Puncaknya ialah minggu terakhir Januari 2019.
Setelah kerap menggigil karena AC dua Pk dan ditambah pulang dengan basah
kuyup, fisikku mencapai batasnya. Selama dua hari aku demam dan pilek. Barangkali
38,30 C bukan suhu badan terpanas yang pernah menderaku, tapi demam
tersebut cukup membuatku menjadi bawel untuk mengigau dan bermimpi aneh.
Igauan seperti apa aku sendiri tak tahu.
Istriku mendeskripsikannya sebagai igauan yang bawel hehehehe. Yah semacam
ceracau yang mengungkap kode rahasia sebuah brangkas pribadi. Ini hanyalah
ungkapan karena saya sendiri tak memiliki brangkas.
Pastinya, mimpi kala demam itu terasa aneh
dan membekas. Baru pertama kali aku bermimpi tentang ka’bah berbentuk persegi
panjang yang tingginya sekitar 20 atau 20,3 meter. Ka’bah itu dibangun oleh
makhluk yang lebih tinggi dan besar dari apa yang dia bangun, jadi kesannya
Ka’bah ini lebih kecil.
Esoknya aku senyam senyum sendiri. Bagiku ini
aneh dan membuatku kian penasaran. Aku coba cari tinggi Ka’bah di internet dan
hasilnya 13,16 M x 11,53 M x 12,03 M. Lantas aku berpikiran
kalau angka 20 atau 20,3 dalam mimpiku itu sebagai angka togel. Hehehehe
Kutelusuri lebih jauh sejarahnya, bahwa Ka’bah dulunya persegi panjang dan
berkaitan dengan Nabi Adam AS yang konon tingginya 60 hasta atau sekitar 27
meter. Akhirnya, aku benar-benar mengurungkan niat untuk pasang nomer togel.
Aku penasaran
karena aku sendiri kurang tertarik pada detail Ka’bah dan sedikit literatur
yang pernah kubaca berkaitan dengan Ka’bah. Seingatku buku yang pernah kubaca
terkait Ka’bah hanya karangan Ali Syariati, itu pun tentang haji.
Gara-gara filmnya
Christopher Nolan yang berjudul Inception, aku jadi parno sendiri. Siapa yang
memberikan insepsi ketika aku tidur? Yah, insepsi bentuknya macam-macam. Ada
yang melalui mimpi atau pola pikir yang merasuki alam bawah sadar sehingga
dapat memengaruhi pendirian atau titik mula suatu tindakan. Hidup kita, 95%
berasal dari program pikiran bawah sadar.
Insepsi yang keren
dapat dilihat dalam anime Hamatora. Salah satu antagonis terkuat dalam anime
itu bernama Moral. Ia memanfaatkan psikologis serta kehendak bebas manusia
dengan berbagai pertanyaan dan diakhiri sebuah pilihan. Manusia-manusia yang
diberikan pilihan oleh Moral lantas memilih sesuatu yang telah ia prediksi dan
dampaknya begitu merusak baik si pemilih dan orang sekitarnya.
Hidup adalah pilihan, begitu kata-kata basi
yang kerap kudengar. Bahkan pilihan itu menurut beberapa orang berupa titik.
Tetapi, dadu dan noda juga memiliki titik. Makanya ada hadits yang
memperingatkan idza wussidal amru ila ghairi ahlihi, fantadhir al-sa'ah (menyerahkan segala sesuatu pada yang bukan ahlinya,
maka tunggulah kehancurannya). Untuk menjadi seorang ahli dibutuhkan fokus
dalam bidang tertentu. Itulah sebabnya Rasulullah tidak beranjak dari titik
tertentu sebelum membentuk bulatan penuh. Beliau menjadi penggembala kambing
beberapa tahun sebelum belajar berdagang pada Abu Thalib, pamannya. Lalu fokus
menjadi pedagang sebelum fokus mengurusi umat.
Sayangnya, banyak orang belajar
tidak tersistematis dan kerap salah dalam memilih pembimbing. Apa yang terjadi
jika seorang pemuda meninggalkan orangtuanya yang tak mengizinkan anaknya untuk
berjihad? Hal yang mengejutkan terjadi, si pemuda disuruh pulang, bukannya ikut
berperang karena berbakti kepada orangtua adalah bagian dari jihadnya.
Begitulah Rasulullah menjadi pembimbing sekaligus pemimpin. Dia tahu dan paham
dalam menentukan sebuah prioritas, jihad atau berbakti.
Ibnu Rusyd telah memberikan catatan
panjangnya perihal fenomena ini pada karya Plato, Republik. Tak mungkin kau
belajar memasak pada orang yang tak pintar memasak. Yang ada ialah mereka
belajar memuaskan selera pencicip makanan, bukannya belajar memasak. Atau
belajar hal-hal yang berhubungan dengan rumah tangga pada seseorang yang belum
pernah menikah. Seperti kata Plato saat mengomentari kaum Sofis yang dianggap
tahu banyak hal bahwa mereka hanya mencari-cari keuntungan. "Tak mungkin orang
mengetahui segala hal," begitulah katanya.
No comments:
Post a Comment