Hidup manusia diawali dengan oxymoron. Setiap manusia memiliki definisi kebahagiaan, begitu pula saya. Orang yang paling bahagia adalah orang yang tidak memiliki hutang. Namun, setiap orang memiliki hutang. Terutama orang miskin. Orang kaya yang memiliki rumah dan perusahaan besar pun memilikinya. Ia dapat diartikan sebagai materi dan immateri.
Hutang
merupakan kebutuhan dan jeratan, racun obat. Berpusar dalam kubangan yang sama tiap
masanya. Kekayaanmu hanyalah topeng hutang dan kemiskinanmu ialah jeratannya.
Kejayaan dapat kau peroleh dengannya dengan cepat, akan tetapi sesaat saja. Kebangkrutan
demikian menjalar cepat layaknya virus, sulit untuk bangkit dengan usaha yang
setengah-setengah. Ia petunjuk dari ketiadaan materi dan immateri.
Betapapun
coba enyahkan mengenai materialisme pada dirimu, tapi tidak akan bisa lepas
sepenuhnya. Disebabkan masih banyak manusia yang memikirkannya dan
membutuhkannya. Semudah melakukan, sesulit mengembalikan. Tekanan dan usaha
terus dilakukan untuk membayarnya. Tekanan dan usaha dipergunakan agar
dikembalikan. Kalian akan jadi gila dibuatnya.
Oxymoron:
Random order. Bagi yang bertuhan,
melalui bahasa klise, tiap hutang
melekat hak orang yang dihutang. Setiap hak (termasuk hak asasi) muncul karena
ada kewajiban, tiada yang mutlak. Pandangan bahwa hak adalah absolute tanpa
adanya kewajiban, hanyalah pandangan mesum terhadap kebebasan. Apa yang engkau
bayarkan dapat memenuhi kebutuhannya, membayar janjinya, menahan amarahnya,
menjaga ucapannya, dan tidak menutup kemungkinan melunasi hutang si pemberi
hutang. Suatu bentuk kewajiban manusia membantu sesama dan pengabdian kepada
pencipta.
Bagi
yang tidak memiliki Tuhan, dengan bahasa yang klise juga, membayar hutang adalah suatu bentuk meniadakan Tuhan.
Dan itu dapat melanggengkan kepercayaanmu. Bebas dari rasa bersalah, alih-alih
berharap si pemberi hutang melupakannya dan memaafkanmu. Ketidakpercayaan si
pemberi akan menyebar pada orang lain dan akan menyulitkanmu dikemudian hari.
Bagi
yang memiliki banyak Tuhan, engkau tahu bahwa dirimu menghamba dengan banyak
Tuhan. Cobalah bunuh satu saja dan hanya sebentar pula Tuhan Uangmu. Itu tidak
akan membuatmu dicap sebagai ateis karena mengurangi Tuhanmu yang banyak. Masih
banyak Tuhan-Tuhan lain yang patut untuk dipertahankan, Tuhan Politik, Tuhan
Kelamin, Tuhan Status Sosial, atau Tuhan Moral.
Membaca
Kafka adalah cara terbaik memahami keseluruhan pemikiran Nietzsche dibandingkan
dengan pengikut Nietzsche lainnya. Terdapat humor dan optimisme. Dalam Metamorfosis, Kafka memberikan suatu
gambaran menarik perihal keharusan yang memaksa untuk segera diatasi. Yang
dalam konteks ini saya anggap sebagai kewajiban yang membahagiakan untuk
mengetahui karakter manusia tatkala mengalami keterpurukan.
Semarang,
3 Januari 2013