-Jack Kerouac
Mendadak
keinginan itu membuncah. Melakukan perjalanan ke kota-kota dengan berkendara
motor. Seperti dulu-dulu. Pasca kematian Mr. No Brake, keinginan tersebut sirna
terlebih melihat jalan sudah seperti belantara yang buas. Akan tetapi, beberapa
minggu terakhir keinginan tersebut muncul lagi. Bermula dari perjalanan pulang
dari Pulau Sembilan, saya turun dari mobil dan meminta berkendara seorang diri.
Kemudian berlanjut ketika pulang ke Rembang, saya paksa motor melakukan perjalanan
dari Madura hingga Rembang.
Saya
tak tahu apakah itu rindu atau pelampiasan. Rindu oleh sebab lamanya saya tak
berkendara melintasi kota yang berjarak jauh. Rindu singgah dan berjumpa dengan
orang-orang baru dengan berbagai kisah mereka yang unik. Atau kisah di dalam
perjalananku sendiri yang kadang menarik. Rindu berkendara sambil merenung
serta mejelajahi waktu dan ruang yang kusinggahi. Memahami devaluasi waktu dan
ruang agar tidak mati dan terus bergerak dialektis. Ziarah-ziarah kecil masa-masa
silam yang mampu kujangkau. Menelusuri ruang skeptis dan harapan dari artefak
atau reruntuhan yang tersisa. Hasilnya boleh dikatakan sedikit arbitrer
daripada saya pulang tanpa manfaat. Setidaknya, sebelum saya pulang harus dapat
melihat visi pada waktu dan ruang layaknya berbagai perjalanan Nabi Muhammad
SAW.
Perjalanan
ini juga sebagai momentum pelampiasan. Jauh-jauh sebelum menerima tugas sebagai
penjaga benteng, ada keinginan melanjutkan perjalanan yang dahulu terhenti.
Baiklah, saya pergunakan kata “tertunda” saja karena rasa itu masih ada.
Tentunya bukan perjalanan dengan berkendara motor, melainkan berjalan kaki
menjelajah Nusantara dan jikalau dapat seluruh muka bumi. Label mudah bosan dan
tak bisa diam tak sepenuhnya salah, tetapi juga tak bisa dibenarkan. Kadang
saya bisa anteng dan juga bisa pewe, tergantung mood. Lha, malah memunculkan label baru: ruwet. Wes mbuh lah.
Intinya,
rencana saya gagal total kalau boleh dikatakan tertunda. Wasiat ayah yang
kulaksanakan dengan setengah hati dan banyak bermain malah membawaku pada tugas
yang diberikan sebagai penjaga benteng. Benteng yang belum pernah kulihat dan
ketahui kondisinya. Di sana saya harus diam menjaga, sesekali bergerak
mengawasi dan mengamati, sibuk menggosok batu akik yang ada, dan sesekali
memahat kayu.
Pelampiasan
ini tak berjalan mulus karena saat malam kuhabiskan waktu di rumah kawan. Bukan
dijalanan. Tingkat keintimannya sedikit berkurang, tetapi tak apa karena
menyambung silaturahmi itu juga penting. Perjalanan untuk menyusuri muka bumi
dan menuju langit kurang maksimal.
Menjelang
akhir perjalanan ketika matahari tak terlalu terik, mata sudah mulai mengantuk,
dada rusuk, perut, dan tangan yang dibalut koyo karena kram sehingga
menyulitkan dalam berkendara, pertolongan Allah pun datang. Saya naik mobil
Polisi sehingga perjalanan lebih singkat. Motor? Motorku berjejer gagah
diantara motor lainnya diatas mobil pick up
dinas Kepolisian.
Rembang, 25/1/2018
No comments:
Post a Comment