Telah terjadi pengenyahan budaya menulis di tiap insan akademis di kampus ini. Menulis dianggap suatu yang sulit dan ditakuti oleh mahasiswa. Inilah satu kesalahan fatal ketika menulis tidak dinikmati tetapi malah ditakuti. Bagaimana kita sering mendengar keluhan jika disuruh menulis. Tetapi lucunya mereka malah menikmati jika diplonco waktu OSPEK. Bukannya menolak atau membantah ketika tidak diperkenalkan budaya akademik. Nampak seperti anjing yang menurut saja apa kata tuannya dan pemilik anjing juga menikmati atraksi binatang peliharaannya.
Tidak disadari budaya menulis telah dikesampingkan dan menjadi fobia terbesar dalam kehidupan kampus dewasa ini. Sejujurnya saya tidak sependapat dengan Bung Karno mengenai definisi bangsa yang besar. Menurut beliau bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak lupa akan jasa para pahlawannya tetapi menurut pendapat pribadi saya bangsa yang besar adalah bangsa yang suka menulis. Kita seakan lupa atau memang tidak tahu bahwa orang yang besar dan berpengaruh di negaranya di dunia ini mengawali perjuangannya dengan tulisan.
Karl Marx mengawali kegiatan tulis menulisnya dengan bergabung surat kabar berhaluan kiri liberal,Rheinische Zeitung. Bung Karno juga tidak ketinggalan dalam dunia tulisan. Dia pernah memimpin harian suara Rakyat Indonesia dan Sinar Merdeka pada tahun 1926. Begitu juga para founding fathers yang lain juga tidak ketinggalan untuk menulis. Mereka sadar bagaimana mengawetkan keabadian diri dan pemikiran mereka, yaitu dengan tulisan. Bagaimana kita masih bisa mengikuti pemikiran Aristoteles, Plato maupun Socrates sampai saat ini jika bukan dari tulisan.
Tulisan yang tidak sembarang tulisan. Tulisan yang memiliki kekuatan mengubah dunia karena tulisan tersebut mengandung kata - kata yang bermakna. Kata-kata adalah serdadu, yang siap menyerang dan membunuh. Kata-kata adalah pasukan bertopeng yang tak hentinya menyerbu. Kata yang mampu menjadi senjata penghancur atau senjata pelindung. Hal tersebut didukung oleh Ketua EZLN, Subcomandante Marcos bahwa "Kata Adalah Senjata".
Sudah kita tahu bersama kata - kata Karl Marx dan "Ernesto" Che Guevara mampu menghipnotis pemuda dan buruh yang baru membaca tulisan mereka, dan juga kita tahu Kalimat - kalimat Sigmund Freud mampu mendobrak ilmu pikoanalisa dengan Hysteria-nya. Serta bait - bait Ali Syariati yang mampu mendorong Revolusi Iran. Cerita - cerita Niccolo Machiavelli dalam il Principle yang menjadi teman tidur para diktator.
Seorang penulis memiliki keunggulan daripada kegiatan atau hobi yang lain. Dengan menulis kita bisa bersuara lewat tulisan, bisa berbicara apa yang kita tulis serta satu hal penting yang mendukung dari obsesi orang - orang besar, yaitu menjaga keabadian diri. Pramoedya Ananta Toer berkata bahwa jika umur kita tidak sepanjang dunia maka sambunglah dengan pena. Ini menunjukkan kebenaran yang tidak disadari tiap orang. Aristoteles, Plato, Socrates sampai Nabi Muhammad SAW kita mengenal mereka dari sebuah tulisan. Gagasan - gagasan mereka telah diawetkan di dalam sebuah tulisan yang tak lekang oleh waktu.
No comments:
Post a Comment