi, suatu saat akan menemukan kebenaran ilmiah tersebut. Seperti halnya kepercayaan nenek moyang atau leluhur kita yang sering berdoa dengan air di depannya. Dimana air yang didoakan tersebut bertujuan dapat menyembuhkan orang sakit. Pada awalnya, orang melakukan kegiatan tersebut hanya turun -temurun tanpa tahu pembuktian ilmiahnya serta hanya mengandalkan sugesti saja. Di Jepang, Masaru Emoto dari Universitas Yokohama melakukan penelitian yang menyimpulkan bahwa air dapat merespon kata-kata, gambar, dan musik. Apabila kita memberikan kata yang baik, molekul air membentuk kristal yang indah. Jika, diberikan kata-kata jelek molekul ari berubah menjadi bentuk yang jelek.
Ini menunjukkan kepercayaan orang jaman dahulu yang dianggap tidak masuk akal, sekarang menjadi terbukti kebenarannya melalui penelitian ilmiah. Terlepas dari perubahan nama mampu memberikan dampak positif, pemrmasalahan tersebut belum teruji secara ilmiah tetapi masyarakat kita sering mempraktekannya.
"Bubarkan" Indonesia
Tidak banyak yang mengetahui bahwa nama Indonesia yang sebenarnya diperuntukkan bukan wilayah kepulauan Negara ini tetapi untuk Sri Lanka dan Maladewa. Dari arti katanya pun juga salah yaitu Kepulauan India. Apakah negara ini terletak di Kepulauan India? Jika tidak kenapa sampai sekarang semua bisu dan tidak ada koreksi terhadapnya? Ataukah kita memang tidak menghiraukan arti sebuah nama? Indikator bahwa kita anti-histori padahal Sukarno berpesan agar jangan pernah melupakan sejarah. Bukan permasalahan Indonesia merupakan peninggalan bangsa Eropa tetapi lebih kepada sebuah hakikat sebuah nama. Mungkin pula kesalahan sebuah nama yang menyebabkan negeri ini dilanda pesakitan. Seperti halnya Sukarno yang sudah tidak sakit-sakitan sejak berganti nama. Perlu ditegaskan sabda Rasulullah bahwa nama adalah do'a, sehingga kita harus berhati-hati dalam memilihnya. Ataukah negeri ini sudah terpukau dengan kata-kata Shakespeare yang tidak menghiraukan arti sebuah nama. Sekarang anda setuju Rasulullah (dan nenek moyang Negara ini) atau Shakespeare?
Tidak banyak yang mengetahui bahwa nama Indonesia yang sebenarnya diperuntukkan bukan wilayah kepulauan Negara ini tetapi untuk Sri Lanka dan Maladewa. Dari arti katanya pun juga salah yaitu Kepulauan India. Apakah negara ini terletak di Kepulauan India? Jika tidak kenapa sampai sekarang semua bisu dan tidak ada koreksi terhadapnya? Ataukah kita memang tidak menghiraukan arti sebuah nama? Indikator bahwa kita anti-histori padahal Sukarno berpesan agar jangan pernah melupakan sejarah. Bukan permasalahan Indonesia merupakan peninggalan bangsa Eropa tetapi lebih kepada sebuah hakikat sebuah nama. Mungkin pula kesalahan sebuah nama yang menyebabkan negeri ini dilanda pesakitan. Seperti halnya Sukarno yang sudah tidak sakit-sakitan sejak berganti nama. Perlu ditegaskan sabda Rasulullah bahwa nama adalah do'a, sehingga kita harus berhati-hati dalam memilihnya. Ataukah negeri ini sudah terpukau dengan kata-kata Shakespeare yang tidak menghiraukan arti sebuah nama. Sekarang anda setuju Rasulullah (dan nenek moyang Negara ini) atau Shakespeare?
No comments:
Post a Comment